Sakit karena kangen kamu

854 Kata
Tiga jam sebelumnya. Setelah mengantarkan Vina ke kamar apartmentnya, Jay hendak beranjak pulang. Dia langsung menuju pintu tanpa bicara apapun kepada Vina. Melihat itu, Vina lalu berlari dan memeluk Jay dari belakang. "Phi mau kemana? Vin kan lagi sakit," ucap Vina mengeratkan pelukannya. Jay berbalik, lalu melepaskan pelukan Vina, "Phi pulang dulu. Kamu istirahat aja," "Tapi Vin mau ditemenin Phi Jay, kepala Vin sakit," Vina merengek. Jay menatap Vina lekat, lalu menghela nafas, "Vina ... Phi tau kamu cuman pura-pura sakit," Mendengar pernyataan Jay, Vina terbelalak, "V-Vin gak pura-pura, Vin ..." "Vina, kamu istirahat, dan tenangkan pikiran kamu," "Phi Jay!" Jay menggenggam tangan Vina dengan lembut. Dia membawa Vina kembali ke dalam, dan duduk di sofa. Jay menatap Vina sendu. Hatinya merasa bersalah dan itu terukir di wajahnya. Jay dulu sangat mencintai gadis ini. Dia bahkan rela melakukan apa saja untuk Vina di Amerika. Namun, entah mengapa sekarang perasaannya berubah, dan Vina juga perlahan berubah. Jay menyadari bahwa Vina bertingkah seperti sekarang ini karena mengharapkan perhatian Jay. Vina tak pernah berbohong sebelumnya, bahkan Vina tak pernah menyakiti siapapun. Dulu dia hanya gadis lembut yang Jay kagumi. Tapi, kenyataan baru terlihat. Vina berubah menjadi gadis jahat seperti di drama, dan Jay merasa itu bukan salah Vina sepenuhnya. "Vin ... kembalilah ke Amerika. Atau ... ke Thailand," ucap Jay sambil menggenggam tangan Vina. "Phi! maksud Phi apa?" "Kalau kamu masih disini. Phi takut kamu benar-benar berubah jadi orang jahat," "O-Orang jahat? Ini semua gara-gara si cewe brengsekk itu, kan? dia ngadu apa sama Phi Jay?" "Ini gak ada sangkut pautnya sama Lika. Vin ... Phi udah tau semuanya. Phi juga tau masalah di make over show. Kamu yang buat terkurung di ruang janitor, kan?" "Jadi dia benar-benar ngadu? Phi, Aku gak maksud ..." "Phi tau." Jay mengusap kepala Vina. Vina akhirnya menumpahkan air matanya. Kini Jay menatapnya dengan cara berbeda. Dulu laki-laki itu menatap Vina dengan penuh cinta, tapi sekarang ... Jay menatapnya seolah kakak yang mengasihani adiknya sendiri. "Phi berubah, Phi udah gila sejak kenal cewe itu!" Vina berteriak sambil menangis. Jay memeluk Vina erat, berusaha menenangkan Vina, "Ini semua salah Phi. Phi gak mau kamu jadi orang jahat hanya karena ingin memiliki Phi. Phi tau banget sama Kamu. Karena keadaan, kamu jadi terlalu manja dan terlambat dewasa. Kembalilah jadi Vina yang dulu. Phi yakin kamu bisa nemuin orang yang lebih baik dari Phi," "Aku gak mau dia ngerebut Phi Jay! Phi Jay milik Aku! Aku benci sama Lika, Aku benci banget!" Vina memukul-mukul d**a Jay. Jay menangkap tangan Vina, lalu menatap Vina lekat, "Phi cinta sama Lika. Phi gak mau kamu terluka Vin, jangan ngelakuin hal jahat lagi. Semakin kamu berusaha nyakitin Lika, maka kamu juga akan ikut sakit, dan akhirnya kamu juga akan terluka. Dengarkan Phi, ini terakhir kalinya Phi ngomong kayak gini, lepaskan Phi. Biarkan Phi sama Lika bahagia. Phi harap kamu juga bahagia. Phi mau kamu jadi adik Phi yang lembut dan ramah kayak dulu. Sekarang Phi hampir gak bisa ngenalin kamu, tolong Vin. Kembalilah." Vina menangis tersedu. Jay, mengambil selimut lalu menyelimuti Vina dan segera beranjak pergi. Jay ingin Vina kembali ke Amerika atau Thailand, agar gadis itu bisa berpikir dengan tenang. Agar dia bisa menemukan jalan hidup terbaik untuknya. Karena Jay yakin, Vina akan memahami semuanya jika sudah jauh darinya. Vina bukan gadis jahat, Jay tau itu. *** Satu jam sebelum pukul satu dinihari. Jay termenung di kamarnya. Pikirannya kacau karena Vina. Jay berharap bahwa Vina bisa menerima semua yang dia katakan dengan baik. Lamunannya beralih ke Lika. Bagaimana tadi di pesta Lika terlihat sangat cantik di mata Jay. Wanita itu tak mengenakan hoodie seperti biasa. Dia mengenakan stelan formal berwarna hijau lembut, wajahnya lebih indah dan auranya lebih bersinar. Kecuali saat dia keluar dari toilet, Jay tau pasti Lika tampak sangat kecewa padanya. Padahal Jay sudah berjanji untuk tak menyakiti Lika lagi, tapi apa yang sudah dia lakukan hari ini? "Lu emank cowo gak jelas Jay," gumamnya sesaat sebelum dia berubah menjadi gila. Jay tak bisa menahan perasaannya lebih lama lagi. Wajah Lika menari-nari di otaknya. Jay bangkit dari tempat tidur lalu menatap gawainya. "Hari ini Gua belum ngajak dia balikan, kan?" Jay menekan nomer Lika. Namun, dia terdiam sejenak, "Gak bisa gini. Gua gak bisa nunggu lagi," Jay beranjak mengambil mantelnya. Dia memasuki garasi dan bersiap melaju dengan mobilnya, "Entah pelet apa yang dia kasih ke Gua. Hari ini Gua kangen banget ama dia," *** Jay menghela nafas lega ketika Lika membuka pagar rumahnya. Begitu wanita itu keluar, Jay tak bisa menahan diri lagi. Dia memeluk Lika erat. Membenamkan semua kerinduannya yang sudah menumpuk. Jay bisa merasakan bahwa Lika sangat terkejut. Tubuhnya yang kaku adalah bukti nyata. "Aku kangen," gumam Jay dengan pelan. Lika tak bisa berkata-kata. Adegan seperti ini hanya bisa ditemui di drama, dan kini dia merasa seperti mimpi, bahwa dia bisa merasakan hal seperti ini dihidupnya. "K-Khun Jay ... Khun Jay gak papa? gak sakit, kan?" Lika melepaskan pelukan Jay darinya, lalu menaruh tangannya ke dahi Jay. "Hmm, Aku sakit banget," ucap Jay, lalu menurunkan tangan Lika dari dahinya dan menggenggam tangan itu dengan erat. "Khun Jay sakit apa?" "Sakit, karena kangen kamu," TBC

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN