Jodoh Sang CEO

1136 Kata
Jamy menatap Lika yang masih duduk diam di sebelahnya. Sudah hampir dua puluh menit mereka tiba di rumah Lika. Namun, Lika enggan turun dari mobil, Jamy tahu pasti Lika masih sedih. Dia membiarkan Lika tetap duduk disana tanpa bicara sedikitpun. Beberapa menit kemudian Lika menghela nafas, "Jam, sorry ya. Latihan kita jadi sia-sia. Gaun sama sepatu mahal yang Lu beli akhirnya jadi mubazir gitu aja." "Latihan itu emank perlu kok. Biar Lu jalannya agak cewe dikit. Kan sekarang ude bisa jalan kayak model. Seneng kan Lu, trus sepatu ama gaun yang Gua beli itu emank buat Lu pake, gak ada sangkut pautnya ama acara. Tapi Lu gak usah de pake sepatu gitu kedepannya. Gak cocok banget di Elu. Kaki Lu gak kenapa-napa, kan?" "Hm, gak kenapa-napa. Gua masuk dulu ya." Jamy segera turun lalu membukakan pintu untuk Lika, "Sini Gua gendong." "Apaan sih. Gua bisa jalan sendiri." "Lu pan nyeker. Kaki Lu juga masih sakit tuh kayaknya. Ayo cepetan." "Gak mau ..." "Ayo ..." Jamy akhirnya menggendong Lika dengan sedikit paksaan. Mereka masuk ke dalam rumah, lalu Jamy menurunkan Lika ke atas sofa. "Yaelah. Nyampe depan pintu gak papa kali, Jam. Pake gendong sampe dalam rumah segala." "Diem de Lu," Jamy beranjak lalu mencari baskom dan handuk. Dia memanaskan air sejenak, beberapa menit kemudian, Jamy muncul membawa baskom berisi air hangat, lalu menaruh baskom tersebut di depan Lika. "Mau apaan Lu? udah de, pulang sana." "Jangan bawel. Liat tuh kaki Lu kotor ama bengkak kek begitu. Dandanan Lu juga ... ya ampon! nenek-nenek dari mana ini!?" Buk! Lika meninju bahu Jamy, "Ngasal Lu anjiir. Nyebelin." Jamy tersenyum lalu mengambil handuk bersih dan memasukkan handuk tersebut ke baskom yang berisi air hangat, lalu mulai menyeka wajah Lika. "Sini, Gua bisa sendiri," Lika hendak merebut handuk dari tangan Jamy. Namun, Jamy menjauhkan handuk tersebut dari Lika. "Aiss, diem. Tutup mata!" perintah Jamy. Namun, Lika tidak menurut. Jamy lalu menaruh tangannya ke mata Lika, "Tutup mata Gua bilang," Lika akhirnya menutup matanya. Jamy mulai menyeka kembali wajah Lika dengan telaten. "Lu gak pake sabun muka? Gua liat gak ada tuh di toilet." "Idih, ngapain pake sabun muka. Pake sabun lemon cuci piring ude paling paten. Lemak hilang, bersih, kinclong, cemerlang." "Ha? serius Elu nyuci muka pake sabun cuci piring?" "Iye. Kan biar hemat. Hahaha," "Gila Lu!" "Augh!" Lika menggosok-gosok dahinya, karena Jamy baru saja menepuk dahinya dengan keras. "Wah, gila Lu. Kalo otak Gua lompat dari kepala Gua gimana?" "Dudul. Lu pikir otak bisa lomoat semudah itu?" Jamy menatap wajah Lika lekat. Memperhatikan setiap lekukan wajah itu, garis hidung Lika, bibir Lika dan dagu Lika. Jamy tersenyum sejenak, menatap Lika seperti ini merupakan momen langka untuknya. Untung saja Lika menutup mata. Hingga Jamy bisa menelusuri wajah itu lebih lama. "Udah belom?" tanya Lika membuyarkan lamunan Jamy. "Udah, kinclong dah ni. Oke, sekarang kaki." "Gak! biar Gua sendiri aja." "Mana bisa, ntar Lu sembarangan ngompresnya." "Beh ... sini!" Lika merebut handuk dari tangan Jamy, "Rusuh banget sih Lu. Ude diusir pulang juga," "Mana bisa pulang kalo Lu masih sakit gitu." "Eleh. Lagak Lu macam Laki Gua aja. Sana, sana, cabut!" Lika mendorong-dorong Jamy. Namun Jamy bergeming. Lalu memperhatikan gaun Lika dengan seksama. "Gaun Lu kenapa kotor gitu?" tanya Jamy kemudian. "Oh, waktu itu ketumpahan jus buah naga. Jadinya Gua ke toilet. Eh tiba-tiba gua teleportasi sampe ke ruang Janitor." Jamy, mendekat lalu memperhatikan noda merah melekat di gaun Lika. Tepat di bagian dãda Lika. Jamy mendekat sejenak, lalu mengendus beberapa kali. Pletak! begitu melihat kelakuan Jamy, Lika memukul kepalanya dengan keras. "Adoh, sakit anjiir," Jamy menggosok-gosok kepalanya. "Elu ngapain ngendus-ngendus Gua segala? mesom banget sih Lu!" "Mesom dari mane! eh buka dulu tuh gaun," "Apaan! Lu suruh Gua buka baju?" Lika menyilangkan tangannya di d**a. "Ganti baju Lu anjiir. Buka di kamar Lu sana! bukan Gua suruh buka di depan Gua." "Kenapa emank?" "Ganti aja. Cerewet banget sih!" Lika akhirnya pergi ke kamar untuk mengganti gaunnya. Sepuluh menit kemudian, lika keluar dari kamar sambil menenteng gaun di tangannya. Jamy segera mengambil gaun tersebut dari tangan Lika dan memeriksa dengan seksama. Dia menatap noda di gaun tersebut lalu mengendus beberapa kali. "Kenapa sih Jam?" tanya Lika penasaran. "Nih, coba de cium," Jamy menyodorkan gaun tersebut kepada Lika. Lika ikut mengendus gaun tersebut seperti Jamy. "Baunya aneh kan? masa buah naga baunya gini!?" "Naganya semedi kali seribu tahun." "Eh si anjiir. Orang serius juga dia malah becanda." "Ye habisnya. Emank bau buah naga kek gimana sih?" Lika mulai mencium lagi, "Adoh lama-lama Gua mabok nih nyium baunya." "Nah itu dia. Lu inget gak siapa yang nabrak Elu? Gua yakin dia pasti sengaja. Kayaknya ini cairan bisa bikin orang pingsan dah." "Gak inget Gua. Dia langsung pergi gitu aja. Lagian siapa coba yang sengaja gitu ke Gua? Khun Jay juga bilang, gak ada untungnya orang yang ngerjain Gua " "Khun Jay, Khun Jay. Panggil aja si Badjingan! masih Bucin Lu ama dia? ude di aniaya lahir batin juga." "Namanya juga orang Bucin, Jam." "Makan tuh Bucin!" Jamy berdiri lalu memasukkan gaun di tangannya ke dalam plastik yang dia dapatkan di bawah meja. "Gua pergi dulu. Mau periksa nih zat yang nempel di gaun. Lu jangan ngelakuin yang aneh-aneh. Kompres kaki Lu. Trus istirahat. Jangan keliaran, apalagi buka sosmed ngunggah-ngunggah poto Jay!" "Emank kenapa sih pake dicari tau segala. Lagian Gua kan gak papa. Ude ketemu gini." "Mana bisa gitu! pokoknya Lu istirahat di rumah. Jangan ributin urusan Gua!" Jamy segera pergi dari rumah Lika. Lika menghela nafas lalu meregangkan otot-ototnya yang kaku. "Tidor dulu ah, capek banget," ucapnya kemudian beranjak dari sofa memasuki kamarnya. *** Satu jam kemudian. Lika yang tadinya berencana untuk tidur, tidak bisa memejamkan matanya. Dia akhirnya membuka gawai dan memeriksa sosial media. Ada beberapa pesan masuk di akunnya. Lika awalnya tidak menghiraukan, namun makin lama pesan yang dia terima makin banyak. Lika mulai penasaran lalu membuka pesan tersebut satu persatu. Pesan pertama berasal dari @SheilaMu. Pengikut setia ISKS. "Phi, emank bener Khun Jay udah punya pasangan?" tulis pesan tersebut. Lika mengabaikan pesan itu, lalu berpindah ke pesan selanjutnya. "Swadi kha Phi. Gosip Khun Jay makin panas. Kok Phi gak ada update sih? emank Khun Jay mau nikah ya?" tulis akun @kevin_juanch "Phi. Tolong jelasin apa ini! dunia rasanya mau runtuh!" tulis @Sunnysorch dengan menyertakan link. Lika segera membuka Link tersebut. Tampak artikel yang membahas tentang make over show yang diadakan tadi siang. Namun, artikel itu memiliki judul yang membuat hati para isteri online Jay Suppasit serasa retak. Sakit tapi tak berdarah, itu ungkapan yang pas saat membaca artikel itu. Artikel itu menyertakan foto Jay dan Vina di atas panggung. Dengan judul. "Wanita Cantik, Jodoh Sang CEO" Lika menghela nafas lemah. Dia segera menutup laptopnya lalu menenggelamkan wajahnya ke bantal. "Anjiir, setaan, badjingan, bagsaat, bangkee, siialaan, kuntilanak, kebo, kuda nil, kutu beras!" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN