Tetap menyerah dan jangan semangat

1065 Kata
"Jamy, Jamy ..." Lika memasuki ruangan Jamy dengan riang. Dia duduk di sofa, lalu menyilangkan kakinya agak tinggi, dengan niat memamerkan sepatu barunya. Sementara itu, Jamy sibuk mondar-mandir mengurusi semua berkas yang ada di atas mejanya. "Jam, sibuk ya?" Jamy berhenti sejenak lalu menatap Lika, Lika bersemangat dia menggoyang-goyangkan kakinya, agar Jamy melihat sepatu yang dia kenakan. "Tolong bawain berkas di meja itu kemari" perintah Jamy, lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya. Lika dengan cemberut membawa berkas di meja depannya ke meja Jamy. "Ngurusin apaan sih, repot amat," "Eh kol siomay, bos Lu lagi sibuk gini bukannya bantuin, malah ngerusuhin," "Kan masih pagi, baru juga jam 8," Lika mengekori Jamy, kemana-mana, "Jam ... Jamy," "Apaan sih Lu, gangguin orang aja, minggir!" "Liat Gua bentar, bentar aja oy," Jamy berhenti sejenak, lalu melihat kearah Lika, "Ada yang berubah kan?" Lika tersenyum, sambil memajukan kakinya. Setelah beberapa detik, Jamy menarik tangan Lika, lalu memberikan berkas padanya, "Fotokopi nih, tujuh rangkap. Trus jilid yang bener, awas aja kalau berantakan." Lika dengan kesal pergi ke luar, menuju mesin fotokopi, "Jilid ying binir, iwis kiliu birintikin. Argg! Jamy ngeselin banget sih, mau pamer sepatu dari Khun Supp juga." Setelah beberapa menit, Lika kembali masuk ke ruangan Jamy, sambil menenteng berkas fotokopinya, "Nih punya Lu," Lika menaruh berkas itu di atas meja. "Masukin ke tas. Yuk kita pergi." Jamy berlalu sambil menenteng laptopnya. "Mau kemana woy! maen nyelonong aja." "Meeting!" *** Lika berdiri di lantai satu Methanan Group, sambil menganga. Tak disangka, ternyata Jamy mengadakan janji temu disini. Lika menaruh bawaannya ke lantai, lalu merapikan rambut serta menggosok hoodienya yang kotor karena kecipratan kuah lontong saat sarapan tadi. "Aih, Jamy! kalau tau kesini tadi kan Gua bisa dandan, malu-maluin aja njir, meeting modelannya kek begini," Lika menjilat telunjuknya lalu mengusap telunjuk tersebut ke bagian hoodie yang kotor, dan menggosok-gosok sekali lagi. "Jorok banget sih Lu, ngapain sih?" Jamy yang baru saja dari resepsionis, memasang wajah jijik melihat Lika yang menggunakan liurnya. "Lu kenapa gak bilang sih, kalau meetingnya di mari? kalau tau kan Gua bisa dandan. Malah make hoodie jelek lagi," Lika mencium hoodienya, "untung gak bau, udah Gua pake dua hari soalnya." "Heleh, mau dandan gimana? paling gaya Lu mentok make Hoodie doank, dandan gak dandan sama aja." "Ye, tapi kan Gua bisa milih hoodie yang lebih bagus, warna pink misalnya," "Repot banget dah, yok masuk dah ditungguin." "Siapa yang nungguin Gua? Khun Jay?" "Bodo, gak tau." *** Di ruang meeting Khun Thivat telah menunggu kedatangan Jamy. Begitu Jamy masuk, Khun Thivat berdiri, lalu mengulurkan tangannya. "Jamy, senang sekali kamu bisa datang kesini, bagaimana kabar Ayahmu?" Jamy tersenyum lalu menyambut tangan Khun Thivat, "Selamat pagi Khun, Ayahku baik-baik saja. Ini," Jamy mengeluarkan bingkisan kecil dari sakunya, "Hadiah dari Ayah untukmu." "Wah, harusnya tak perlu repot-repot," Khun Thivat lalu mentap Lika, Lika mengalihkan pandangannya menatap liar kesana kemari, agar tak dicurgai, bahwa dari tadi Lika menatap lekat wajah Khun Thivat yang hampir sama tampannya dengan Jay, "Ini siapa?" "Oh, ini Lika Miana. Karyawanku." Jamy memperkenalkan. Lika menunduk-nundukkan kepalanya, lalu tersenyum dengan agak horor, "Gak Bapak gak anak, dua-duanya serakah. Masa ganteng diembat semua sih? kan yang kentang-kentang jadi iri." batin Lika, meronta-ronta bak digelitik. Khun Thivat mengalihkan pandangannya dari Lika, "Kalau begitu ayo duduk, kita mulai meetingnya." "Khun Jay gak datang?" tiba-tiba Lika bersuara, Jamy menginjak kaki Lika karena bersikap sembrono. Lika meringis, lalu diam-diam mencubit pinggang Jamy. Mereka berdua nyengir kuda sambil menahan sakit masing-masing. "Ah, Jay? dia tidak menghadiri rapat seperti ini, sekretarisnya akan datang ..." "Maaf aku terlambat." Seseorang memasuki ruangan. Orang itu adalah Jay, dengan Mawes dan Juliana di belakangnya. Khun Thivat dan Jamy terdiam. Sementara Lika membuka mulutnya, menatap Jay yang seperti malaikat pagi tersebut. Jay berhenti, lalu menatap Lika. Dia tak bisa menyembunyikan senyum, ketika melihat Lika memakai sepatu pemberiannya. "Jay, kamu mau ikut rapat?" "Chai khrap (benar), Aku yang akan menjadi CEO perusahaan ini. Jadi aku harus menghadiri segala sesuatu yang berhubungan dengannya." "Tumben sekali. Baguslah kau sudah mengerti sekarang. Ayo semua duduk kita mulai meetingnya." Semua orang duduk di kursinya masing-masing. Lika duduk tepat di depan Jay, membuatnya mesem-mesem tak jelas, dan Jay menahan wajah datarnya saat melihat Lika. "Perkenalkan dulu, ini Jay anakku. Dia yang akan menjadi kepala untuk kerjasama ini. Lalu di sebelahnya adalah Mawesra, Sekretaris Jay. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Jay, bisa kamu bicarakan dengan Mawes. Lalu yang terakhir, Juliana. Salah satu staf accounting terbaik yang kami miliki. Dia juga akan menganalisis laba dan pendapatan dari berbagai produk yang kita luncurkan." Khun Thivat selesai memperkenalkan, Jamy kemudian mengangguk, "Baiklah, Saya Jamy Baskara pemilik JJ Kosmetik, dan ini adalah Lika Miana. Satu-satunya karyawan yang bisa menghandle tugas saya ketika saya tidak ada." "JJ Kosmetik bukannya perusahaan besar? emank gak punya pegawai yang lain ya? kenapa pake bawa anak TK kemari?" bisik Ijul kepada Mawes. "Sstt, biarin aja napa sih, mungkin nih cewe lebih banyak pengalamannya." "Pengalaman apaaan, masa meeting make hoodie, bosnya gak marah lagi, gak keren banget." "Ehem!" Khun Thivat berdehem, Ijul dan Mawes kaget, dan segera berhenti menggosip. "Baiklah, mari kita lihat rancangan produk kita." *** Setelah meeting selesai, Lika duduk di sofa lantai bawah, sambil menunggu Jamy yang mengadakan pertemuan pribadi dengan Khun Thivat. Beberapa saat kemudian, Jay datang menghampiri Lika, membuat wanita itu segera berdiri dari duduknya. Lalu cengengesan seperti biasa. "Sepertinya sepatu itu pas," ucap Jay, dengan wajah datarnya. "Pas banget Khun. Pas mantap kayak cinta aku ke Khun Jay. Saranghek," Lika membuat tanda hati dari jari telunjuk dan jempolnya khas orang korea. Jay tersenyum sejenak, lalu mengubah wajahnya menjadi datar lagi, "Lu gak bisa ya? ngomong gak pake senyum begitu?" "Gimana lagi, kalau liat Khun bawaannya pengen senyum. Aduh, takut lama-lama diabetes nih," Lika menggosok-gosok pipinya. Jay kemudian berlalu, meninggalkan Lika. Lika terdiam dan cemberut. Setelah beberapa langkah, Jay kemudian berbalik. "Setelah Gua perhatikan, senyum Lu adalah senyum terindah kedua yang pernah Gua lihat," ucap Jay lalu berjalan cepat meninggalkan Lika. "Senyum terindah kedua? Aaaa! Khun Jay persis banget sih kayak aktor tsundere di drama. Hati Gua kan jadi dugun-dugun gak karuan," Lika berlonjak-lonjak kegirangan, "Eh, tapi kok urutan dua sih? urutan satunya siapa? ah, bodo amat yang penting rangking Gua tinggi. Bentar lagi Gua bakal berusaha jadi nomer satu. Yuhu! Lika Miana, yok bisa yok, tetap menyerah dan jangan semangat! eh kebalik, tetap semangat dan ... pokoknya gitulah, huahahaha." TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN