Aya akhirnya membuka mulutnya, "Mohon maaf, sebaiknya tidak. Dengan senang hati saya persilahkan datang untuk berbelanja, bapak sudah jadi konsumen kami. Tapi tidak untuk urusan pribadi." Kara tersenyum, "Kenapa?" Aya hanya menggeleng, "Itu hal pribadi." "Apa kamu sudah memiliki kekasih? Tunangan? Suami?" tanyanya lagi. "Iya," Aya mengangguk. "Saya sudah bertunangan." "Tidak ada cincin di jari manismu," Kara terus memaksa. Aya hanya tersenyum, "Itu urusan pribadi saya. Mohon maaf, tapi toko sudah tutup." Ia mengusir Kara dengan halus. "Baik saya pergi dulu," Kara tersenyum. "Tapi saya akan kembali." Aya hanya mengatupkan bibirnya dan mengantarkan Kara ke arah pintu. "Bye Kirani," Kara berpamitan. Aya hanya mengangguk. Kara pun pergi dari hadapannya. Setelahnya, ia berge