Pagi itu, Gala duduk tak menentu di ruangannya. Ia tidak sabar menunggu Aya datang. Gala berdiri lalu berjalan bulak balik. Sementara itu, dari luar pintu yang terbuka, sosok Radit mengintip sambil mengerutkan keningnya. Si bos kenapa lagi? Apa ini momen tepat untuk mengganggunya? Tapi kalau aku tunda, ada dokumen penting yang harus aku ambil. Ah, sudah, aku masuk saja... Pasrah. Radit pun masuk ke ruangan sambil senyum senyum tanpa dosa, "Pak, saya mau ambil dokumen yang sudah bapak tanda tangan. Ada yang urgent." Gala tidak berkomentar. Ia diam seribu bahasa. Kepalanya menengok ke kiri memberikan gestur kalau Radit bisa mengambil dokumen tersebut. Radit lalu bergegas merapikan semua dokumen yang ada di meja dan membawanya. Ia pun melangkah keluar. "Tunggu!" Gala berteriak. "Ya