5

1528 Kata
Ucup mogok makan dan menulikan telinga pada semua omelan mamanya. Meskipun cowok cakep itu tau kalau perbuatannya dosa, tetap saja ucup kesal karena tidak bisa merasakan masakan gebetannya yang dibuat dengan penuh cinta. Yang di dapatnya hanyalah informasi dari Vani bahwa makanan itu benar-benar lezat. “Makan ga?” hardik bu Tari pada anaknya. “Ga .. aku maunya makanan yang di makan Vani kemaren.” “Segitu cintanya ya kamu sama anak itu?” tanya bu Tari kesal. Bukan pada Vanesha tapi pada perasaan anaknya yang terlalu kekanak-kanakan. “Mama.. sumpah aku ga suka sama Vani, secuil pun engga. Aku sukanya sama Anggun anak selatan yang udah bela-belain masakin bekal itu untukku,” teriak Ucup. “Kamu neriakin mama???? Anak kurang ajar! Mama sumpahin kamu kepincut sama Vani! Jadi b***k cinta sekalian,” Ucup menganga mendengar sumpah mamanya yang sangat tidak rasional. Kenapa mamanya jadi selalu mengikutkan Vani dalam pembicaraan mereka? “Mama tega!! Aku cintanya sama Anggun,” “Alah... cinta-cinta palingan sebulan pacaran kalian putus lagi. Lagian kamu itu mama sekolahin buat jadi orang sukses dan bisa dibanggain. Sekali lagi mama liat kamu ke selatan, ga usah lagi sekolah.” “Yah jangan gitu lah ma.. sekolah penting, jodoh lebih penting.” Tari mengabaikan perkataan anaknya dan membiarkan Ucup dengan sarapannya. Wanita itu tidak ingin terlambat masuk kelas gara-gara meladeni anak yang selalu membuatnya sakit kepala. >>>  “Dev Dev Dev” teriak Cinta saat matanya menemukan punggung tegap milik seseorang yang dicarinya. Deva kaget dan langsung berlari menuju Cinta dengan tampang khawatir, berbeda sekali dengan raut wajah milik Cinta. “Lo kenapa?” tanya Deva, jelas sekali ia takut Cinta kenapa-napa. Lalu cemasnya hilang seketika mendengar cekikikan Cinta. “Lo ngapain kesini?” “Gue kan juga anak Garuda, Dev,” jawab Cinta jengkel. “Iya tapi ngapain masuk ke area SMA?” tanya Deva juga ikutan kesal. Bukan status Cinta di Garuda yang ia tanyakan. “Gue kangen.. lo udah tiga hari ga setor muka ke gue.” Sudah tiga hari ini Deva tak ikut ngumpul bersama temannya karena selama itu ada UH berturut-turut dan Deva tak ingin kecolongan. Jika sudah berkumpul dengan Cinta, Vani, Rian dan Putra berarti ia akan segera kehilangan mood belajar, yang ada diotaknya hanya bermain, bercanda dan ketawa. Mendengar penuturan Cinta, Deva hanya bisa mengacak-acak kepala juniornya itu. namun cinta menolak dan menjauhkan diri dari jangkauan tangan Deva. “Lo jangan sampe anggap gue adik juga ya,” ucap Cinta memperingatkan ia tidak ingin Deva menganggapnya adik sama seperti Vani. Meskipun Vani lebih tua darinya, Cinta ingin Deva selalu menganggap Vani hanya seorang adik dan teman, tidak lebih. “Gue ga denger lo ngomong apa, balik sana,” Deva selalu mengatakan itu jika Cinta sudah membicarakan hal yang cukup jauh. “Oke, jangan macam-macam Dev,, gue punya banyak mata-mata disana,” teriak Cinta yang sudah berlari kearah gedung SMP. “Ehem.” Putra sengaja berdeham agar Deva mengalihkan pandangannya dari adik kecil mereka. “Apa??” “Lo jangan sampe bikin adek gue hancur ya!” “Adek?” ejek Deva. “Percaya atau engga, dia sepupu jauh dari sepupu jauh gue,” ucap Putra mengingat pertemuannya dan Cinta diacara resepsi saudara mereka. Dan entah datang dari mana, Putra memiliki perasaan ingin menjaga Cinta setelah mengetahui fakta aneh itu. “Kalo gitu lo juga ga oleh bikin adek gue menderita.” “Gue ga suka sama Revan, t*i lo,” umpat Putra karena bisa-bisanya Deva mengira ia menyukai adik temannya itu. dan Revan kan cowok. “Vani. Lepasin dia kalo udah nemuin seseorang yang dia suka dan jangan lagi singgung berat badannya,” jelas Deva sambil berjalan meninggalkan Putra, tidak peduli jika omongan mereka di dengar orang lain. “Vani cewek gue, Dev.. dan kita semua tau apa yang sebenarnya terjadi di antara kami. Elo yang harus diwaspadain jangan sampe-” “-gue ga bakal ngelakuin kesalahan yang sama kaya yang dilakuin cowok-cowok di n****+, okey??? Gue bukan cowok yang hidupnya dramatis ataupun sinetronis ataupun novelis,” ucap Deva memotong ucapan Putra. Ia terkekeh sendiri mendengar istilah yang dikeluarkan oleh mulut pintarnya. >>>   Lo taro dimana motor gue?” tanya Kito pada Ayi. “Biasa aja dong, motor lo ga bakal ilang,” celetuk Fahri yang barusan dari pertamina, numpang BAB. “Iya” ucap Dea heran. “Emang ga hilang, tapi susah nyarinya. Lo ga tau aja kelakuan temen lo ini. Tiap minjem motor dia pasti markirin motor gue di lain tempat. Di kiri, kanan , depan ,belakang, tengah, baris kedua, baris-” “-bacot!!!” teriak Ucup karena ia sedang berusaha mengelupaskan bopeng lukanya yang sudah mengering, tapi kedua teman sejati itu malah banyak omong. Disamping Ucup terlihat Vani yang sibuk meniup bekas bopengan Ucup yang memerah. Gadis itu sangat tertarik dengan luka Ucup sejak beberapa hari lalu. “Gue ambilin balsem aja gimana Cup?” “Gila lo?” teriak Ucup yang ikutan meneriaki Vani. Vani yang tersinggung kembali ketempat duduknya. Ia kesal, padahal niatnya kan baik. Dari tadi juga dia dengan setia menuip luka Ucup. “Awas,” teriak Vani pada Fahri. Cewek kalau lagi kesal, semua cowok disekitarnya ikutan kena imbas. Tapi Fahri tidak peduli, ia tidak beranjak sedikitpun dan kembali mengingatkan Vani bisa tuntas ulangan biologi karena bantuannya. Vani diam saja, tak ingin menanggapi Fahri. Cewek itu berjalan ke belakang dan duduk disamping Kito. Tak lama setelah Vani mendiamkan semua orang, anak sebelah datang dan mengatakan jika Vani di tunggu oleh bu Tari di lantai tiga. Vani segera mengangkat bokongnya tapi Ucup segera menghalangi langkahnya. “Udah berapa kali gue bilangin jangan terlibat apapun sama mama gue?” tanya Ucup tidak suka. Hubungannya dengan Anggun benar-benar terancam. “Gue ga nemuin mama lo, gue cuma dipanggil sama salah satu guru gue. Salah?” tanya Vani kesal, padahal ia sedang berniat mendiamkan semua orang. Awas saja, kalau Ucup masih ikut campur urusannya maka Vani akan membuat cowok itu mendapatkan bopeng-bopeng yang lain. “Lo keras kepala banget,” teriak Ucup kesal pada punggung Vani yang makin menjauh. “Harus gue apain bu Dian Lestari? Udah ga bisa ke selatan eh dianya malah masih cari masalah,” celetuk Ucup sambil kembali berjalan ke bangkunya. “Durhaka lo, mama sendiri lo katain nyari masalah,” ucap Robi dan diabaikan oleh anak satu-satunya bu Tari itu. Vani memasuki kelas yang sedang belajar dengan bu Tari setelah meminta izin terlebih dahulu. Gadis cantik itu tidak menemukan alasan yang pas untuk menjauhi gurunya itu seperti yang diminta Ucup. Setelah terlibat pembicaraan yang tidak terlalu lama, Vani kembali ke kelasnya. Ucup juga sudah menungggu Vani di tangga terakhir sebelum koridor lantai empat. Cowok itu memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana sambil menunduk, Vani yang dipisahkan oleh satu anak tangga dengan Ucup berhenti karena menyadari bahwa dirinya sedang terancam. Ucup berjalan menuruni satu anak tangga dan Vani mundur satu langkah. Begitu terus sampai keduanya berada di anak tangga terakhir sebelum tangga zig-zag berikutnya. “Lo emang keras kepala ya, Cha,” ucap Ucup mengangkat pandangannya. “Gue Vani,” ucap Vani kesal. “Bu Tari bilang apa aja?” tanya Ucup tidak peduli pada Echa atau Vani yang saat ini diajaknya bicara. “Bukan urusan lo” ucap Vani, tapi melihat gelagat Ucup yang tidak akan mengalah, Vani memperlihatkan surat undangan reuni SMA yang ditujukan untuk mama tirinya. Ia kesal setengah mati karena harus menjelaskan hal tentang wanita itu pada Ucup. Terlebih Ucup bukan siapa-siapa dalam hidupnya. Sebelum melanjutkan langkahnya ke dalam kelas, Vani dengan sengaja menyenggol bahu Ucup. Hanya saja tingginya yang tidak seberapa jika dibandngkan dengan milik Ucup membuat gadis itu hanya menabrak lengan orang yang telah membuatnya kesal. >>>  Ucup yang selama beberapa hari mematuhi larangan mamanya untuk tidak ke selatan akhirnya khilaf juga. Suasana hatinya sedang sangat tidak baik dan rasanya hanya Anggun yang mampu membuatnya merasa sedikit lebih baik. Malang baginya karena menemukan cewek itu sedang berduaan dengan seseorang yang ia kenal sebagai sahabat orang yang berperan membuat moodnya buruk hari ini. “Nggun, bisa bicara bentar?” tanya Ucup malas. Bukannya menjawab pertanyaannya, Anggun malah tatap-tatapan seolah sedang meminta izin pada Fiki. “Urusan lo sama cewek gue penting banget?” tanya Fiki setelah Anggun menjauh. Rupanya ia telah meminta Anggun pergi agar ia bisa bicara dengan Ucup. “Cewek lo?” “Pacar gue, kalo lo masih belum paham.” Detik berikutnya Fiki dihadiahi pukulan di wajahnya oleh Ucup. Setelah beberapa bulan Anggun menjadi gebetannya bagaimana ceritanya cewek itu tiba-tiba pacaran dengan playboy cap neraka ini? Bukan menunjukkan raut kesakitan, Fiki malah tertawa senang. “gimana? Suka sama hadiah gue? Itu yang lo dapat dengan mendekati Vani dan membawanya kemana-mana.” Ucup tercengang, jadi si sialan ini memacari Anggun hanya untuk membalasnya? Disaat ia tidak punya motif apa-apa pada Vani? Jadi Fiki ini juga sudah mulai ada rasa pada sahabatnya itu? Menyambar kerah seragam Fiki, Ucup menyudutkanya ke salah satu pilar yang berada tak jauh dari mereka. “Easy, Cup. Gue balikin Anggun begitu lo jauhin Vani. Salah lo sendiri yang lebih dulu mengusik gue,” ucap Fiki setelah sekali lagi di beri pukulan. “Begitu? Sorry,gue lebih milih Vanesha tentu saja, lo lanjutin aja hubungan lo sama gebetan gue itu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN