Judul: Because Of You
Penname: Niwi Time
Link cerita:
https://m.dreame.com/n****+/JzLiiJlVsZ0sZa0BSzh4Kg==.html
___________________________________
....
TIGA
Zena Pov
Hari-hari kian berlalu tak terasa besok di waktu malam hari adalah acara reuni angkatanku dan sekarang aku diajak oleh dua temanku untuk membeli gaun pesta. Cukup mendadak sekali tapi tak apa yang penting besok hadir di acara itu.
"Eh guys, gue pantes gak kalau pakai dress ini? "tanya Agata padaku dan Sherly.
Aku melihat Agata memakai dress berwarna merah menyala dan tengah menggoyakan dress bagian bawahnya agar menyibak ke kanan ke kiri.
" Sebenarnya cocok Ta, tapi kulit kamu sawo matang dan agak gimana gitu kalau kamu pakai dress warnanya terlalu menyala. "Aku melihat Agata mendesah kecewa tapi ia menyadarinya dan menganggukkan kepalanya.
Aku menoleh melihat apa yang sedang dilakukan Sherly ternyata anak itu lebih memilih tempat make up yang letaknya lumayan dekat dari sini. Aku menghela napas pelan dan bingung harus apa sekarang. Aku tak biasa memilih berbagai macam jenis dress yang terpajang cantik di sekitar sini sebab harganya tak cantik bagiku. Aku menggigit jari tanganku menatap teman-temannku yang sibuk memborong beberapa barang yang dibutuhkan sedangkan aku hanya bisa mematung di tempat ini.
"Lhoh Zen, lo gak belanja? "tanya Sherly yang nampaknya selesai membayar belanjaannya dan kini temanku itu menghampiriku.
Aku bingung menjawab apa karena aku merasa malu tapi namanya dua temanku itu sudah dari dulu memang paham kondisiku malah sekarang aku diseret ke sana ke mari memilih dress cantik yang cocok untuk ukuran tubuhku.
"Coba yang ini deh Zen, pasti lo cantik! "Agata membawa dress sangat sangat elegan kepadaku.
Aku melongo melihat dress itu yang sangat cantik lalu aku tersenyum lebar dan masuk ke ruang ganti.
Beberapa menit kemudian akhirnya acara berbelanja ini selesai.
" Besok kita jemput lo ya, gue bakal make up in wajah lo secantik mungkin biar si mantan ngelirik lo Zen! "seru Sherly sambil merangkul pundakku.
Aku hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalaku. Tak mungkin jika Pandu kembali padaku sebab hatinya milik orang lain dan berharap pun tak mungkin kala Pandu dari dulu memang tak mencintaiku. Berpacaran denganku yang bagi Pandu hanya ingin main-main saja dan menyenangkan hati mantannya yang memaksanya memacariku.
"Iyaya terima kasih buat semuanya ya! "seruku sambil melambaikan tanganku kepada mereka setelah bertos ria ala-ala kita semasa SMA dulu.
" Kita pulang duluannya ya Zen! "teriak mereka bersama setelah menaiki mobil berwarna merah milik Sherly.
" Hati-hati! "
Aku pun membalikkan tubuhku dan berjalan masuk ke dalam rumah.
...
Keesokan harinya...
Rumah makan tempatku bekerja hari ini makin ramai saja membuatku sulit untuk sedikit mengambil waktu istirahat sejenak tapi walau begitu aku senang jika rumah makan milik ibunya Pandu selaris ini. Aku berdoa agar keluarga Pandu diberi kelancaran rejekinya.
Saat ini aku sedang mengelap meja-meja yang kotor serta di sampingku ada temanku bernama Dita yang bertugas mengambil piring-piring kotor dan di masukkan ke dalam keranjang yang nantinya di bawa oleh para karyawan laki-laki.
"Wah gak kerasa ya, capek banget. "Dita merenggangkan tubuhnya sebelum melanjutkan tugasnya lagi.
" Iya, tapi enak juga kalau gini. "
" Gimana enak? Remuk ni badan. "
" Haha tapi bagiku enak, soalnya kita pasti dapet bonus dari bos Anggun. "Aku tertawa pelan lalu menepuk pundak Dita untuk melanjutkan ke meja lain.
" Oh ya Zen, kamu sudah tau anaknya bu Anggun yang laki-laki itu. Aduh tampannya. "Dita memegang kedua sisi pipinya dengan wajahnya yang berseri-seri.
Aku tau siapa yang diomongin Dita saat ini ialah Pandu. Laki-laki masa laluku tapi masih terindah dihatiku. Ah memikirkan laki-laki itu tampaknya dia datang ke restoran ini, ya benar saat aku menatap sekeliling rumah makan ini terlihat di sana tepat di pintu masuk terdapat Pandu bersama seorang wanita. Seorang wanita? Aku menajamkan penglihatanku melihat wanita itu, sepertinya wanita itu tantenya dilihat dari penampilannya yang sangat dewasa apalagi make up tebalnya diwajahnya.
"Wah mas Pandu dateng ke restoran, panjang umurnya ya. Baru ku gosipin sama Zena. "Dita menatap tak percaya ke arah Pandu yang kini duduk bersama seorang wanita.
" Eh tapi, itu bukannya tante Cala ya upss maksud gue pacarnya Pandu. "Dita tampak tertawa mengejek menatap pasangan yang berbeda umur itu.
Dahiku mengkerut bingung karena ucapan Dita lalu aku bertanya padanya," Lhoh Dit maksud kamu apa ya? Aku gak paham.
"Oh itu loh tante-tante suka brondong, pacaran sama Pandu. Entah Pandu kerasukan setan apa bisa kecantol sama tante-tante anak satu itu. "
Apa? Jadi wanita itu ialah pacar Pandu, janda anak satu dong. Aku melongo tak menyangka jika selera Pandu turun sedratis itu, aku pikir penggantiku akan lebih cantik tapi kenyataannya adalah...
" Hey Zen! Kok kamu malah ngelamun, apa kamu cemburu nih yeee! " Dita menyenggol bahuku pelan ketika ia berjalan melewatiku dari belakang.
" Astaga orang ini! "Aku tersentak kaget ketika suara menggelegar Dita tepat di samping telingaku.
" Hehe. "Dita terkekeh pelan lalu kami melanjutkan tugas masing-masing.
Sesekali aku melihat ke arah Pandu yang sedang mengobrol dengan wanita yang kata Dita namanya Tante Cala eh maksudku Cala itu, tapi tak kusangka baru aku lihat ke arah sana ternyata Pandu juga melihatku dari kejauhan dan kami saling pandang lalu yang membuat hatiku bergetar adalah saat Pandu membuang wajahnya lebih dulu. Segitu tak sukanya dirinya padaku?
Setelah pekerjaan selesai aku pun menuju ke kamar mandi sebab tak bisa ku tahan untuk buang air kecil ini kemudian tak lama aku pun keluar dari kamar mandi dan aku tersentak kaget kala suara seseorang yang ku kenali tepat di sampingku.
"Zena? "panggil orang itu padaku.
Aku menoleh ke samping mendapati dirinya yang sedang bersender di dinding samping toilet itu.
" Secepat itukah kamu kembali? "tanya Pandu padaku, ya orang itu Pandu alias mantan pacarku.
" Kenapa emangnya? "
" Kamu belum bisa move on dariku kan? "tanyanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku sontak membuat langkah kakiku perlahan mundur.
" Aku aku. "Aku terlalu gugup dekat dengannya dan tak sadar kini punggungku menabrak dinding toilet ini.
" Bilang ajalah secara jujur? Lebay banget kalau gugup gini. "Pandu terkekeh pelan menatap wajahku yang sepertinya mulai memerah.
" Iya aku belum bisa move on dari kamu, puas?! "Teriakku sambil menatap sekeliling di sekitar sini yang lumayan sepi.
" Emm aku belum merasa puas, datanglah ke reuni nanti malam ya? "Pandu menepuk kedua sisi pipiku pelan lalu berlalu pergi meninggalkan tubuhku mematung di tempat ini.
Sifat Pandu dari dulu tak berubah sama sekali, sikap playboynya masih tertempel di dalam dirinya apalagi parasnya yang makin tampan saja bahkan yang ku tahu tadi tubuhnya makin berotot saja, ya karena dirinya suka berolahraga sejak SMA dan pernah menjadi kapten basket. Jujur saja move on darinya itu sangat sulit, ya aku tau dia playboy tapi dia sangat perhatian dan lembut pada semua perempuan terutama padaku dulu walau aku tau dia memiliki pacar yang tak terhitung banyaknya tapi dulu semasa aku pacaran dengannya yang membuatku heran adalah aku wanita pertama yang diperkenalkan pada ibunya, Anggun.
Lama ku berpikir tentang Pandu membuatku tak sadar jika sudah waktunya jam istirahat dan pergantian shift kerja.
...
"Wah Zena, lo cantik banget ya! "pekik Agata ketika melihat menampilan Zena dari bawah ke atas dan berulang-ulang.
" Apalagi hasil riasan gue nih, juga gak kalah cantiknya dong! "Sherly menepuk dadanya bangga atas hasil karyanya memberi polesan make up sedikit kepadaku. Seusai dengan keinginanku yang memang aku tak terlalu menyukai memakai make up tebal.
Aku berdiri memandangi penampilanku di depan cermin berukuran besar yang terpasang di samping lemariku, sungguh penampilanku kali ini seperti bukan diriku. Jujur saja aku memang jarang memakai make up diwajahku dan yang sering aku pakai adalah bedak bayi serta make up yang ringan.
Teringat ucapan Pandu tadi siang, aku menatap wajahku yang sangat berbeda lalu ku pegang salah satu sisi pipiku dan tersenyum lebar. Tampilanku berbeda dengan biasanya itu yang membuatku lebih percaya diri datang ke acara reuni SMA.
"Eh ya nanti juga acara Riska ulang tahun,"ucap Agata sambil merapikan rambutnya yang dihiasi aksesoris bunga-bunga indah.
"Bukannya ulang tahun Riska minggu lalu ya, tapi ya gak dirayain sih. Dia maunya dirayain barengan sama acara ini! "sahut Sherly yang masih menebalkan make upnya.
" Riska? "Aku teringat dengan nama seseorang yang membuatku menjadi kenal sama Pandu.
" Iya, Riska mantanya Pandu upss, "celetuk Sherly dan menatapku dengan tatapan mengejeknya.
" Tapi dia baik kok bahkan anehnya dulu dukung Pandu jadian sama lo Zen, "Ucap Agata yang kini membereskan alat make upnya dan dimasukkan ke dalam tas khusus make up sama seperti apa yang dilakukan Sherly saat ini.
Ya sepertinya ku ingat dengan Riska, dia memang dari dulu terkenal gadis yang baik sekaligus pacar pertama Pandu di SMA dan yang membuatku bisa pacaran dengan Pandu itu dari dia. Pandu dulu sangat ingin berubah agar tak menjadi playboy lagi lalu Riska menyuruh diriku untuk merubah sikap Pandu menjadi lebih baik lagi tapi kenyataannya sikap Pandu makin lama makin sama seperti dulu. Riska menyuruh Pandu untuk memacariku, aku sedih kala Riska ternyata memiliki penyakit yang mematikan dan membuatku menerima menjadi pacar Pandu tapi aku yang jatuh cinta duluan. Pesona Pandu memang benar-benar kuat sekali, pantas saja banyak gadis yang merasa klepek-klepek dengannya.
"Zena makin lama lo itu suka melamun ya, awas kesambet lhoh! "sentak Sherly tepat di samping telinga kananku.
Aku langsung mengerjapkan mataku beberapa kali lalu tersenyum kecil.
" Yuk berangkat! "
...
Satu kata yang kulontarkan dari mulutku ini adalah
" Indah. "
Acara reuni ini diadakan di aula sekolahku, sungguh sangatlah cantik hiasan ini dan rata-rata tempat yang digunakan untuk menerangi di tempat ini memakai cahaya lilin-lilin yang indah. Lagu bergenre romansa dinyalakan dan beberapa anak alumni sudah ada yang mulai berdatangan serta sibuk mencari tempat duduk yang nyaman. Aku duduk bersama Agata, Sherly, Mahendra dan Adi hanya merekalah teman-temanku.
"Lo cari siapa Zen? "tanya Adi penasaran padaku.
" An anu. "
" Ya cari mantan terindahnya lah, "sewot Agata disertai kekehan kecil dari mulutnya.
Aku mendengus kesal ketika teman-temanku sibuk menggodaku tapi hatiku terasa hangat sekali jika ternyata teman-temanku masih mendukungku kembali pada Pandu.
Lima menit kemudian acara reuni akhirnya dimulai dan bersamaan itu pula aku melihat Pandu datang ke acara reuni tapi yang membuat hatiku hampa adalah Pandu datang tidak sendiri melainkan bersama wanita tadi siang yang datang ke restoran. Wanita yang pantas dipanggil tante-tante. Sorak-sorakan ramai ditempat ini saat Pandu datang bersama pasangannya bahkan ada yang secara terang-terangan menyebut Pandu salah memilih pasangan tapi terlihat Pandu biasa saja dan kumpul dengan kawannya. Ku lihat dari kejauhan tante Cala itu cepat berbaur dengan teman-teman Pandu.
"Ekhem ekhem uhuk-uhuk!"lantas aku menoleh ke arah Mahe yang kini tengah tersedak, ku lihat tangannya membawa minuman seperti jus atau apalah itu karena di sini dilarang membawa minuman alkohol.
"Njir tersedak beneran dia! "Sherly pun langsung membantu Mahendra dengan menepuk tekuknya pelan.
" Kena karma kan? "Aku terkekeh rupanya temanku ini pura-pura tapi malah beneran dia tersedak air minumnya.
" Sialan! "umpat Mahendra tapi kemudian malah ia terkekeh pelan membuat diriku mengernyit bingung.
Di tengah-tengah aku bercanda gurau dengan teman-temanku, terdengar suara seseorang yang ku kenali memanggilku membuatku langsung menoleh ke arah asal suara memanggil namaku itu.
" Zena? "
" Riska! "Kedua mataku membulat melihat kondisi orang itu sedang tidak baik.
Yang ku lihat saat ini adalah Riska yang dulunya memiliki badan atletis kini sangat kurus bahkan yang membuatku bingung ia duduk di kursi roda serta kepalanya yang memakai cupluk. Sepertinya Riska tak mempunyai rambut memang sudah kelihatan mana yang mempunyai rambut dan mana yang tidak.
Aku berjalan menghampiri Riska lalu bejongkok di depan kursi rodanya karena Riska tengah memakai kursi roda, wajahnya pucat pasi tapi ia mengulas senyum lebarnya menatapku.
"Apa kabar Zena? Kamu kok jahat sih, kata Agata kamu ke Malang. Kamu tega ya gak kabarin aku. "
" Ah maaf Ris, waktu itu aku sedang kalut. "
" Padahal aku ingin bersamamu saat sedang terpuruk. "
" Tidak apa-apa Riska, kamu kok beda ya Ris? Emang segitu parahnya penyakitmu?"aku menatap sendu ke arahnya lalu tangan Riska meraih tanganku dan digenggam kuat. Tangan itu sangat rapuh serta terasa dingin.
"Jangan pikirkan itu, emm apa kamu gak ngucapin ulang tahun untukku? Kamu gak ngucapin lhoh? "Riska mencebikkan bibirnya kesal padaku.
Aku terkekeh pelan dan berkata," maaf ya, ya selamat ulang tahun untuk Riska semoga sehat selalu dan lebih baik dari sebelumnya. "
Riska tersenyum lebar dan memelukku.
" Aku yakin kamu pasti akan menikah dengan Pandu! Semoga kalian balikan lagi ya? "Riska menyengir lebar sambil menggoyangkan kedua tanganku.
Aku menggigit bibir bagian bawahku, itu tak mungkin terjadi sebab Pandu sudah memiliki wanita lain.
...
" Zena! "
Aku memutarkan tubuhku ke belakang ternyata seorang wanita memakai dress hitam panjang sambil membawa dua gelas dan salah satunya disodorkan padaku.
" Oh ya? "aku tak mengenali gadis itu tapi aku pernah melihatnya, dia juga seangkatan denganku.
" Kamu ya yang namanya Zena? "
" Iya, ada apa ya? "Aku yang merasa tak enak hati pun menerima gelas yang diberikan oleh wanita itu.
" Ah enggak papa kok cuman tanya aja. Emm maaf menganggu, aku mau kesana bentar. Oh ya namaku Celine, salam kenal ya? Diminum lhoh minumannya, aku tadi yang ngeracik sendiri. "setelah aku mengangguk sebagai balasan, wanita yang memiliki nama Celine itu pergi dan berhambur ke arah beberapa alumni disini yang sedang menari.
Ya memang disini disediakan meja bar untuk yang ingin minum dan meracik sendiri pun bisa asal jangan bikin rusuh aja.
Padahal aku sudah minum hasil racikan Mahendra tapi karena aku memang orangnya penasaran pun ku minum minuman yang diberikan oleh Celine. Rasanya enak sekali ada rasa cappucino terus apalah aku lupa dan intinya membuatku langsung meneguk hingga habis tak tersisa.
Aku memang sendirian disini sebab Agata dan Sherly sedang asik berjoget dengan beberapa anak lain karena musik disini sangat enak layaknya tempat club malam tapi tempat di sini bedalah karena masih ada sopan-santunya. Tiba-tiba tubuhku rasanya tak enak, emm rasanya sangat panas lantas membuatku ingin sehera menuju ke kamar mandi.
Aku keluar dari aula itu lalu aku menuju ke kamar mandi tapi saat ku menatap sekitar hanya tempat beberapa saja yang lampunya menyala, aku pun memilih ke kamar mandi samping ruang UKS. Langkah kakiku sangat cepat hingga dari arah kanan seseorang menabrakku dan membuatku terjatuh ke lantai.
"Zena? "panggil orang itu padaku.
Aku menyipitkan pandanganku ke arah depan dan mataku membulat kala melihat Pandu berada di hadapanku. Tangan Pandu membantuku untuk berdiri.
" Makasih, "cicitku.
" hmm. "
Ku lihat wajah Pandu nampak merah padam dan seperti sedang tak nyaman. Ia sesekali mengusap tekuknya tapi aku menundukkan wajahku ke bawah saat Pandu melihatku.
" Hmm bantu aku? Ku mohon! "tubuhku tersentak ketika kedua tanganku yang tadinya saling menggenggam kini dipegang erat oleh kedua tangannya yang kekar itu.
" Bantu apa? "tanyaku dengan nada gugup saat ku lihat napas Pandu kian memburu.
" s**t panas! "umpat Pandu kemudian menarik tanganku dan akupun berlari mengikuti arah lari Pandu saat ini.
" Kita mau kemana? "tanyaku panik.
" Udah ikut aja! "sentak Pandu.
Aku ketakutan ketika tubuhku dipaksa masuk ke dalam mobil hitam yang sepertinya itu miliknya. Pandu juga masuk ke dalam mobil dan melanjutkan mobil itu dengan kecepatan tinggi.
" Kita kemana? Arghh panas!"teriakku ketika tubuhku terasa panas bahkan membuatku gelisah karena bagian bawah tubuhku seperti ingin sesuatu.
Aku mengginggit bibir bagian bawahku lalu aku berusaha melepaskan gaun yang kupakai.
"Tolong jangan di sini! Kita ke hotel milik ayahku, kita tuntaskan di sana. "
Aku sudah tak tau lagi arah pembicaraan Pandu dan yang ku fokuskan saat ini adalah aku ingin disentuh apalagi melihat wajah dan tubuh Pandu yang nampak menggoda itu membuat sesuatu bagian bawah tubuhku, arghh intinya ku tak bisa menjelaskan...
" Kita sudah sampai babe. "Pandu langsung membuka pintu mobil itu dan berlari menghampiri ku ke samping mobil.
" Arghh! "teriakku ketika Pandu menggendongku sembari berlari menuju hotel miik ayahnya.
" Maafkan aku, tapi aku sudah tak tahan lagi."
...