DUA PULUH

2927 Kata
DUA PULUH "Dari kemana aja kamu mas? "tanya Zena menatap suaminya intens. " Aku.. Emmm apa kamu sudah melahirkan? "tanya Pandu yang masih berdiri di ambang pintu. " Kenapa mas sulit dihubungi saat aku akan melahirkan? Aku benar-benar sangat kecewa."kedua mata Zena mulai berkaca-kaca menatap Pandu. Tanpa menjawab, Pandu langsung masuk ke dalam kamar dan menguci pintu kamarnya dari dalam. Lelaki itu memegang bahu Zena dan menatap dalam tepat pada manik Zena. "Maaf, aku ada urusan penting Zen. " " Apa itu lebih penting dari anak kita? " " Zen, tolong mengertilah--" "Mas selalu berkata seperti itu! Mas selalu menyuruh aku untuk mengerti mas Pandu tapi mas Pandu gak pernah ngertiin Zena."Zena mengeluarkan semua unek-uneknya langsung pada Pandu. Tak peduli jika wajah suaminya saat ini tengah lelah. "Zena dengarlah, aku tau aku salah. Aku minta maaf Zena, sudah kamu jangan menangis itu akan membangunkan mereka. "Pandu melihat si kembar yang sedang sama-sama menggeliat karena tidurnya terusik oleh suara tangisan Zena. Zena pun mengusap air matanya lalu berjalan mendekati anak kembarnya dan menenangkan mereka agar tak bangun dari tidurnya. " Apa mereka perempuan? "tanya Pandu yang memang firasatnya bilang seperti itu. " Iya mereka perempuan. "Zena memberitahukan nama si kembar itu pada Pandu hingga Pandu paham mana yang kakak dan adik. " Lihatlah wajah mereka yang sama seperti mas waktu kecil dulu,"ucap Zena dengan nada biacaranya yang lembut disertai senyumannya yang manis. "Emang kamu tau foto masa kecilku dulu? "Pandu ikut duduk di atas kasur dan melihat si kembar. Ia tak percaya jika umurnya yang masih muda telah menjadi ayah. Ia akui jika itu adalah anaknya kala melihat wajah mereka yang sama persis seperti dirinya waktu kecil dulu membuat ia meragukan untuk menceraikan Zena. Apakah ia harus benar-benar mengajak Zena poligami? " Aku tau foto masa kecil mas dulu dari album keluarga mas, ibu yang memberitahukanku kemarin. Mas sangat tampan sejak lahir dan mereka anak mas juga cantik sejak lahir. " " Maaf aku tidak datang saat itu. " " Emang mas kemana? " " Asha, anak Cala meninggal karena keracunan." Zena sangat terkejut dengan ucapan Pandu. Jadi Pandu lebih mementingkan anak orang lain daripada anaknya sendiri? ... Zena kini tengah melihat suaminya sedang bercengkrama dengan seseorang  dari ponselnya. Ia yakin seseorang yang ditelpon suaminya itu ialah Cala. "Aku tidak tau lagi dengan Mas Pandu yang sangat tega padaku. " " Tidak datang saat si kembar lahir dan lebih memilih menemani Cala yang sedang berduka karena anaknya meninggal. Pantaskah mas Pandu dipanggil ayah untuk si kembar? Mengadzankan sewaktu si kembar lahir pun juga tidak. " " Datang ke rumah hanya tanya 'apakah kamu sudah melahirkan?' sungguh mas mendengar itu hatiku makin sakit. Aku tak melihat raut wajah penyesalan mas Pandu ketika minta maaf padaku. "Zena mengusap air matanya segera saat mendengar suara tangisan anaknya yang menggema di dalam kamar. " Iya sayang. "Zena berjalan masuk ke dalam kamar dan ternyata dua anaknya tengah menangis bersamaan. Zena mencoba menggendong Silma karena anaknya itu yang mudah ditenangkan lebih dulu sedangkan Salma pasti lama menangisnya walau sudah diberi ASI. " Cucup iya sayang, iya ini ada bunda nak. "Zena menimang Silma dengan posisi duduk sebab tangan satunya di gunakan untuk mengusap Salma. Zena bingung harus minta tolong siapa sebab mertuanya sedang keluar menghadiri acara penting. Akhirnya Zena pun menghampiri Pandu yang masih teleponan. " Mas Pandu, mas Zena minta tolong! "Zena menatap mohon pada Pandu. Pandu berdecak kesal ketika ia merasa terganggu oleh tangisan bayi dan suara Zena kemudian ia mematikan teleponnya secara sepihak. " Apaan sih Zen! Kamu nganggu aku sih! " " Mas si kembar nangis barengan, tolong kamu gendong Salma ya! Aku mohon mas."pinta Zena sambil menggoyangkan lengan Pandu. "Iyaya. "Pandu pun berjalan menuju kamarnya dan terlihat jika Salma tengah menangis Pandu pun mulai menggendong Salma dan menimangnya pelan. " Ini sudah malam, masih saja nangis. Emang kamu gak ngasih makan mereka apa? "Pandu menatap tak suka pada Zena. " Aku sudah kasih mereka ASI, mereka memang sering menangis saat malam hari. " Pandu pun menimang anaknya yang tengah menangis. " Ini ayah, kamu menangis malam-malam hari seperti ini kasihan bunda kamu. Cupcup, sayang. "Pandu membisikan sesuatu untuk anaknya itu. Anehnya tangisan Salma makin lama makin mereda dan berakhir berhenti dengan menggerakkan badannya mencari tempat yang nyaman. Pandu mendekap tubuh mungil anaknya dan tetap menimangnya secara pelan. Zena melihat apa yang dilakukan Pandu pada Salma dan mendengarkan apa yang diucapkan oleh Pandu pada si kembar. Entah mengapa air matanya menetes begitu saja, teringat Pandu masih belum menerimanya menjadi istri satu-satunya dan masih berhubungan dengan Cala. Segitu besarkah cinta Pandu pada Cala? "Mas Pandu, terima kasih. "Zena tersenyum pada Pandu tapi Pandu hanya menatapnya datar setelah menidurkan Salma. Pandu langsung pergi begitu saja, sejak adanya si kembar di kamarnya. Pandu tak pernah tidur di kamar dan lebih memilih tidur di sofa alasannya karena tak mau mendengar si kembar menangis, menurutnya itu sungguh mengganggunya. Zena tak tau sikap Pandu seperti apa, Pandu bisa jadi lembut ketika menenangkan anaknya tapi jutek padanya padahal dulu Pandu bersikap manis padanya. Apakah karena dirinya sudah melahirkan si kembar? Munculah sikap asli Pandu padanya seperti ini. Silma sudah tidur kemudian diletakkan kembali di atas kasur oleh Zena. Zena tersenyum melihat si kembar tertidur pulas segera ia meletakkan kelambu untuk mereka. ... "Uuuhhh lucunya si mungil ini. "pagi hari seperti biasa Zena menjemur si kembar di halaman rumah mertuanya. Banyak tetangga berbondong-bondong menghampiri Zena hanya sekedar melihat si kembar sedang dijemur. Apalagi ada beberapa anak kecil yang merasa gemas pada si kembar walau si kembar sedang tertidur pulas. Zena melihat Pandu sudah berpakaian rapi membuat pikirannya bertanya-tanya. Ingin bibirnya terucap untuk mengatakan sesuatu pada Pandu tapi hatinya menyuruhnya untuk diam saja. Ia sudah lelah dengan sikap Pandu yang seolah tak menganggap dirinya istrinya. Zena masih merasa bersyukur jika Pandu menerima si kembar walau sering kali mendapat bentakan dari Pandu hanya karena masalah sepele. "Zena! "panggil Pandu pada Zena. Zena duduk di depan halaman rumah menemani si kembar yang sedang dijemur. Pandu menghampirinya dengan jalan tergesa-gesa. " Jangan menungguku ketika aku pulang malam, kamu itu suka ya kalau aku makin dimarahi sama orang tua aku. Sengaja bikin orang tua marah sama aku? " " Baik mas,  "balas Zena dengan suara yang pelan. " Aku akan pergi mungkin tak pulang."Zena yang akan mencium punggung tangan suaminya terlambat, Pandu pergi begitu saja setelah menengurnya. "Aku mencoba kuat menahan rasa sakit ini, tolong air mataku jangan tumpah, "gumam Zena mencoba menahan air matanya sekuat mungkin. " Zena? "panggil Anggun sambil membawa nampan berisikan cemilan. " Iya bu? "Zena tersenyum saat ibu mertuanya datang membawakannya makanan. Seperti biasa, ibu mertuanya perhatian padanya seakan menahannya agar dirinya tidak pergi dari sini. Untuk soal Pandu, Anggun dan Estu marah besar pada Pandu dan mendiamkan Pandu selama beberapa hari ini bahkan mengabaikan Pandu saat ada di rumah. Tapi yang membuat Zena merasa tak percaya pada sikap Pandu adalah Pandu tak meminta maaf pada kedua orang tuanya dari itu membuat hati Anggun dan Estu sedih. "Ini ibu buatin kue bolu khusus buat menantu ibu biar tambah cantik ini. " " Ihh ibu bisa saja. "Zena terdenyum malu digoda oleh ibu mertuanya. " Si kembar tidurnya pulas banget ya, ibu jadi gak sabar kalau lihat mereka besar nanti apalagi saat saat belajar jalan pasti lucu sekali. "Si kembar menggerakkan tubuhnya, si kembar diletakkan di kereta dorong bayi yang khusus untuk bayi kembar jadi terlihat lebar. Itu adalah hadiah dari Irene serta keranjang bayi untuk tidur mereka. " Sama bu, Zena juga begitu." "Apa Pandu juga merawat mereka? " " Iya bu, Pandu merawat mereka juga. Bahkan saat menangis Si kembar malah lebih cepat tenang digendong sama mas Pandu daripada aku. " " Ya berdoa aja ya nak, semoga Pandu cepat berubah. Itu anak kerasukan setan apa sih bisa kaya gitu. " " Oh ya nak, bentar lagi selapan saat umur mereka satu bulan nanti. Nanti ibu aja yang nyiapin semuanya ya? Kasihan si kembar kalau kamu tinggal, "lanjutnya. " Iya bu, maaf kalau Zena ngerepotin. " " Ngerepotin apa to, ini kan untuk cucu ibu juga. " " Eh kayaknya Salma mau nangis, tuh kan bener. "Anggun terkekeh pelan melihat cucunya mau menangis. " Kayaknya haus tuh. " " Tidak bu, ternyata ngompol. "Zena tertawa kecil melihat Salma tengah bergerak merasa tak nyaman. " Tuh kan Silma ikut nangis juga. "Anggun segera beranjak dan menggendong Silma. " Eh juga ngompol. " " Si kembar. "Zena menggelengkan kepalanya pelan. ... Hari-hari kian berlalu dan tepat di hari ini di rumah Estu diadakan selapan untuk si kembar. Banyak para tentangga berdatangan ke rumah Estu. Untuk kalian yang belum mengerti apa itu SELAPAN? Saya sedikit menjelaskannya. Jika kalian tinggal di lingkungan masyarakat Jawa maka kalian akan mendapati banyak tradisi yang dilakukan. Salah satunya yaitu tradisi yang bernama Selapanan. Selapanan merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat pada bayi setelah 35 hari kelahirannya. Hari ke-35 kelahiran seorang manusia menjadi sangat penting bagi manusia Jawa lantaran hari itu adalah hari lahir si bayi berdasarkan hitungan penanggalan Jawa.Contohnya, bayi yang lahir di hari Selasa Wage maka di hari ke-35 akan bertemu lagi dengan hari Selasa Wage yang sama. Tradisi Selapanan dilakukan dalam rangka rasa syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi. Tradisi Selapanan dilakukan dalam beberapa rangkaian acara. Acara pertama adalah parasan atau potong rambut bayi. Pada kegiatan ini, rambut bayi dipotong pertama kali oleh kedua orang tua si bayi. Setelah itu baru dilanjutkan pemotongan rambut bayi oleh para sanak saudara, pemuka agama atau sesepuh setempat. Pemotongan rambut ini dilakukan hingga rambut bayi bersih atau habis. Keyakinan orang dulu ketika mencukur habis rambut bayi adalah agar rambut bayi bisa tumbuh lebih bagus dan bersih.Namun seiring perkembangan waktu, banyak orang tua yang khawatir memotong rambut anak sampai habis hingga kemudian muncul parasan dengan hanya memotong sebagian rambut sebagai simbol saja. Dalam acara potong rambut bayi seringkali dilakukan juga pemotongan kuku bayi. Setelah acara potong rambut atau parasan dan potong kuku ini dilakukan maka akan dilakukan pembacaan doa-doa yang ditujukan pada keselamatan bayi beserta keluarga. Tradisi Selapanan ini biasanya dilakukan setelah sholat maghrib dengan dihadiri oleh seluruh anggota keluarga, sanak saudara dan juga masyarakat serta para pemuka agama. Sebelum acara Selapanan dilakukan, pada sore hari warga bersama-sama bergotong royong membuat tumpeng yang berisi makanan (bancaan) untuk kemudian dibagi-bagikan kepada kerabat dan anak-anak kecil di lingkungan rumah. Bancaan ini dibuat dengan harapan agar bayi nantinya bisa berguna, bermanfaat, dan membahagiakan masyarakat sekitar. Dalam bancaan ada menu makanan wajib yang harus ada yaitu nasi putih dan gudangan atau urap yang terdiri dari berbagai sayuran yang diberi bumbu parutan kelapa. Nantinya nasi putih dan urap ini akan ditempatkan dalam wadah yang disebut pincuk yang terbuat dari daun pisang yang dibentuk seperti mangkok. Sementara itu dalam bancaan menu tambahan yang biasa ditambahkan yaitu telur rebus atau telur pindang. Telur banyak dipilih sebagai menu lauk pelengkap bancaan Selapanan karena dianggap mewakili asal mula kehidupan. Namun, seiring waktu berjalan, kesibukan yang meninggi dan keinginan untuk hidup lebih praktis, ritual selapanan sudah banyak ditinggalkan. Ada yang sekadar mengumpulkan keluarga terdekat untuk memotong rambut si bayi, tapi ada juga yang sudah sama sekali tidak melakukannya. Jikalau orang tua bayi secara finansial tidak mampu melaksanakan selapanan, hal itu tidaklah menjadi masalah, karena acara tersebut hanyalah merupakan tradisi turun temurun masyarakat Indonesia, akan tetapi untuk aqiqah sangatlah dianjurkan, hal ini berbeda dengan selapan, sebab tradisi aqiqah berangkat dari hadis Nabi dan pada umumnya tradisi Selapanan dan Aqiqah biasanya disertai keramaian semisal klenengan, ketoprak, pentas wayang dan sebagainya. "Salma gundul. "Anggun mengajak Salma berbicara di dalam gendongannya. " Dia gak nangis dan anteng banget tidurnya. "Zena tersenyum melihat Anggun tengah menggendong Salma. Semuanya was was melihat Salma tadi sebelumnya Silma sudah menangis ternyata Salma malah diam sesekali bibir mungilnya melengkungkan senyuman kecil itu makin membuat keluarga besar Pandu gemas melihat Salma begitu saat membuka matanya lalu kembali tidur. "Untungnya Pandu datang walau telat datangnya. "Anggun menatap Pandu yang tengah menimang Silma hingga Silma tertidur. " Silma kalau sama ayahnya itu nurut dan diam bu, kalau Salma itu udah kenyang ya mau tidur. Lihat matanya udah mau nih tinggal 5 watt lagi. "Zena tersenyum gemas menatap si adik si cengeng. Mata Salma ternyata masih sayup sayup mau tidur. " Yaudah biar neneknya aja yang nimang sama nidurin, kamu istirahat dulu aja. Pasti kamu capek tadi ngurusin si kembar sendirian.  " " Maaf bu, jadi ngeropotin." Zena tersenyum merasa tak enak pada ibu mertuanya. "Huss udah jangan begitu, kamu makan dulu deh kalau laper lagi. Digemukin badannya." "Iihh ibu, Zena udah gendut sejak hamil. "Zena merasa tubuhnya makin bertambah berat badannya sejak hamil dan di tambah lagi ia juga sering lapar saat saat ini. Anehnya lagi saat selesai menyusui si kembar pasti perutnya langsung berbunyi minta diisi. Zena pun pamit pergi menuju dapur. Wanita itu juga melihat Pandu yang ternyata habis keluar dari kamar. Pandu dan ia memakai pakaian yang memang senada karena sudah dipesan dari jauh-jauh hari. Zena mengulum senyum manis, ia berjalan menghampiri Pandu. "Mas? "panggil Zena membuat Pandu yang tadinya ingin melihat ponselnya pun langsung menoleh menatapnya. " Napa? " " Aku ingin ngomong bentar deh. "Zena menarik tangan Pandu agar mereka minggir dari banyak orang sedang berberes di rumah ini. " Mas kapan nih kita foto bareng sama si kembar? "tanya Zena pada Pandu. Entah lah tiba-tiba Zena memiliki rencana untuk mengajak foto bareng keluarga keluarga kecilnya. " Aku masih sibuk, si kembar aja yang foto. Ngapain kita harus ikut? " " Yaa kan aku pengen. Nanti kalau mereka udah besar bisa ngerti masa kecil mereka sama orang tuanya. " " Aku sibuk apalagi dua hari lagi, intinya aku sibuk. Aku gak mau membatalkan acara kesibukkan aku, "balas Pandu dengan suaranya yang tegas. "Baiklah kalau gitu, apa setelah acara mas gimana? Emang acara apa sih mas? " " Acara sama temen-temen. " " Emang gak bisa di tunda. " Pandu menghela napasnya kasar dan berkata," meskipun kamu bilang begitu, aku tidak akan membatalkan acaraku sendiri! "lalu pria itu berlalu pergi meninggalkan Zena yang tersenyum kecut melihatnya. " Yaudahlah kalau gitu, besok lusa aku tetap mau foto sama si kembar. Biar mereka punya foto waktu masih bayi. "Zena menghela napasnya pelan lalu masuk ke dalam kamar untuk melihat anaknya tengah tidur terlelap sehabis menangis tadi. ... Keesokan harinya... " Gimana caranya biar tau mana adek mana kakak, kembar banget deh. "Irene menggendong Silma sedangkan Salma digendong oleh Zena karena masih menyusu. " Kalau Salma itu punya tanda lahir di lengannya sedangkan Silma tidak ada. "Zena menunjukkan tanda lahir di lengan mungil Salma pada Irene. " Oh gitu tapi gimana taunya kalau dibungkus gini? "tanya Irenw penasaran. " Kalau Zena sih tau aja. " " Kan kamu ibunya Zena. "Irene terkekeh pelan disusul tawa renyah Zena. Mereka ada di dalam kamar Pandu dan Zena. Irene baru bisa datang sekarang karena kemarin masih kerja. Irene senang melihat keponakannya yang cantik ini membuatnya terus menatap si kembar sesekali tersenyum lebar ketika digoda oleh Irene. "Tau gak budhe lhoh yang selalu meriksa kamu saat masih di dalam perut bundamu. "Irene senang mengajak ngobrol si kembar walau mereka masih tak tau apa yang diucapkannya. Tapi melihat mereka yang serius menatap budhenya itu membuat Zena terkekeh kecil. " manisnya ya kalau senyum gitu, kenyang ya? "Sekarang ganti Salma berada dalam gendongan Irene. Irene mencium pelan pipi Salma. Andai kamu dulu tak mengkhianatiku pasti aku sekarang punya anak denganmu-batin Irene, ia teringat pada masa lalunya yang kelam bahkan untuk mengobati luka dihatinya itu sangat sulit baginya. "Ululu molet dia, mau tidur iya? Hmm? "Irene pun beranjak berdiri dan menimang Salma agar tertidur. Zena tersenyum melihat kakak iparnya yang selalu membantunya saat masa-masa ia masih hamil hingga melahirkan. Ia berharap kakak iparnya segera menemukan jodohnya dan memiliki anak yang lucu seperti si kembar. Zena menatap Silma yang saat ini diam menatapnya bahkan Zena langsung menutup payudaranya ketika Silma sudah tak mau minum lagi mungkin sekarang masih kenyang. "Tumben gak nangis nak? Adikmu aja udah mau tidur. Kamu diam gini bikin bunda gemas sama kamu. "Zena mengusap pipi Silma secara  lembut, Silma bergerak sambil tersenyum menatapnya seolah mengerti jika dia bersama ibunya. Orang yang melahirkan dan merawatnya itu. " Salma udah tidur, kalau Silma? "tanya Irene pada Zena. " Dia gak tidur tapi natep aku terus.  " " Mungkin dia ngamatin wajah bundanya. "tebak Irene. " Ah mbak Irene mah bisa aja. " " Salma aku tidurkan ya, aku pengen ngeloni dia oleh gak? "tanya Irene dengan ledua matanya berbinar. " Boleh mbak. " " Mbak? "panggil Zena yang saat ini ia tengah berdiri menimang Silma. " Iya Zen? " " Mbak besok ada waktu luang gak? " " Emang kenapa Zen? " " Sebenarnya Zena mau ngajak si kembar foto gitu. " " Oh itu di samping klinik mbak ada studio foto di sana, bagus-bagus kok jadinya. Kamu ke sana aja. " " Bisa nemenin Zena gak? " " Bisa sih bisa mungkin gak bisa lama Zen. Kenapa kamu gak ngajak Pandu? " " mas Pandu sibuk mbak, nanti katanya sih nginep juga. Besok ada acara dia. "raut wajah Zena kembali sedih mengingat penolakan keras dari Pandu. " Ya ampun masak nganterin anaknya aja gak mau. "Karin menggelengkan kepalanya tak percaya dengan sikap adiknya. " Udahlah mbak, Zena gak mau maksa mas Pandu. " " Yaudah Mbak besok nemenin cuman gak bisa lama. Maaf ya Zen. "Karin tersenyum merasa tak enak. " Haduh mbak, gapapa kok. Besok berangkatnya bareng ya mbak? " "Iya. Nanti biar sopirku juga yang ngantar kamu pulang jadi kamu gak usah naik taksi. Eh tapi apa kamu bisa?" Irene tak mungkin membiarkan Zena sendirian bersama si kembar di studio foto itu. "hemm gini aja deh, besok sama ngajak bu Tantri. "Zena menyebutkan nama tetangganya dikostannya dulu. " Oh yaudah kalau, besok ya. " " Siap. "Zena menganggukkan kepalanya mantap. 'Maafkan mbak Zen, mbak melakukan kesalahan besar pasti setelah tau yang sebenarnya, kamu akan marah sama mbak'batin Irene kala menatap raut wajah Zena terlihat sangat ceria disertai senyuman cerah ketika menggoda si kembar. ... 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN