Bibit Cinta

1031 Kata
Selamat membaca! Mendengar perkataan Alan, Jeff dengan cepat membantah segala tuduhan yang tertuju pada Diana. Ia masih sangat yakin bahwa wanita yang sudah satu tahun hidup bersamanya itu tidak mungkin melakukan hal tersebut. "Mustahil, Andrew. Apa kamu punya bukti?" Dengan penuh penekanan Jeff mengatakannya. "Memang terdengar tidak mungkin, tapi saya mengatakan hal itu berdasarkan atas apa yang terjadi. Masalahnya Laura diculik di saat dia sedang menunggu temannya di depan rumah. Apa kau tahu tentang itu, Tuan?" ungkap Alan diakhiri sebuah pertanyaan yang membuat Jeff mulai berpikir keras. "Saya tidak tahu, tapi saya yakin jika Diana tidak mungkin sampai melakukan hal gila itu." "Tuan, tidak ada yang tidak mungkin kalau sudah menyangkut harta. Tuan harus tahu jika harta dan kedudukan bisa merubah orang yang baik menjadi jahat." Alan coba kembali meyakinkan Jeff yang masih ragu padanya. "Itu memang benar, Andrew. Tapi, Diana tidak mungkin sampai berpikir sepicik itu." Jeff masih tetap bergeming dengan pikirannya. Pria itu tetap yakin bahwa segala tuduhan Alan terhadap Diana adalah suatu kesalahan. "Kalau memang Anda masih ragu, saya ingin tahu sesuatu dan tolong Anda jawab dengan sejujurnya ya!" "Silahkan! Memang apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Jeff dengan pikirannya yang masih kalut. "Apakah Anda pernah mengatakan pada Diana bahwa seluruh harta yang Anda miliki akan dialihkan atas nama Laura? Apa benar begitu?" Alan seketika berhasil membuat Jeff mulai berpikir keras. Kini pria itu benar-benar dibuat bingung karena berat rasanya jika harus memenjarakan Diana, wanita yang dicintainya. "Apa benar Diana seperti itu? Tidak, tidak, ini tidak mungkin," batin Jeff masih terus menyangkal perkataan Alan tentang istrinya itu. "Bagaimana, Tuan Jeff?" tanya Alan setelah mendapati pria di depannya hanya diam tanpa suara. Pertanyaan Alan membuat lamunan Jeff sekitar buyar. Pria itu kembali melihat wajah Andrew. Namun, kali ini sorot matanya tak lagi tajam dari sebelumnya karena Jeff kini mulai sedikit percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alan. "Saya memang pernah memberitahu Diana tentang wasiat itu, tapi saya masih tidak percaya, kenapa Diana bisa tega melakukan itu? Padahal selama ini dia selalu bersikap baik terhadap saya dan juga Laura." Raut wajah Jeff mulai terlihat sendu. Ada rasa sakit yang perlahan melukai hatinya. Membuatnya sulit untuk menerima kenyataan yang tengah dihadapinya saat ini. "Seperti yang saya katakan tadi, Tuan Jeff. Semua itu dilakukannya hanya karena harta. Dia ingin menguasai seluruh harta Anda," tegas Alan tetap yakin dengan pendapatnya. Instingnya sebagai agen MI6 memang sangat kuat. "Kau harus memberikan bukti-buktinya pada saya jika Diana adalah pelakunya. Selama tinggal di sini, tolong dapatkan bukti itu! Sampai bukti itu kau dapatkan, saya akan berpura-pura tidak tahu mengenai ini semua." "Baiklah saya akan coba mendapatkan buktinya, tapi saya juga ingin minta maaf karena telah membuat Anda sampai bersedih seperti ini. Saya itu hanya tidak ingin ada hal yang buruk sampai menimpa Laura," ungkap Alan yang benar-benar memainkan perannya sebagai Andrew dengan sangat baik. Alasannya adalah untuk menarik simpati Jeff agar bisa lebih merestui hubungan Andrew dan Laura. "Saya mengerti, Andrew. Kau tidak perlu minta maaf. Malah sebaliknya, sayalah yang harus berterima kasih karena berkat kamu saya tidak menjadi korban kebodohan Diana sepanjang hidup saya." Jeff tampak geram. Namun, pria itu masih menunggu bukti agar bisa percaya sepenuhnya bahwa Diana memang melakukan apa yang dituduhkan oleh Alan. Setelah Alan mengiyakan permintaan Jeff, pria itu pun mulai beranjak pergi. Meninggalkan Alan yang kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Kasihan Tuan Jeff, dia pasti sedih dengan kenyataan ini," ucap Alan masih terus menatap kepergian Jeff yang baru saja keluar dari kamar sambil menutup kembali pintu yang dibukanya. *** Lain halnya dengan Alan yang baru saja selesai terlibat percakapan serius dengan Jeff, di kamarnya, Laura masih mematung di depan cermin karena terus memikirkan kedekatannya dengan Alan. Kedekatan yang semakin hari membuatnya nyaman. "Perasaan apa ini? Kenapa aku bisa merasakan hal aneh ini?" Laura terus menatap wajah cantiknya yang tampak begitu fresh karena wanita itu memang baru saja selesai mandi. Merasa ada sesuatu yang salah, Laura dengan cepat menepisnya. Saat ini, ia tak ingin mengakui. Menurutnya, lebih mudah menutupi perasaan yang masih abu-abu di hatinya. "Ini adalah hal yang salah. Aku tidak boleh menyimpan perasaan ini. Lagipula aku tidak mau mengecewakan Andrew. Jadi aku harus tetap menjaga hatiku ini untuknya." Tekad Laura sudah bulat, walau getaran dalam hatinya semakin sering ia rasakan di saat dekat dan menghabiskan waktu bersama Alan. "Andrew cepatlah kembali! Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa melawan rasa nyaman ini agar tidak jatuh cinta pada Alan." Harap Laura dengan kedua mata yang seketika berkaca-kaca, saat pikirannya kembali membawa wanita itu jauh mengingat setiap kenangan yang dilewatinya bersama Andrew. *** 3 hari pun sudah berlalu, selama itu juga Alan hanya menghabiskan waktunya di atas ranjang. Saat ini, kondisinya masih belum sepenuhnya pulih. Namun, Alan sudah mulai dapat berdiri dengan kedua kakinya tanpa dibantu Laura. "Sepertinya ini adalah saat yang tepat untuk memulai latihan. Aku harus segera membuat tubuh ini benar-benar kuat untuk aku gunakan melawan mereka semua yang telah membunuh keluargaku," gumam Alan sambil membuka pintu kamar, lalu melangkah keluar. Namun di saat pria itu baru saja keluar dari kamar, ia sudah dikejutkan dengan suara dari seorang wanita yang terdengar sedang berbicara dengan seseorang dari arah kamar yang berada di seberangnya. Kamar yang tertutup rapat itu, biasanya memang kosong tak berpenghuni. Membuat Alan penasaran dan mulai melangkah menuju kamar yang berada di arah berbeda dari tujuannya. "Jadi benar dugaanku, ternyata memang Diana yang ada di balik ini semua. Awas, kau wanita licik!" gumam Alan sesaat setelah dirinya tiba di depan pintu yang sedikit terbuka. Sadar bahwa ini adalah kesempatan yang bagus untuk merekam bukti kesalahan Diana. Alan pun bergegas kembali ke kamar dengan sangat perlahan untuk mengambil ponsel milik Andrew. Pria itu tak ingin jika keberadaannya sampai diketahui oleh Diana yang masih sibuk dengan pembicaraannya lewat sambungan telepon. "Sekarang Tuan Jeff pasti akan percaya padaku." Setelah mengambil benda pipih itu, Alan kembali menuju kamar di mana Diana berada saat ini. Namun sayangnya, walau sudah begitu cepat memacu langkah kakinya, Diana kini sudah tak lagi ada di kamar, di mana tadi ia melihatnya. "Sial, aku terlambat! Ke mana wanita itu perginya?" tanya Alan yang sadar bahwa dirinya terlambat dan gagal mendapatkan bukti kejahatan Diana. Bukti yang seharusnya bisa memperkuat apa yang sempat dikatakannya pada Jeff. Bersambung ✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN