• Sang Pembual
Semua orang yang ada di Aula utama sangat mengerti bagaimana Ye Shao itu sebenarnya, jadi mereka paham apa yang dirasakan oleh Penatua Ye Shui Feng. Bagaimanapun perubahan Ye Shao begitu mendadak.
Di saat semua orang menantikan aksi konyol pemuda itu, Ye Shao malah tampil menampar wajah mereka semua. Kali ini mereka mungkin akan sadar, Tuan Muda yang sinting itu sudah menjadi orang yang berbeda.
“Ibu begitu kaget ketika kau meminta memilih pakaian yang akan kau kenakan sendiri, tadinya ibu berpikir itu akan menjadi sesuatu yang sangat mencolok,” ujar Ye Rou.
“Ibu... Apa pakaian ini kurang mencolok? Aku bisa melihat bagaimana semua orang tidak berhenti menatapku,” jawab Ye Shao.
“Darimana datangnya sikap percaya diri itu, hah?!” ujar Ye Rou sambil mencubit perut anaknya, kemudian Ye Rou memeluk Ye Shao untuk mengungkapkan perasaan bangganya terhadap putranya itu.
“Tuan Muda, anda telah dewasa, kenapa anda tumbuh begitu cepat?”
“Nona Gong, jangan campurkan perasaan senang itu dengan wajah yang bersedih, aku tau kau terharu, tapi aku sama sekali tidak membutuhkan air matamu. Aku sama sekali tidak ingin melihat orang yang menjagaku sejak kecil manangis, lebih baik kau memberiku sebuah pelukan,” kata Ye Shao dengan membuka tangannya lebar-lebar.
Dengan senang hati Nona Gong memeluk pemuda itu.
“Terimakasih Nona Gong, aku senang ibu memilihmu untuk mengasuhku, perempuan kedua yang akan sangat bangga tak peduli apa yang aku perbuat, setelah ibuku, mungkin Nona Gong adalah orangnya.”
Ye Rou terharu dengan kedekatan mereka berdua. Tapi pandangan orang lain berbeda, pemandangan yang memperlihatkan seorang Tuan Muda yang dekat dengan pengasuhnya itu sangat jarang.
Kedudukan seorang pengasuh itu tidak lebih sama dengan seorang asisten rumah tangga, tapi Ye Shao memperlakukan pengasuhnya seperti ibunya sendiri, kerendahan hati sang Tuan Muda itu membuat orang lain memandang rendah dirinya, tapi tidak sedikit juga yang merasa salut dengan cara Ye Shao memperlakukan Nona Gong.
“Nak, aku datang kemari karena di undang, dan secara resmi aku ingin mengucapkan selamat atas kesembuhanmu,” ujar Seorang Kakek Tua yang karismanya tidak kalah dengan Ye Shui Feng.
Pak Tua itu mendekati Ye Shao dengan rasa respect dalam hatinya. Ye Shao bingung bagaimana cara menanggapi pria tua itu, soalnya dia tidak mengetahui siapa namanya.
“Terimakasih, Kakek. Senang bisa bertemu denganmu,” sambil membungkuk memberi hormat, begitulah cara menanggapi yang paling normal yang bisa terpikir oleh Ye Shao.
“Aku tau Ye Shao bukan pemuda yang seperti ini sebelumnya, dia benar-benar sudah berbeda jika di bandingkan dengan dirinya yang dulu. Dia bukan lagi pemuda yang tidak masuk akal, caranya memperlakukan orang lain juga begitu sopan, aku bahkan hampir lupa kalau dia pernah membuat seorang oknum guru masuk rumah sakit. Pemuda ini telah membuat orang tua ini pangling,” pikir Pak Tua yang menyapa Ye Shao.
“Ye Shao, perkenalkan, dia adalah Tuan Meng. Kakek Tua ini punya sejarah panjang dan dia sangat di hormati di kalangan atas, dia bersedia menyempatkan waktunya untuk merayakan kembalinya dirimu,” ujar Tuan Ye Tianlong.
“Kakek Meng, saya begitu terhormat dengan kedatangan anda,” jawab Ye Shao yang sekali lagi membungkuk pada pak tua itu.
Pak Tua Meng yang begitu kagum dengan sikap yang di tunjukkan oleh Ye Shao kemudian mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Ye Shao melihat itu, dia sedikit bingung, dia melihat ke arah ayah dan ibunya, kemudian Tuan Ye Tianlong mengangguk kecil sembari tersenyum.
Ye Shao kemudian tanpa ragu menjabat tangan Kakek Meng.
Saat berjabat tangan, Ye Shao merasakan sesuatu yang janggal dengan keadaan tubuh yang di alami oleh Pak Tua Meng.
“Kakek Meng, apakah anda seorang seniman beladiri?” kata Ye Shao.
“Hahaha, bagaimana kau mengatakan pria tua yang hampir bungkuk ini seorang seniman beladiri? Kau tidak melihat betapa rapuhnya orang tua ini, nak?”
“Anda berhenti sudah lama, saya tau hanya dengan merasakan aliran energi dari tangan anda.”
Penatua Ye Shui Feng terkejut dengan kalimat Ye Shao yang terdengar seperti bualan belaka.
“Anak ini, saat ku pikir dia telah berubah, ternyata aku hanya berdelusi. Anak ini masih penuh dengan pemikiran yang tidak masuk akal, jadi pada akhirnya dia tetap akan memalukan Keluarga Ye juga, ya!” pikir Pak Tua Ye Shui Feng dengan wajah yang tampak kesal.
Pak Tua Meng memandang tajam ke arah mata pemuda yang baru saja mengatakan sesuatu yang menarik tentangnya itu.
“Ntah Tuan Muda Ye ini sedang berhalusinasi seperti biasa, atau dia memang bisa melihat masalah yang terjadi padaku,” kata Pak Tua Meng dalam hati.
“Kecelakaan saat sedang berlatih tunggal? Akibatnya sangat fatal karena waktu itu anda tetap memaksakan untuk melatih. Bahkan sekarang... Anda masih melatih orang lain, meskipun anda sudah tidak mampu memperlihatkan prakteknya.”
“Anak ini... Apa dia hanya sekedar menebak? Tapi bagaimana dia bisa begitu akurat. Menarik! Aku ingin mendengar dia mengatakan lebih banyak hal mengenai kondisiku,” pikir Pak Tua Meng yang terlihat tersenyum mengangkat sebelah bibirnya.
“Kau mengatakan sesuatu yang sangat menarik, Nak Ye. Teruskan, aku ingin mendengarmu lebih lanjut,” kata Pak Tua Meng.
“Kakak Meng, apa yang di katakan oleh cucuku tadi jangan di masukkan ke hati, dia memang suka membual. Tolong jangan merasa kesal Kakak Meng,” kata Penatua Ye.
Bagaimanapun Tuan Meng adalah orang yang begitu di hormati, bahkan Penatua Ye memanggilnya Kakak, Pak Tua Ye Shui Feng tidak berani menyinggung tokoh besar itu.
“Cucumu sangat menarik, kenapa kau begitu khawatir?” jawab Pak Tua Meng.
“Nak Ye, tolong lanjutkan!” imbuhnya sambil melihat ke arah Ye Shao.
“Baiklah, Kakek Meng. Bila itu yang anda inginkan, maka saya akan melanjutkannya. Saya mulai merasakan sesuatu yang janggal ketika saya menyentuh tangan anda, itu begitu dingin sehingga saya tidak sengaja harus melihatnya.”
“Kondisi tangan kanan dan tangan kiri anda ternyata begitu berbeda. Tangan kanan anda terlihat lebih pucat jika di bandingkan dengan yang kiri. Tampak darah tidak mengalir di bagian kanan, seperti terjadi sebuah penyumbatan.”
“Kesimpulan saya tertuju pada bagian bahu anda yang sakit,” kata Ye Shao sambil tersenyum.
Pak Tua Meng begitu terkejut mendengar apa yang di katakan oleh Ye Shao benar-benar sesuai dengan prediksinya.
“Ye Shao! Hentikan omong kosongmu itu sekarang juga!” seru Penatua Ye Shui Feng.
Serentak suara yang terdengar melengking itu memancing perhatian orang lain.
“Ye Shao? Anak itu... Apa dia membuat masalah lagi untuk ayah? Kali ini apa?” ujar Paman Ye Shuan Bai.
“Kakak Bai, sebaiknya kita lihat sendiri, aku tidak bisa mendengar apa yang mereka ributkan dari sini,” sahut Ye Feng Qi.
Kedua paman Ye Shao segera bergerak ke tempat Penatua Ye Shui Feng yang terlihat begitu kesal.
“Apa yang terjadi? Kenapa begitu ribut disana?” tanya Xia Ning Chan yang matanya tidak bisa berpaling dari pesona Ye Shao.
“Seperti biasa, mungkin Tuan Muda Ye sedang memberikan masalah lain untuk Penatua Ye. Kakek Ye Shui Feng selalu menahan amarahnya untuk Ye Shao, tapi sebenarnya orang tua itu tidak tahan sama sekali dengan sikap cucunya.”
“Kita sama sama tau, Dik Xia. Tentang seberapa tidak normalnya Ye Shao itu, bagaimanapun sikapnya yang tidak wajar itu terlalu memalukan, orang yang terikat dengannya pasti merasakan banyak sekali rasa malu karena perbuatan Ye Shao. Kau tidak ingin itu terjadi padamu, kan? Aku sarankan untuk menjauhi dia,” imbuh Wu Zhong.
“Apa benar Ye Shao masih Ye Shao yang sama? Padahal beberapa hari ini dia berhasil membuat jantungku berdegup kencang hanya dengan bicara dan tersenyum kepadaku. Hari ini pun dia berhasil membuatku terpukau.”
“Aku tidak percaya pria itu mempermainkanku,” imbuh Xia Ning Chan dalam hatinya.
“Sebaiknya aku pergi kesana dan melihat sendiri kebod0han apa lagi yang kali ini di perbuat oleh Ye Shao.”
Tanpa mengatakan sepatah kata apapun Xia Ning Chan pergi menuju tempat yang tiba-tiba di kerumuni para tamu itu, Wu Zhong yang melihat Xia pergi juga ikut tergerak mengikutinya dari belakang.
“Ayah, kau tidak perlu membentak Ye Shao di hadapan para tamu, kan?” kata Ye Tianlong.
“Tidak perlu? Anakmu ini terlalu banyak mengatakan omong kosong, dia selalu membual dan bersikap tidak tahu malu. Memangnya apa maksud anakmu dengan mengatakan Kakak Meng sedang sakit, anakmu terlalu mengada-ngada!”
Suasana menjadi semakin panas, semua orang yang melihatnya merasa hal itu menjadi tontonan yang menarik.
“Bisa kau katakan apa yang terjadi? Aku tidak tau duduk permasalahannya, aku datang karena keramaian ini membuatku penasaran.”
“Jadi begini, Tuan Muda Ye bersalaman dengan Direktur Meng, lalu pemuda itu mengatakan kalau Direktur Meng mempunyai masalah dengan tubuhnya, itu seperti Tuan Muda Ye berpura-pura mendiagnosis apa yang di derita oleh Direktur.”
“Benarkah Tuan Muda Ye melakukan hal itu? Haha... Ini menarik, pemuda itu tidak tau dengan siapa dia bicara. Jika dia sampai menyinggung Direktur Meng, ini akan menjadi tamparan keras bagi Keluarga Ye.”
“Jadi itu yang terjadi,” kata Xia Ning Chan yang mengamati dengan serius.
“Ayah, kau tidak boleh terlalu berlebihan saat marah, kau sudah tidak sesehat dulu, ayah harus berhati-hati,” ujar Ye Shuan Bai yang tiba lalu memegangi ayahnya itu.
“Kakak Long, harusnya kau mendidik anakmu dengan benar, Ye Shao terlalu banyak menyebabkan masalah untuk keluarga kita, lihat... Dia membuat keadaan ayah semakin buruk,” imbuh Ye Feng Qi.
“Apa kau mempertanyakan caraku mendidik putraku?!” Ye Tianlong meninggikan suaranya.
Kemudian Ye Shao menapuk tangannya dengan keras satu kali.
“Apa kalian perlu bertengkar? Sejujurnya aku sama sekali tidak menginginkan keributan disini, bisakah kalian melihat berapa tamu yang hadir? Pantaskah keluarga Ye menampilkan pertengkaran antar saudara hanya karena masalah sepele?”
“Aku tidak keberatan di bilang pembual ataupun pembohong, aku juga tidak keberatan di bilang pembuat onar, tapi tetap saja... Dihadapan kedua orang tuaku, aku ingin membuat mereka bangga.”
“Kakek Meng, katakan padaku... Apakah aku membual? Apa semua yang ku katakan padamu hanya omong kosong belaka?”
Kemudian pria tua yang di pandang oleh Ye Shao itu tersenyum.