Ujian Nasional yang berlangsung di sekolah Ye Shao hanya berlangsung selama tiga hari, setelah itu butuh waktu satu minggu penuh sebelum nilai ujian keluar, selama itu murid kelas tiga meliburkan diri.
Sebagai satu-satunya tamu termuda di Aula pelelangan, sang Grandmaster muda Ye Shao tidak memiliki waktu untuk meliburkan diri. “Nak Ye, tiga hari sebelum pelelangan di mulai. Kita harus bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi,” ucap Meng Gu Cao.
Kakek Tua itu datang bertamu ke rumah Ye Shao yang berada di atas bukit, tidak hanya dirinya, Ye Tianlong dan Ye Mei Lin juga hadir dalam pertemuan itu. Keempat orang itu akan menjadi tamu perwakilan yang masuk dengan undangan emas.
“Beberapa hal yang sudah pasti dalam Pelelangan Akbar adalah, artefak yang terpencar di seluruh dunia akan terkumpul dan akan di jual dalam acara itu, waktu pelaksanaan rutin setiap sepuluh tahun sekali dan..., tragedi berdarah tidak akan bisa di hindari. Itu sebabnya, seperti kata Penatua Meng, kita perlu bersiap,” imbuh Ye Tianlong.
“Apa ini? Bagaimana aku bisa berakhir berada disini? Meskipun Kakek Ye adalah tokoh terkenal di Kota M, dia adalah kakakku, jadi aku terbiasa berada di sekitarnya. Yang membuatku gugup adalah aura yang di pancarkan oleh orangtua yang duduk tepat di hadapanku,” kata Ye Mei Lin dalam hati sambil sesekali melirik ke arah Meng Gu Cao.
“Dia adalah seorang Patriark dari Keluarga yang besar, pengaruhnya di kota juga sangat tinggi, dia salah satu tiran yang masih hidup. Hebat juga Ye Shao bisa membuat orang sepertinya terkesan sampai harus mengikat hubungan yang baik. Padahal sebelumnya keponakanku ini hanyalah seorang remaja yang aneh. Tapi sekarang dia begitu...,” Mei Lin menatap ke arah Ye Shao yang sedang serius mendengarkan ucapan ke dua orang tua itu.
Ye Shao, dengan mata yang terlihat tenang dan bahu tersandar pada kursi, tangannya yang menampah dagu membuat dirinya terkesan, “Keren dan terlihat bisa di andalkan,” pikir Mei Lin.
“Bibi Mei, kau baik-baik saja?”
Ye Shao yang tiba-tiba menoleh ke arah Mei Lin membuat wanita itu terkejut, “A-aku baik, aku oke,” jawab Mei Lin dengan gugup.
“Aku mengerti, pasti cukup membosankan mendengarkan obrolan orang tua, ya kan?”
“Tidak Tuan Meng, itu tidak benar sama sekali. Saya mendengarkan,” sahut Mei Lin.
“Mei, pertemuan ini akan sangat berbahaya, apa kau sudah mempertimbangkannya dengan baik? Kau satu-satunya saudariku yang masih belum memiliki keluarga sendiri.”
“Pak Tua, apa yang kau katakan pada Bibi Mei, seolah dia akan tertimpa musibah atau sesuatu seperti itu. Aku tidak akan membiarkan apapun terjadi pada Bibi Mei, dalam pertemuan itu aku akan selalu menjaganya,” sela Ye Shao.
Melihat Ye Shao memarahi ayahnya sendiri karena mengatakan sesuatu yang buruk pada Ye Mei Lin, membuat sang Bibi terkesima, wajah Ye Shao yang serius kala itu seolah mengeluarkan kilauan yang gemerlap.
“Sial, sejak kapan anak kecil itu tumbuh dewasa dan terlihat seperti seorang pria?”
“Astaga, apa yang ku pikirkan? Dia adalah keponakanku, bagaimana aku berpikir demikian pada dirinya,” ucap Mei dalam hati membuang muka dengan telapak pada pipi untuk menyembunyikan rona yang muncul.
“Kalau Grandmaster yang telah mengatakan hal itu, maka tidak ada sesuatu yang perlu di khawatirkan tentang saudarimu, Tuan Ye.”
“Kalau begitu mari masuk ke topik penting yang akan kita bahas, di sini aku sudah meminta bagian intelejen dari Keluarga Meng ku untuk mendapatkan informasi tentang artefak yang akan di lelang dalam Aula Pelelangan Akbar,” imbuh Patriark Keluarga Meng, Meng Gu Cao. Pak Tua itu mengeluarkan gawai tablet dan meletakkannya ke atas meja.
Dalam layar gawai, sesuatu yang pertama kali di tunjukkan adalah sebuah kalung batu dengan bentuk aneh, terlihat tidak di buat dengan baik, hanya kumpulan krikil acak yang di lubangi dan di satukan menggunakan tali hingga membentuk sebuah kalung. Dalam informasi di tuliskan bahwa kalung itu merupakan salah satu peninggalan kuno.
“Sebuah sejarah, cikal bakal tercetusnya dunia perhiasan. Kalung pertama yang pernah tercipta,” ujar Kakek Meng.
“Tidak dapat melihat keindahan dari kalung itu,” kata Mei Lin melihat dengan penuh perasaan heran, “Tuan Meng, apa benda itu terbuat dari batu obsidian?” tambah Ye Tianlong bertanya.
“Obsidian itu batu bertuah, bahkan dengan teknologi dari jaman ini pun cukup susah untuk memotongnya. Lalu bagaimana orang dari jaman dahulu melubangi batu itu? Jadi itu sama sekali bukan Obsidian, melainkan hanya batu biasa dengan sejarah panjang.”
“Oke, intinya benda pertama yang di jual dalam pelelangan hanya menawarkan sebuah omong kosong,” celetup Ye Shao yang kemudian menswap layar gawai.
Benda kedua yang di tampilkan tidak jauh berbeda, masih tentang sebuah kalung. Namun kalung yang satu ini sangat indah, di hiasi dengan mineral mahal seperti emas juga intan dan di tempa dengan sangat baik oleh pembuatnya, ukirannya sangat indah, dengan penanganan yang telaten, kalung itu menjadi primadona.
“Yang ini bagus! Pantas di pamerkan dalam pelelangan. Jika di jual dengan harga yang mahal, di bandingkan dengan kalung batu tadi, yang ini sangat pantas,” ucap Bibi Ye Shao yang tampak bersemangat.
“Kemungkinan akan banyak tawaran untuk kalung ini. Nyonya-nyonya dari Keluarga besar pasti menginginkannya.”
“Bibi? Kau bagaimana?”
“Haa? Aku? Tidak, mungkin aku tidak akan mampu membuat tawaran apapun untuk benda itu,” jawab Mei Lin.
Ye Shao memperhatikan bibinya itu, wanita itu tertunduk dengan wajah yang sedikit muram, sangat berbeda dengan wajah yang ia tunjukkan saat melihat kalung itu untuk pertama kalinya.
“Lahir di keluarga Ye pasti terasa berat juga untuk bibi, apa lagi..., di antara ketiga saudaranya yang lain, dia adalah satu-satunya perempuan. Di sana keberadaannya tidak terlalu di perhatikan, dan itu sudah jelas. Bagi keluarga yang sangat memandang prestasi dan pencapaian, menjadi perempuan memiliki batasannya tersendiri. Apalagi hirarki dalam Keluarga Ye selalu di pegang oleh seorang pria.”
“Bibi Mei tidak memiliki suara sama sekali dalam keluarga, yang bisa dia lakukan hanya bekerja, sesuai dengan pencapaian yang ia raih selama ini. Ku dengar dia hanya seorang sekertaris biasa di perusahaan luar, bekerja lembur dengan jam istirahat yang sedikit.”
“Terlihat dari bagaimana wajah bibi Mei yang terlihat kusam tanpa Make Up, jerawat dan juga bopeng di pipinya, matanya yang terlihat kuning dan kulitnya yang agak kasar. Keluarga Ye tidak memberikan banyak sumber daya mereka untuk di gunakan oleh wanita ini.”
“Bibi Mei masih sangat muda, namun dia terlihat lebih tua dari kebanyakan wanita seusianya, benar-benar orang yang mengalami kesulitan hidup, stress membawanya pada keadaan yang seperti ini.”
Pak Tua Meng menswap lagi layar gawai di atas meja, menunjukkan pada semua orang benda berikutnya yang akan di lelang dalam Acara Akbar.
“Benda berikutnya adalah Pil Keluarga Meng, aku benci dengan namanya karena terdengar lucu bagiku. Tapi karena Nak Ye yang menginginkan di namai seperti itu, maka aku tidak bisa menolak.”
“Ye Shao bahkan mampu membuat Patriark Keluarga Meng tidak mampu menolak permintaannya? Sedalam apa hubungan Keponakan Ye dengan Tuan Meng sebenarnya?”
“Penamaannya di namai oleh Ye Shao? Kenapa anda memutuskan hal sepenting itu pada putra saya, Tuan Meng?” tanya heran Ye Tianlong.
“Tuan Ye apa anda tidak tau? Pil itu sebenarnya di buat oleh putra anda sendiri, bagaimana saya berani mengklaim itu? Jika Nak Ye menginginkan nama Pil tadi seperti itu, maka demikianlah penamaannya.”
Ye Tianlong melirik ke arah Ye Shao dengan senyuman kosong, “Nak, apa yang kau lakukan di Kediaman Keluarga Meng sehingga Patriark mereka menjadi begitu patuh terhadapmu? Ini sedikit menyeramkan,” ucap Ye Tianlong dalam hati.
“Tapi, anakku bahkan mampu membuat sebuah pil berharga. Aku benar-benar merasa di tipu selama ini,” kata Ye Tianlong.
“Penamaan Pil itu bukan tanpa alasan, saat ini Keluarga Meng mendapat banyak perhatian dari Keluarga besar lainnya. Kabar tentang kebugaran Patriark Keluarga yang telah kembali menjadi pemicunya. Rahasia di balik kesehatan Kakek Meng, semua orang di kota sedang mencoba menguliknya, dan jawabannya ada pada pil itu.”
“Saat Pil Keluarga Meng di pamerkan, semua orang akan mengerti. Ini akan menjadi sebuah Batch yang di perebutkan. Kita akan meraih untung dari ini.”
“Dengar? Tuan Ye, anda memiliki penerus yang menjanjikan disini, calon pengusaha muda nan berbakat,” kata Pak Tua Meng dengan tersenyum ke arah Ye Tianlong.
“Ye Shao, sejak kecelakaan yang menimpanya, dia benar-benar menjadi orang yang sangat berbeda, aku tidak pernah berhenti merasa kalau dia bukanlah Ye Shao yang saat itu, orang yang selalu melakukan hal bodoh dan tidak memikirkan apapun selain kesenangannya sendiri.”
“Saat berpikir kemalangan akan menimpa Keluarga Kakak Ye Tianlong kala itu, semua orang tidak berpikir bahwa sebenarnya yang datang pada keluarganya adalah berkah dan kemuliaan. Pria yang bangkit dari kamar kritis itu membawanya,” ucap Ye Mei Lin melihat ke arah Ye Shao.
“Pil yang di buat oleh Ye Shao adalah rahasia Keluarga Meng mendapatkan kesehatan Patriark mereka kembali, bukankah lebih baik jika pil itu di namakan Pil Panjang Umur?” ujar Ye Tianlong memberikan saran.
Pak Tua Meng tersenyum kemudian menggeser layar gawainya, “Kita tidak bisa memberikan nama itu, karena benda lain yang di tawarkan oleh pelelangan adalah sebuah Pil Panjang Umur yang sesungguhnya.”
“Bagaimana khasiat Pil itu jika di bandingkan dengan Pil yang di buat untuk Keluarga Meng?” tanya Ye Tianlong.
Sekali lagi pria tua itu tersenyum namun kali ini bibirnya tersungging.
“Jika seorang pembuat pil saja meragukan, apa yang bisa kita lakukan sebagai orang awam? Pil itu tidaklah lebih baik. Nak Ye sudah memastikannya.”
“Harga Pil Panjang Umur akan sangat menjulang, jika tidak benar-benar kaya akan sulit untuk meraihnya, hanya mereka yang bersedia kehilangan bongkahan emas saja yang dapat mengambil sedikit manfaat dari pil itu.”
“Setelah semua orang melihat khasiat kedua pil saat di bandingkan. Hanya ada dua hal yang bisa terjadi, antara Pil Panjang Umur yang turun seharga Pil Keluarga Meng. Atau...,”
“Pil Keluarga Meng yang naik seharga Pil Panjang Umur!”