Manfaat

1686 Kata
• Manfaat Pak Tua itu sontak terdiam, rasanya berat hati untuk memberikan tungku penyulingan yang ia punya untuk di gunakan. “Nak Ye... Apa kau tau cara menggunakan benda ini? Meskipun itu adalah sebuah tungku, tapi apa benar benda itu di gunakan untuk di bakar, ukiran dan perhiasannya memangnya tidak akan luntur?” “Tungku di bakar untuk di panaskan, tapi... Memanaskan benda ini tidak seperti memanaskan panci, Kakek Meng. Sama sekali tidak membutuhkan api, tapi budidaya tenaga dalam.” Meng Gu Cao termenung, dia bingung dengan apa yang di bicarakan oleh Ye Shao, nalar orang tua itu sama sekali tidak sampai. “Tak perlu terlihat cemas, Kakek Meng. Tungku penyulingannya akan baik-baik saja. Aku akan memperlakukan harta milikmu dengan sangat lembut. Aku janji tidak akan ada ukiran yang rusak atau permata yang berkurang dari harta milikmu ini.” “Lagipula... Aku yakin kau pasti penasaran, bukan? Dengan bagaimana Tungku ini di gunakan?” rayu Ye Shao. Kakek Meng pun terbuai, dengan perasaan yang membuatnya penasaran, dia dengan lega membiarkan Ye Shao menggunakan tungku penyulingan itu. Tungku yang di dapatkan dengan harga sangat mahal itu pun akhirnya turun dari tahta mewahnya. “Kakek Meng, aku ingin tidak ada keributan di rumah ini. Jadi kita akan melakukan secara diam-diam saja. Usahakan tidak banyak orang yang mengetahui tentang ini,” ujar Ye Shao. Meng Gu Cao, Meng Bingbing dan Ye Shao. Mereka pun mulai duduk mengelilingi tungku kuno yang besarnya hampir sama dengan panci pemasak kalkun. Ye Shao menata herbal yang ia ambil di gudang hartanya, semuanya berjumlah empat herbal dengan jenis yang berbeda. Sama halnya seperti Ye Shao, Meng Bingbing dan Meng Gu Cao, empat herbal itu di letakkan secara berkeliling. Di sisi sebelah timur adalah rumput bintang, di barat adalah jamur hati, di utara daun panca warna, dan di selatan ada sebuah batang sebesar lidi dengan warna transparan, dalam buku gulungan yang telah di baca oleh Ye Shao... Herbal itu dinamakan rumput kristal. Ke empat benda itu di letakkan tidak boleh sembarangan, jarak antara ke empatnya dengan tungku sebagai inti harus sama tepat, jika sepuluh centimeter dari tungku, maka semuanya harus sama sepuluh centimeter. Berat ke empat herbal yang berbeda jenis itu juga harus di sama ratakan. Alasannya adalah, saat menyuling sebuah obat, obat akan menjadi lebih kuat khasiatnya jika bahan yang di gunakan masuk ke dalam tungku dalam waktu yang bersamaan. “Obat masuk ke dalam tungku dalam waktu yang bersamaan, baiklah aku akan mencatatnya,” kata Pak Tua Meng dengan tangan yang ternyata sudah memegang sebuah memo dan juga pena. “Tapi Nak Ye... Bagaimana membuka benda ini? Sedangkan pada benda ini sama sekali tidak ada penutupnya?” imbuh Pak Tua Meng. “Naga dan Harimau saling mengejar, Naga dan harimau berputar membentuk angin ribut. Mereka... Melakukannya sampai gunung tercabut dari alasnya,” jawab Ye Shao yang lalu menepuk bagian atas tungku yang bentuknya mengerucut ke atas. Setelah Meng Gu Cao memperhatikan benda yang ia beli sebagai koleksi hiasan itu, dia melihat benda itu dengan teliti. Sebuah ukiran berbentuk naga di bagian kanan, di sebelah kiri adalah ukiran harimau mengaum mengarahkan taringnya ke ekor naga. Jika di lihat dengan seksama, bentuk mengerucut di bagian atas juga memiliki beberapa pola ukiran yang membentuk rumput, ranting dan juga daun. “Jadi ini adalah gunung yang di maksud...” “Saat Qi dialirkan benda ini akan aktif, permata yang menjadi mata naga dan juga mata harimau akan bersinar, kemudian ukiran itu akan bergerak berputar, dan tutup dari tungku ini akan terlepas,” sela Ye Shao. “Pekerjaan ini membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi Kakek Meng, akan lebih mudah melakukannya jika kita telah memperhitungkan setiap prosesnya.” “Maksud dari jarak dan keseimbangan yang harus di miliki ke empat benda ini misalnya, kau akan lebih mudah memasukkan semuanya sekaligus jika mereka memiliki berat yang seimbang, membuat tenaga berat sebelah hanya akan memecahkan konsentrasi.” “Tentu saja pembuatan pil tidak akan langsung gagal meskipun ke empat benda ini tidak masuk secara bersamaan, hanya saja... Tidak mungkin untuk menciptakan sebuah pil dengan awan pil.” “Awan Pil?” ucap Meng Bingbing. “Ya... Pil dengan awan pil mengindikasikan keberhasilan tingkat tinggi. Khasiat dari pil dengan awan pil biasanya sepuluh kali lebih kuat dari pil biasa,” jelas Ye Shao. “Teori keseimbangan ini adalah apa yang telah di temukan oleh sang Kaisar Bintang, saat dia mengerti tentang hal ini, semua pil yang ia buat akan pasti seratus persen menghasilkan awan pil. Hal ini membuat dia di kenal sebagai talenta Raja Pembuatan Pil,” kata Ye Shao dalam hatinya. “Bagaimana kalau kalian melihat sendiri bagaimana prosesnya?!” tawar pemuda itu dengan wajah yang berbinar. Wajah Ye Shao berubah serius seketika, dari sini Meng Bingbing dan Meng Gu Cao paham kalau pemuda ini mencoba untuk fokus. Ye Shao mengarahkan kedua telapak tangannya berhadapan dengan tungku penyulingan, perlahan Ye Shao mulai menarik nafas. Dengan mata terbuka dia menatap tungkunya sangat tajam, menghirup nafas dari hidungnya lalu menghembuskannnya melalui mulut. Setiap nafas yang di hembuskan ia arahkan ke tungku penyulingan. Kedua orang yang melihatnya dengan penasaran merasa mulai tidak sabar, pasalnya setelah beberapa waktu tidak terlihat apapun terjadi pada tungku penyulingan itu. Tapi karena Ye Shao tetap melakukannya dengan serius, keduanya diam saja dan terus memperhatikan. Tak lama itu bunyi gemeretak samar-samar terdengar, itu adalah suara yang di hasilkan oleh kaki tungku yang menepuk lantai dengan cepat. Kakek dan juga cucunya merasa begitu bersemangat, melihat kejadian yang tidak wajar itu. “Bing kecil, apa kau melihat itu? Tungkunya seperti mengalami sebuah gempa kecil,” bisik Kakek Meng. “Kakek, kenapa bisa begitu. Aku baru kali ini melihat sesuatu yang tidak masuk akal,” jawab Bingbing sembari menyeringai. “Sssshhhhh.....” ucap Ye Shao sembari menghembuskan nafas dari mulutnya ke arah tungku. Kemudian kedua orang yang bersemangat itu menjaga mulutnya tetap tertutup. “Benar, semuanya terasa tidak masuk akal semenjak aku bertemu dengan pemuda dari Keluarga Ye ini. Kekalahanku yang tidak masuk akal, kekalahan kakek yang lebih tidak masuk akal, dan kejadian tidak masuk akal lainnya. Rasanya dunia begitu berbeda, hanya dengan kehadirannya,” kata Meng Bingbing dalam hatinya, wajah gadis itu juga menyiratkan bahwa dirinya terpesona. Sekali lagi perubahan terjadi pada tungku penyulingan itu, selain bergetar... Warnanya yang perunggu mulai berubah menjadi emas, menjalar dari kaki tungku menuju ke atas. “Emas?! Apa itu emas? Bagaimana tungku kuno yang ku kira sudah berkarat ini berubah menjadi emas yang begitu menyilaukan?!” “Kakek! Ssssttt!!! Kau harus memelankan suaramu! Atau fokus Ye Shao akan buyar,” seru Meng Bingbing. “Bukankah kau sama saja, lagipula sejak kapan kau mulai memanggil Tuan Muda Ye dengan namanya?” balas Kakek Tua Meng dengan suara yang di pelankan. Alis Ye Shao sedikit terangkat mendengar Pak Tua Meng menggoda cucunya dan mencoba menyodorkan gadis itu untuk Ye Shao. “Pak Tua... Lebih baik kau berteriak saja yang keras daripada kau mencoba menyodorkan gadis kecil milikmu padaku,” ucap Ye Shao dalam hatinya. “Sial! Fokusku teralihkan, memang cucunya cantik, sih. Tapi tempramennya tidak cukup baik, dan kenapa juga dia mulai menyebut namaku dengan cara yang biasa. Seharusnya dia tetap memanggilku bocah,” imbuh Ye Shao. Warna emas yang menjalar mulai naik semakin ke atas, ketika garis yang memisahkan antara perunggu dan juga emas itu melewati permata yang menempel di mata naga dan juga harimau, permata itu mulai memancarkan cahaya. Ukiran yang seperti hanya di tempel itu kemudian bergerak, naganya mulai meliuk dan harimaunya mulai merangkak. Seperti yang telah di katakan oleh Ye Shao, kedua benda yang di ukir di tungku penyulingan itu mulai saling mengejar dan membuat penutup yang di lambangkan sebagai gunung itu bergeser. “Selama ini benar benda itu memiliki penutup. Mataku baru saja terbuka,” ujar Pak Tua Meng. Penutup itu mulai terangkat dan melayang di atas tungku penyulingan. Giliran ke empat herbal yang ada di lantai yang bergetar secara bersamaan, dengan cepat ke empat benda itu masuk ke dalam tungku dan penutupnya jatuh mengunci tungku tersebut. “Sekarang adalah bagian tersulitnya, aku akan memadukan ke empat bahan yang berbeda sehingga mereka akan membentuk sebuah harmoni. Lalu setelah itu...” Sebuah pil terlempar keluar dari tungku. “Gunung meletus membawa berkah untuk orang lain,” imbuh Ye Shao. Pil yang terlempar jatuh tepat ke telapak tangannya dan pemuda itu segera menggenggamnya. Saat di buka, benar saja pil yang baru saja di buat oleh Ye Shao untuk kali pertama menghasilkan sebuah awan pil. Pil yang berbentuk bulat itu memperlihatkan sebuah nadi yang membentuk awan, itulah sebabnya di namakan awan pil. “Kakek Meng, ini adalah sebuah pil pemulihan dengan awan pil. Khasiatnya jauh lebih baik jika di banding dengan pil biasa. Sekarang aku akan memberikan benda ini untukmu, sebaiknya kau bermeditasi untuk memurnikan pil ini,” ujar Ye Shao. “Nak Ye... Kau yakin memberikan ini padaku? Sesuatu seperti ini bahkan jauh lebih berharga dari harta yang terpajang di ruangan ini. Aku...” Ye Shao meletakkan pil itu ke telapak tangan Kakek Tua Meng dan membuat Pak Tua itu menggenggam pilnya. “Terima saja. Aku memang berniat memberikannya untukmu.” Tungku pil itu perlahan kembali ke keadaannya yang semula, dengan warna yang kembali menjadi perunggu, permata yang mulai meredup, dan ukiran yang mulai kembali ke tempatnya. Pak Tua Meng melihat tungku penyulingan itu dengan berat hati. Kemudian dia mendapatkan keputusan bulat. “Nak Ye.... Aku tidak memiliki apapun yang pantas untuk di berikan padamu, bagaimana jika aku berikan saja tungku penyulingan ini?” ujar Pak Tua itu. “Kakek... Aku tidak meminta apapun darimu, aku hanya berharap dengan pil yang aku berikan, maka keadaanmu segera membaik, itu saja.” “Kalau kau melakukannya seperti itu, aku akan sangat merasa tidak enak padamu. Kau sudah sangat baik pada pak tua ini, jika aku sampai tidak memberimu apapun maka aku mungkin tidak akan punya wajah untuk di tunjukkan padamu.” “Lagipula Nak Ye... Benda ini jika ada di rumahku hanya akan menjadi pajangan, tidak ada manfaatnya sama sekali. Tapi jika itu dirimu yang memilikinya, mungkin ini akan bisa menjadi berkah untuk orang lain.” “Jadi... Aku putuskan untuk memberikannya padamu,” imbuh Kakek Meng sambil menepuk pundak Ye Shao. “Terimakasih, Kakek Meng.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN