• Seorang Pria Baik
Setelah membusungkan dadanya, mengatakan dalam hati bahwa dirinya adalah yang terkuat. Pemuda itu berakhir dengan lutut bertemu siku, jarinya ia rapatkan satu sama lain, kedua tangan menopang dagu.
Setelah arogansi yang ia tunjukkan, Ye Shao malah kebingungan sendiri, sebab saat ini dia duduk berpikir di atas kasur. Bukan di rumahnya, melainkan di kediaman Keluarga Meng.
Beberapa jam lalu setelah Ye Shao berhasil melempar jatuh Meng Gu Cao sang pemimpin perguruan Keluarga Meng.
Sekumpulan orang yang tampak cemas mengerumuni Pak Tua itu, dia merintih sambil memegangi dadanya sendiri. Untuk meredakan kecemasan dan mencegah kemarahan orang-orang kepada Ye Shao, pemuda itu mengatakan sesuatu yang tidak perlu.
“Kalian tidak perlu secemas itu, aku bisa memperbaiki keadaan Kakek Meng,” kata Ye Shao.
Setelah itu dia berakhir menginap di kediaman Keluarga Meng.
“Kalau sudah seperti ini tidak ada cara lain selain pergi ke Gudang Harta dan mencari sendiri jalan keluarnya. Aku yakin Kaisar Bintang pasti punya beberapa gulungan tentang ilmu medis di perpustakaannya.”
“Tapi aku merasa sangat mujur, di detik-detik terakhir sebelum tendangan itu mengenaiku, aku berhasil memadamkan api unggun di dalam tubuhku, jika api itu tetap menyala, itu tidak akan menjadi sebuah ledakan energi, melainkan ledakan yang menyerupai bom. Arena itu pasti akan terbakar hangus.”
“Fuahhh... Yang terpenting adalah aku bisa mencegah situasi terburuknya,” ucap Ye Shao sambil menghela nafas lega.
Ye Shao duduk menyimpuhkan kakinya, telapak tangan di istirahatkan pada lututnya, kemudian dia mencoba melemaskan badannya dan mengambil nafas dalam-dalam.
Mencoba untuk tenang sampai matanya terpejam sedangkan jiwanya berusaha masuk ke dalam alam bawah sadarnya.
“Aku harus segera mencari gulungan tentang pengobatan, kalau tidak, akan sangat sulit bagiku untuk turun dari gunung ini, Orang-orang Meng Gu Cao pasti tidak akan membiarkanku,” kata Ye Shao.
****
Duan Ji yang sempat pingsan, bangun beberapa saat ketika pertarungan antara Ye Shao dan Meng Gu Cao selesai. Teman-teman seperguruannya menceritakan semua yang terjadi sesaat setelah Duan Ji pingsan.
“Dia menghempaskan guru tanpa menyentuhnya?”
“Ya, kami yang saat itu dekat dari arena pertarungan merasakan gelombang besar melewati kami.”
“Rasanya seperti kau berenang di pinggiran pantai, kemudian sebuah ombak menghantammu. Guru yang ada di dekat pemuda yang bernama Ye Shao itu, yang menyerangnya secara langsung, di terbangkan olehnya begitu saja.”
“Beruntung para guru lainnya sigap menangkap Guru Meng.”
“Saat ini Guru Meng sedang beristirahat, nampaknya Guru mengalami cedera yang serius.”
“Lalu?” sepatah kata itu keluar dari mulut Duan Ji, perasaannya tak karuan, tapi dari wajahnya sudah terbaca, Duan Ji sedang marah.
“Ye Shao berkata untuk tidak mencemaskan keadaan guru, dia bilang dia punya cara untuk menyembuhkannya.”
Duan Ji langsung menarik kerah baju kawannya itu, dan kemarahannya semakin menjadi-jadi.
“Bodoh! Bukan itu yang ingin ku dengar dari kalian. Jika kalian tau pemuda bernama Ye Shao itu menghajar guru sedemikian buruk, kenapa kalian diam saja, apa kalian tidak ingin membalaskan dendam perguruan ini?! Pemuda itu telah mempermalukan kita semua!” ketus Duan Ji.
Teman-teman seperguruan Duan Ji hanya bisa terdiam sambil memalingkan wajahnya.
“Kau meminta kami membalaskan dendam pada pemuda itu? Yang benar saja... Kau dan Guru Meng saja tidak bisa melawannya, lalu apa yang kau harapkan dari kami. Kau sudah cukup mempermalukan guru kita, kau meminta kita untuk lebih mempermalukan guru.”
“Duan Ji, berhentilah dan sadarilah... Pemuda bernama Ye Shao itu, sama sekali bukan lawan kita... Atau siapapun di perguruan ini. Kita telah kalah telak.”
Duan Ji melepaskan kerah kawannya dari cengkramannya, kemudian dia meringis menutup mata, dia mengumpat dalam hatinya sendiri, dia kesal, dia marah... Tapi dia sadar, tidak ada apapun yang bisa ia lakukan.
“Sekarang guru dimana?” ucap Duan Ji.
“Beliau sedang beristirahat di kamarnya.”
****
“Kakek, kau tidak apa-apa?” ujar Meng Bingbing yang menemani Kakek Meng di samping tempat tidurnya.
“Aku tidak apa-apa, Bing kecil. Hanya... Aku merasa sedikit sesak, rasanya sulit sekali bernafas dengan benar.”
“Berapa lama Kakek pingsan?” tanya Pak Tua itu sambil memegangi dadanya.
“Kakek terbaring di sini selama satu jam,” jawab Meng Bingbing.
Kakek Meng menghela nafas, kemudian dia melihat pada langit-langit.
“Jadi begitu, aku sudah terbaring di sini selama satu jam, ya. Artinya Nak Ye sudah pulang satu jam yang lalu.”
“Kakek, sebenarnya Tuan Muda itu tidak pulang. Dia memutuskan untuk menginap, dia bilang dia tidak akan pulang sebelum membuat keadaan Kakek Meng lebih baik,” ujar Meng Bingbing.
Pak Tua Meng itu tersenyum, perasaannya menjadi lebih lega. Kemudian dia melihat pada wajah cucunya yang terlihat begitu prihatin.
“Kau... Kesal padanya?” tanya Pak Tua Meng.
“Kesal? Tentu saja, malahan aku membenci dia, karena dia Kakek terbaring disini dan harus menderita,” jawab Meng Bingbing dengan sangat ketus.
“Harusnya kau tidak melakukan itu, Bing kecil.”
“Aku sangat penasaran pada putra Ye Tianlong itu, dia... Menyembunyikan banyak hal yang bahkan orang terdekatnya sendiri tidak mengetahuinya. Selama ini dia menggunakan topeng untuk menyembunyikan jati dirinya. Dia adalah lawan terkuat yang pernah ku hadapi.”
“Aku tidak pernah menyangka bahwa pemuda itu mampu menahan semua seranganku, padahal saat itu aku sama sekali tidak menahan diri untuk melakukannya. Berbeda dengan saat bertarung denganmu, Kakek berhasil mengenaimu, padahal Kakek tidak terlalu serius melakukannya.”
“Jadi rasa sakit yang ku terima karena pukulan Kakek aku dapat saat Kakek tidak serius melakukannya? Yang benar saja, bahkan sampai saat ini lenganku masih terasa sakit,” ucap Meng Bingbing dalam hatinya.
“Kakek terlalu terbawa suasana, niat awal untuk menguji Ye Shao, berubah menjadi niat yang di tujukan untuk membunuh. Kakek mengeluarkan serangan pamungkas yang biasa Kakek gunakan saat Kakek masih muda.”
“Sarangan itu selalu berhasil memisahkan kepala dari tubuh musuh Kakek, tapi baru kali ini Kakek gagal melakukannya.”
“Itu kan karena Kakek saja yang sudah tua, jadi bagaimana Kakek bisa di bandingkan dengan waktu kakek masih muda,” kata Meng Bingbing.
“Bing kecil, kau harus mengerti. Tubuh seorang praktisi itu berbeda, sama halnya seperti pedang, semakin lama diasah, maka pedang itu semakin tajam. Semakin tua seorang praktisi mengkultivasikan seni bela dirinya, maka mental dan juga tubuhnya semakin kuat.”
“Kakek pun begitu, Kakek merasa lebih tajam jika di banding dengan waktu Kakek masih muda, apalagi setelah cedera kakek itu di sembuhkan oleh Tuan Muda Ye. Rasanya aliran tenaga dalam melonjak dalam diri Kakek.”
“Tapi meskipun Kakek bertambah kuat, itu masih belum cukup untuk melawan Nak Ye, menyedihkan sekali,” ujar Kakek Meng sambil tersenyum.
“Jadi orang yang menyembuhkan Kakek bukanlah seorang senior yang lebih tua darinya? Melainkan seorang bocah SMA itu?!” pikir Meng Bingbing.
“Tuan Muda Ye adalah pria yang sangat baik, dia tidak menyimpan dendam pada kakek walaupun dia sadar pada niat membunuh yang kakek tujukan padanya. Malahan... Dia berniat menyembuhkan kakek lagi, kakek banyak berhutang budi pada Nak Ye.”
“Pria itu? Baik? Tidak! Dia adalah pria yang paling kejam, kasar dan yang paling harus di hindari. Dia tersenyum meremehkanku, dia seenaknya memukulku, lalu... Dia... Dia... Dia mengatakan kalau punyaku kecil!” kata Meng Bingbing dalam hati.
Wajah Meng Bingbing memerah, itu membuat Kakek Meng tertawa kecil. Kakek Meng berpikir, karena mereka sedang membicarakan Tuan Muda Ye, itu membuat Meng Bingbing tersipu. Jadi Kakek Meng menyimpulkan bahwa cucunya itu menyukai Ye Shao.
“Kau harus berusaha akrab dengannya, dia pria yang sangat baik!”
Meng Bingbing semakin memerah dan pipinya semakin menggembung.
“Oh ya, Bing kecil! Sekarang dia ada dimana? Apa para pelayan menyiapkan kebutuhannya dengan baik? Dia datang kemari tanpa membawa apapun, lho.”
“Dia di kamar tamu, dia tidak keluar sama sekali selama satu jam ini. Dia bilang dia ingin menyembuhkan kakek, tapi dia sama sekali tidak membawa peralatan apapun. Bahkan seorang tabib membutuhkan jarum untuk praktik pengobatannya. Kakek yakin pria itu tidak sedang membual?”
“Kalau itu Tuan Muda Ye, dia tidak akan melakukannya. Dia orang yang lurus dan selalu berterus terang.”
“Kakek ini bagaimana, tadi bilang dia pria yang menyimpan banyak rahasia, sekarang kakek bilang dia pria yang lurus dan selalu berterus terang. Kontras sekali.”
“Tapi ya sudahlah, aku akan memastikannya sendiri. Aku takut dia membual dan dia melarikan diri dari sini. Aneh juga kalau dia tidak keluar dari ruangannya sama sekali.”
Kemudian Meng Bingbing memutuskan untuk pergi.
“Apa yang di lakukan pria itu di kamar selama ini, apa dia sudah lompat melalui jendela? Yang sedang ku bicarakan saat ini adalah seorang praktisi yang ada di tahap Ahli. Dia bisa dengan mudah menghempaskan seseorang tanpa menyentuhnya, apalagi hanya melubangi tembok, mungkin dia juga bisa melakukannya.”
Meng Bingbing menyentuh gagang pintu kamar yang di tempati Ye Shao. Perlahan gadis itu membuka pintunya.
“Pria itu sama sekali tidak mengunci pintu. Selain itu... Dia sama sekali tidak menghidupkan lampunya,” ucap Meng Bingbing dengan pelan sambil mengintip ke dalam kamar.
“Sudah kuduga, pria itu pasti kabur.”
Ketika Meng Bingbing masuk dia begitu terkejut melihat Ye Shao diam mematung di atas kasur, selain itu... Pria itu memancarkan cahaya berwarna hijau giok yang samar dari tubuhnya.
Gadis itu tersentak dan jatuh, kakinya gemetar dan dirinya tidak bisa menjelaskan apa yang dia lihat itu.
Sedangkan di dalam Gudang Harta, seorang pria dengan riang menjelajah dan membaca banyak gulungan.
“Aku sudah membaca beberapa pengetahuan tentang pil dan pengobatan, membuat pil pemulihan adalah jalan terbaik untuk memulihkan kondisi Pak Tua Meng.”
“Tapi masalahnya adalah tungku pembuatan pil, apa dia memilikinya? Di gudang harta ada sebuah tungku besar yang biasa di gunakan oleh Kaisar Bintang untuk membuat obat. Tapi itu tungku yang terlalu besar, itu bukan sesuatu yang muat di kantong. Bagaimana aku akan menjelaskan pada orang-orang tentang benda itu nanti?”
“Sesuatu seperti itu terlalu tidak masuk akal. Tapi saat aku menjelajahi gudang harta aku sangat senang. Ternyata ada bagian dari tempat ini yang tidak aku ketahui. Sebuah kebun, ternyata sang Kaisar juga membangun sebuah kebun, di dalamnya di tanam berbagai jenis herbal yang berguna untuk membuat pil.”
“Aku penasaran, petualangan seperti apa yang telah di lalui oleh Huang Pu Yun Shao hingga dia mendapatkan semua ini.”
“Pokoknya aku ambil dulu beberapa tanaman yang akan ku jadikan pil pemulihan, kalau hanya beberapa herbal aku bisa mencari-cari alasan. Aku bisa mengatakan kalau aku menyimpannya di balik bajuku, sebuah persiapan untuk keadaan genting.”
“Ya! Aku akan menggunakan alasan itu!”
“Sekarang saatnya aku kembali,”
Ye Shao membuka mata, sebelum dia melihat tanaman herbal yang telah ia pegang di tangannya, dia terlebih dulu melihat Meng Bingbing bersimpuh di depannya dengan wajah ketakutan.
Kemudian gadis itu pun berteriak.