Bab 07. Ketiduran

1045 Kata
"Bangun!! Karin, cepat bangun atau aku akan menuntut ayahmu masuk penjara sekarang juga!!" ujar Adrian. Laki-laki itu tengah menepuk-nepuk pipi istrinya dengan pelan untuk membangunkan, namun demikian justru membuat Karin yang ketiduran di atas sofa, justru berbalik dan membelakanginya. "Karin!!" geram Adrian kesal. "Berani-berani melakukan hal seperti itu terhadapku, apa kau sengaja untuk memancing amarahku?" geram Adrian melanjutkan. Namun Karin tetap pulas, dan sudah seperti batu. Dia tak terganggu dengan ocehan dan juga gangguan yang Adrian lakukan. Tubuhnya terlalu lelah, akibat bekerja terlalu banyak. Bagaimana tidak, dia sejak menikah setiap harinya merangkap menjadi pembantu yang membersihkan rumah besar keluarga prayuda, memasak, belanja kebutuhan dapur dan lain sebagainya. Meskipun sebenarnya dibantu oleh pembantu lainnya, tapi tetap saja hal itu melelahkan. Selain itu, setelah cuti beberapa hari, Karin juga sudah kembali kuliah hari ini dan sempat bimbingan skripsi yang mana itu adalah bagian dari tahap akhir sebelum akhirnya lulus nanti. "Adrian kamu sudah pulang? Cepat katakan pada Mommy, apa yang sudah kau lakukan pada Daisy di kantor. Bagaimana bisa calon menantu Mommy itu jadi murung, dan bahkan tidak mau bicara lagi dengan Mommy?!" tanya Rini langsung menghampiri Adrian. Dia langsung mengintrogasi anaknya itu, begitu melihatnya datang, tapi kemudian tiba-tiba dia mengerutkan dahinya, saat menyadari ada yang salah. "Siapa perempuan yang kamu gendong itu, apa dia perempuan yang sama yang sudah membuat Daisy marah?!" omel Rini geram dan menuntut putranya. Ternyata posisi Karin yang merupakan perempuan yang dia gendong, sedang menyembunyikan wajahnya menghadap dad* bidang Adrian. Sehingga Rini tak melihatnya dengan jelas, dan dia tak terlalu menghapal postur tubuh menantunya. Selain karena masih baru, Rini juga sangat membenci Karin. "Aku capek, Mom. Tolong biarkan aku ke kamar sekarang!" ujar Adrian langsung berjalan melewati ibunya. "Tapi apa kau sudah gila? Siapa perempuan itu dan kenapa membawanya ke kamar?!" Adrian sama sekali tak memperdulikan ucapan ibunya. Sungguh dia benar-benar lelah, apalagi setelah menggendong Karin. Brubh!! Begitu sampai di kamar, Adrian dengan kejam menjatuhkan Karin ke atas tempat tidur. Tak peduli jika itu terlalu keras. Namun, Karin yang masih tidak terbangun membuatnya mendengus kasar. "Dasar perempuan malas! Tidur terus sejak tadi!!" kesal Adrian tak habis pikir. Tubuhnya lelah, dan memutuskan untuk mandi. Akan tetapi, saat dia sudah hampir selesai pintu kamar mandi langsung terbuka dari luar. Menghadirkan sosok Karin yang sepertinya habis bangun tidur. Gadis itu menguap sambil melakukan peregangan beberapa kali. Dia masih belum sadar Adrian ada di dalam sana dan sedang memperhatikannya. Karin berlanjut membuka pakaian, sepertinya dia hendak mandi. "Ternyata gundukan besar yang selama ini aku perhatikan, hanya bantalan bra?" ucap Adrian membuat Karin langsung syok. Gadis itu membulatkan matanya, seraya mengumpulkan kesadaran penuh, sebelum akhirnya semua itu membuatnya sadar kalau Adrian ada di sana. "Aaarrrgghh! Di mana pakaianmu!" jerit Karin reflek berbalik dan menutup mata. "Siapa yang mengenakan pakaian saat mandi?" ujar Adrian sambil menarik handuk dan membelitnya di pinggang. Dia menghampiri Karin dan menyeringai. "Tapi warna hitam sangat cocok untukmu!" Karin tegang dan bahkan sampai harus menahan nafas. Dia enggan dan takut membuka mata. "Ternyata kau lumayan menggoda, setelah makan malam, aku ingin kau mempersiapkan dirimu untukku," jelas Adrian sambil kemudian berlalu dari sana. ***** "Dasar perempuan miskin tidak tahu diri! Apa kau sadar ini terlalu larut untuk makan malam, kemana saja seharian ini? Kau keluyuran, hah?!" omel Rini membentak Karin yang sedang menyiapkan makan malam bersama pembantu lain. Yudha yang merupakan ayah mertua Karin dan suami Rini itu, mendengar keributan sehingga mendekat. Lalu mengerutkan dahinya saat melihat Karin diperlakukan buruk. "Apa-apaan ini, Mom? Kenapa menantu kita diperlakukan seperti pembantu? Apa dia juga yang memasak semua makanan ini?" tanya Yudha menebak, saat menyadari raut wajah kelelahan Karin. "Ya, memang apa yang salah dari itu, Dad. Menantu kita miskin, dan tidak mempunyai prestasi apapun. Bagian buruknya ternyata dia masih kuliah dan seusia Thania!" geram Rini yang tak bersalah sama sekali. Sementara Yudha memang tak tahu apa-apa. Meski sudah tua, ternyata dia belum pensiun bekerja. Walaupun tidak menjadi bos besar dan sudah digantikan Adrian. Pria tua tetap bekerja untuk hobi dan mengisi waktu luang, namun belakang ini dia memang lumayan sibuk di kantor sampai tak memperhatikan kejadian di rumah. "Keterlaluan!" bentak Yudha geram. Rini langsung tersenyum karena berpikir suaminya berada dipihaknya. "Ya, memang keterlaluan, Dad!! Wanita ini masih muda sudah menjadi penggoda dan membuat Adrian tiba-tiba menikahinya!" "Kamu yang sudah keterlaluan!" geram Yudha langsung menatap istrinya marah. "Apa yang sudah kau lakukan, Mom. Dia menantu kita, sama seperti Thania, dia harusnya diperlakukan seperti putri kita sendiri, tapi kau malah melakukannya seperti pembantu?!" ujar Yudha tak habis pikir. "Di mana hati nuranimu, Mom? Apa kau tidak berpikir bagaimana perasaan orang tua Karin hal ini?! Apa kau tidak menimangnya, bagaimana jika Thania yang mengalami perlakuan buruk seperti ini di rumah mertuanya nanti?!" omel Yudha. "Tapi, Dad. Dia mis--" "Kenapa, apa kamu juga terlahir dari orang kaya? Ingat Mom, kamu jauh lebih miskin dari Karin saat ini, tapi orang tuaku tidak pernah memandang kamu dengan buruk," jelas Yudha menasehati. Namun, tak hanya itu. Pria paruh baya itu langsung melakukan tugasnya sebagai kepala keluarga yang sesungguhnya. "Mulai hari ini tidak ada yang boleh seenaknya pada menantuku Karin, termasuk kamu Mom. Dia tidak boleh memasak, atau melakukan pekerjaan berat lainnya. Aku mengaji pembantu di rumah ini untuk meringankan beban keluargaku, bukan menjadikan menantu menjadi pembantu!" tegas Yudha. Rini yang tidak terima langsung pergi dari sana. Dalam keadaan marah dan semakin membenci Karin. Sementara itu, Karin langsung berkaca-kaca mendengar pembelaan ayah mertuanya. Jika masih ada yang perduli padanya di rumah itu, maka pria tua itu satu-satunya. "Tidak apa-apa, Nak. Kamu menantu di keluarga ini, dan selain itu artinya kamu juga adalah anakku. Jangan perdulikan ibu mertuamu, dan tidak usah terlalu patuh padanya," jelas Yudha membuat perasaan Karin menghangat. Beberapa menit kemudian Adrian tiba di meja makan, dan bergabung. Sementara Thania, gadis itu sejak kembali ke rumah selalu makan di kamarnya. Dia takut berhadapan langsung dengan Karin. "Di mana, Mommy?" tanya Adrian bingung saat tak melihat Rini. Karin terlihat tegang, takut Adrian akan mengomel padanya. Namun, Yudha ayah mertuanya justru terlihat biasa saja. "Seperti tidak tahu bagaimana Mommy kamu saja! Dia sudah makan lebih dahulu, lebih baik kita makan sekarang. Daddy sudah lapar," ungkap Yudha berbohong. Walaupun berkata demikian, ternyata setelah selesai makan dan melihat anak juga menantu sudah beranjak. Yudha masih mengingat istrinya dan menyiapkan makan malam untuk Rini dan membawanya ke kamar. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN