Bab 20. Salah Obat

1063 Kata
"Tante gimana sih, Adrian bukannya menurut sama Tante malah pindah dari rumah ini dan tinggal berdua dengan wanita kampungan itu!" ujar Daisy dengan sangat kesal. Bukan hanya kedua orang tuanya yang sudah geram pada keluarga Prayudha, tapi sekarang Daisy juga semakin terancam dengan kabar terbaru mantan calon tunangannya yang jadi itu. Adrian seakan tidak keberatan mengenai Karin yang kini menjadi istrinya. "Ini juga bukan mau, Tante, Daisy. Kamu tahu sendiri betapa Tante menginginkanmu menjadi menantu Tante. Akan tetapi semua itu terhalang karena kehadiran perempuan miskin yang tidak tahu diri itu!!" geram Rini terbayang sosok Karin dan menjadi kesal sendiri. "Tante muak dengan perempuan itu, dia tidak ada gunanya sama sekali, dan Tante yakin, Adrian membawanya pindah dari rumah ini karena tipu dayanya. Wanita itu memang sialan, pandai sekali memutar balikkan fakta, dan kamu tahu apa yang terakhir dia lakukan saat Tante datang ke apartemen mereka?" tanya Rini dan Daisy segera geleng kepala. "Apa, Tan?" "Dia tidak berguna dan tidak mengurus Adrian dengan baik. Dia tidak melakukan apapun di apartemen mereka, hanya bermalasan dan bersikap seperti nyonya besar!" ungkap Rini sambil teringat kunjungan terakhir pada tempat tinggal anak-menantunya itu. "Lalu sekarang apa yang harus kita lakukan? Aku tidak mau menyerah dan membiarkan tunanganku direbut wanita kampung itu!" ujar Daisy. "Kamu pikir Tante mau dia selamanya menjadi istri anak Tante?" balas Rini. "Dengar Daisy, selamanya satu-satunya, hanya kamu saja perempuan yang Tante anggap sebagai menantu!" Rini berpikir sejenak, tampak serius, sebelum kemudian wanita paruh baya itu tiba-tiba tersenyum. "Tante punya rencana, gimana caranya Adrian melepaskan perempuan sial*n itu dan kalian bisa menikah setelahnya!" ungkap Rini serius. "Tante tidak bercanda bukan? Tolong jangan permainkan aku ...." Rini geleng kepala. "Tenang saja Daisy, Tante tidak mungkin mempermainkanmu. Sebentar lagi Adrian ulang tahun, tapi malam itu kita akan menjebak Karin. Membuatnya dibenci dan Adrian bahkan muak padanya!" "Tapi gimana caranya, Tan?" tanya Daisy. Rini berbisik di telinga calon menantunya yang gagal itu, kemudiaan mereka sama-sama tersenyum membayangkan rencana mereka mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. "Mommy dan Kak Daisy ngapain, kok senyum-senyum gitu?" tanya Thania yang tiba-tiba saja muncul di sana. Mendadak membuat Rini dan Daisy sedikit gugup, takut apa yang mereka bicarakan terdengar Thania. Bukannya kenapa, tapi sifat Thania ini sebenarnya dominan mengikuti Yudha, hanya saja kalau sudah menginginkan sesuatu dia seperti Rini. Itulah kenapa dia tak dipercayai dalam rencana itu. Thania terlalu baik dan juga naif di saat yang bersamaan. "Bukan apa-apa, Sayang. Daisy baru saja menceritakan lelucon pada Mommy, bukankah begitu Daisy?" "Ya, begitulah. Tan--te benar, Thania ... apa kamu mau mendengarnya?" tawar Daisy sedikit gugup. Dia sendiri tak yakin dengan itu, karena Daisy bukan orang yang suka melawak. Sayang sekali Thania justru menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, aku sangat penasaran dengan apa yang membuat kalian tertawa," jawab Thania, membuat Daisy langsung menatap Rini untuk meminta bantuan. "Mmm ... begin--i ada seseorang ya--" "Yang bodoh dan bisa-bisanya bunuh diri karena menyukai seseorang laki-laki, tapi dia malah tidak mati dan semakin malu karena kebodohannya itu," jelas Rini langsung membuat Thania merubah raut wajahnya. "Lelucon macam apa itu? Sama sekali tidak lucu!" ungkap Thania yang langsung pergi dari sana begitu saja. Rini dan Daisy tak tahu saja kalau apa yang baru saja dikatakan itu adalah kenyataan hidup Thania. Perbedaannya, dia lebih baik dari cerita berkat bantuan Adrian. Sekarang walaupun belum menjadi pacar, tapi Brian sudah semakin dekat dengannya. ***** "Ambil ini dan minumlah dengan rutin," ujar Adrian perhatian. Dia baru saja memberikan vitamin berbentuk pil yang bisa dikonsumsi oleh istrinya. Namun, Karin sedikit gugup menemukan botol kecil penyimpanan pil tersebut mirip dengan botol vitamin miliknya, dan isinya sudah disabotase menjadi pil KB. "Aku lihat di laci kamu minum vitamin ini juga. Jadi aku membeli yang baru dan beberapa minuman penyuplai nutrisi lainnya, supaya kamu tidak lesu terus," jelas Adrian membuat Karin lega. Dia pikir suaminya itu sudah curiga, dan mengetahui isi botol obatnya. Selanjutnya Karin pun menerimanya, tapi baru saja dia hampir tersentuh dengan perhatian Adrian, pria itu malah melanjutkan dengan mengucapkan kalimat yang membuatnya kesal. "Tidak usah senang dan besar kepala, aku melakukan ini supaya staminamu tetap bagus dan terjaga. Karena aku tidak suka menyentuh wanita lemas, itu membuatku kehilangan nafs*," jelas Adrian. "Kalau begitu aku tidak akan meminumnya. Aku lebih suka tidak disentuh olehmu," jawab Karin berani membuat Adrian geram. "Berhenti membantah. Lakukan saja perintahku, atau kamu sudah siap terjadi sesuatu pada ayah mertuaku. Misalnya menghabiskan masa tuanya dengan mendekam di penjara!" ancam Adrian sambil menyeringai. Karin mengepalkan tangannya dan terlihat geram. Namun, dia sudah dibuat takluk dan tak berdaya oleh Adrian. Meski sebenarnya Adrian juga tak seburuk itu. Sebenarnya dia sudah memperhatikan Karin belakangan ini terlihat mudah lelah dan suka lemas. Hak itu disebabkan oleh skripsinya yang membuat Karin sering begadang, ditambah harus melayani suaminya dan jarang makan. Akan tetapi karena obat yang Adrian berikan membuatnya suka bingung. Di awal dia memang mengonsumsi pil KB dan vitamin bersamaan, tapi lama-kelamaan akibat kesibukan, dia mulai bingung mana pil KB dan mana Vitamin. Sementara itu dia mulai jengah sendiri makan banyak obat di saat yang sama. Tidak hanya itu, pernah sekali botol obat vitaminnya ketumpahan air yang membuat kertas merek yang membalut botolnya sedikit rusak. Karin yang tak terlalu memperhatikan hal itu, abai saja. Sampai kemudian kejadian itu membuatnya benar-benar salah paham soal perbedaan kedua botol obat itu. Botol vitamin yang lecet membuatnya berpikir itulah pil KB miliknya, karena terlihat seperti botol yang lebih lama, dan memutuskan hanya minum pil tersebut. Meskipun pada akhirnya dia juga suka lupa minum, tapi Karin seolah melupakan akibatnya. "Dua hari lagi suamimu akan berulang tahun dan tentu saja akan dirayakan secara besar-besaran. Jangan lupa siapkan hadiahmu dan jangan mengecewakan anakku!" ujar Rini sinis seperti biasanya. "Baik Tan, tidak usah khawatir soal itu," ujar Karin pasrah. Baginya tidak ada gunanya membantah Rini. Percuma saja, itu hanya akan membuat Rini semakin bersemangat mengomelinya. "Ckckck, 'tidak usah khawatir?' ckckck, kau bicara seperti sudah punya uang banyak saja. Padahal aku yakin kaupun hendak membeli hadiahnya dengan uang anakku!" cibir Rini. Karin menghela nafas, hari ini dia begitu bernasib sial, karena mertuanya itu kembali mengunjunginya. "Sekarang pergilah memasak, buat hidangan yang enak. Anakku sebentar lagi pasti pulang," ujar Rini. Padahal dia sendiri tanpa sadar menyukai masakan menantunya dan sepertinya ketagihan. Seperti terakhir kali, Rini meminta Karin memasak, tapi akhirnya dia menghabiskan masakan menantunya itu, dan membawa pulang sisanya. "Oh, iya masak cumi-cumi manis pedas, Adrian paling suka masakan satu itu," bohong Rini. Kenyataannya itulah makanan kesukaannya. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN