Bab 19. Mabuk

1019 Kata
"Huft!!" Karin menghela nafasnya seraya menatap pintu. Seharian Adrian tidak pulang dan tanpa sadar Karin menunggunya di sana. "Kemana dia, tidak biasanya jam segini masih di luar?" Meski sedang menyibukkan diri mengerjakan tugas akhir kuliahnya, tapi perhatian wanita itu tak pernah fokus. Selain karena Adrian, tapi kebiasaan yang diciptakan pria itu sejak bersama. Pulang dan membawa makan malam, membuat Karin melupakan makan malamnya sekarang. Dia bahkan tidak bisa tenang atau tertidur saat waktu mencapai tengah malam, tapi akhirnya penantiannya berakhir, saat bel pintunya berbunyi. "Ckckck, tinggal masuk, kenapa harus dibukain pintu, sih?" kesal Karin yang tidak curiga sama sekali. Dia bahkan tak memeriksa sebelum membuka pintu, sangat percaya kalau Adrian yang datang. "Dia mabuk, tolong bantu aku membawanya masuk," ujar seseorang membuat Karin membeku. Wanita itu langsung gelisah, dan mengigit bibirnya dengan cemas. Pasalnya yang bicara itu adalah Danu dosen pembimbingnya sendiri. Karin meringis ngeri. Ah, sial. Apa hubungan dosen pembimbingnya itu dengan Adrian. Karin bingung menghadapi situasi yang ada. "Cepatlah, bukanka-- Karin!" Akhirnya Danu tersadar, sedari tadi perhatiannya memang fokus pada Adrian yang hilang kesadaran. Pria itu mabuk berat dan Karin menyadarinya. "Ck! Bantu aku!" ujar Danu menyadarkan Karin. Akhirnya Adrian berhasil di bawa masuk, dan kini duduk di sofa. Dalam keadaan sempoyongan dan bersandar di sandarannya. "Pak Dan, ak--aku ...." "Jadi dia suamimu dan ibu mertua jahat yang kamu maksud tante Rini?!" ujar Danu membuat Karin menundukkan kepala. Dia sudah tak berdaya, habislah sudah. Karin bisa membaca situasi. Danu tahu siapa Rini dan memanggilnya 'tante' membuat Karin menebak kalau hubungan suami dan dosennya cukup dekat. Tidak ada yang dia harapkan lagi, dia benar-benar habis sekarang. "Kamu benar," ujar Danu langsung membuat dahi Karin mengerut dan bingung dengan ucapan dosennya. "Tante Rini memang menyebalkan, tapi suami yang buruk aku pikir Adrian tidak seburuk itu." Pembelaan Danu sedikit membuat Karin kesal, meskipun dia lega karena Danu sepertinya tak menuntutnya soal kesedihan yang dia jual untuk mendapatkan kebaikan Danu pada skripsinya. "Aku tidak tahu apa hubungan Bapak dengan suami saya, tapi dia tidak buruk bagaimana bisa aku mendapatkan kekerasan bahkan di usia pernikahan kami yang masih dini?" Danu terdiam sesaat setelah mendengarnya, dia seperti memikirkan sesuatu, sebelum kemudian menjawab. "Mungkin diantara kalian ada kesalahpahaman," jelasnya sebelum kemudian pamit pulang. Karin segera mengunci pintu, lalu kembali dan menatap Adrian kesal, tapi setelahnya Karin sepertinya akan lebih kesal lagi. Selang beberapa detik, Adrian segera muntah di sana dengan sembarang. ***** "Sstttt ... arghh!" ringis Adrian meringis kesakitan. Dia terbangun akibat rasa itu yang menggerogoti lengannya. Namun, begitu melihat penyebabnya pria itu terdiam dan berhenti merintih. Dia bahkan membiarkannya begitu saja, meskipun sakitnya kian mengganggu. "Ughh!" Karin yang tertidur tepat disebelahnya, pun terbangun setelah beberapa menit kemudian. "Sudah puas mengigit lenganku?" tanya Adrian dengan suara beratnya. Karin langsung melotot dan melirik ke mulutnya. Ah, tidak! Bahkan giginya masih menancap pada lengan suaminya. Karin reflek melepasnya dan buang muka. "Sudah dua kali kamu begini, Rin," ujar Adrian tak habis pikir. Sementara itu, Karin ternyata diam-diam sudah merutuki dirinya sendiri atas kejadian itu. Dia malu, sangat malu malah. "Ak--ku ...." "Kelaparan lagi?" potong Adrian dengan nada yang menyebalkan, dan hal itu berhasil membuat Karin menatapnya. "Ya, sangat kelaparan dan itu semua gara-gara kamu Tuan Adrian!" Adrian langsung berdecak mendengar panggilan Karin padanya, dia sudah kerap kali mengingatkan istrinya itu supaya merubah panggilannya. Namun, Karin masih saja keras kepala. 'Tuan' lama-lama Adrian muak mendengar panggilan itu. "Jangan bilang kamu menunggu aku pulang cuma buat makan malam?" "Terus harus gimana, kamu sendiri yang biasain pulang kerja membawa makan malam." Adrian memijat pangkal hidungnya lantaran tiba-tiba merasa pusing dengan kepalanya. Hal itu pasti akibat semalam, dia terlalu bersemangat menikmati pesta lajang Arland. Akibatnya dia banyak minum dan sangat mabuk. "Apa kamu semalas itu sampai masak sendiri tidak bisa, atau minimal pesan sendiri lewat aplikasi gofood." Karin mendesah kasar, lantaran segera teringat kejadian semalam. Adrian benar dengan ucapannya, tapi tadi malam sudah terlalu larut untuk makan dan juga ada hal menjijikkan yang membuatnya kehilangan nafsu makan. "Oh, iya. Kenapa aku sampai tidak pakai baju dan cuma pakai dalaman? Kamu memanfaatkan aku?" Karin langsung mendengus kasar. "Nggak usah aneh-aneh. Diantara kita yang m***m itu, adalah kamu Tuan Adrian. Asal kamu tahu saja, semalam setelah temanmu membawamu pulang ke sini. Kamu muntah di ruang tamu, di sofa, dan mengotori lantainya. Akan tetapi, pakaianmu juga ikut kotor dan aku terpaksa membukanya, atau kamu mau aku biarkan saja? Lain kali jika kamu muntah akibat mabuk dan membuat pakaianmu kotor. Tidak usah diganti. Biarkan saja muntahanmu itu menyelimutimu sepanjang malam!" ujar Karin kesal dan sedikit mengomel. Adrian mengusap tengkuknya dan menatap Karin seraya memperhatikannya. Istrinya itu keliatan kusut dan berbau alkohol sepertinya. Adrian yakin dia yang sudah menularkan aroma itu, dan dia tebak Karin sepertinya ketiduran setelah membereskan semuanya. "Padahal aku lebih suka kamu memperk*saku semalam!" jawab Adrian frontal dan seperti sedang kecewa. Karin langsung mendorongnya menjauh dan segera bangkit dari sana. "Sepertinya kamu masih mabuk!" "Tidak istriku, aku sudah sadar. Bahkan aku ingat dengan baik kejadian beberapa menit lalu saat aku bangun tidur. Bagaimana kamu dalam tidurnya masih tak terjaga, keliatan sangat menginginkan aku, sampai kelepasan mengigit lenganku. Lihatlah!" ujar Adrian memperlihatkan bekas gigi Karin yang masih ada di lengannya. "Kau menandaiku dengan gigimu!" Karin menatapnya dan langsung malu. Dia kelaparan dan terbawa mimpi sampai mengigau, tapi Adrian malah menggodanya. "Ayo, gigit lagi. Sepuasmu! Akan tetapi setelah itu kita gantian, biarkan aku yang menerkammu!" lanjut Adrian tak tahu malu. Karin langsung berbalik sangking malunya. Membelakangi suaminya lalu kabur dari sana secepatnya. "Bisa-bisanya bajing*n itu mes*m padahal baru bangun tidur!" geram Karin kesal. Dia segera ke kamar mandi, dan mengisi bathtub dengan air hangat. Kemudian berendam untuk membuatkan tubuhnya rileks. "Jangan lama-lama, aku sudah pesankan sarapan untuk kita!" ujar Adrian menyelonong masuk begitu saja. Karin yang sebenarnya sempat menutup mata agar lebih menikmati acara berendamnya, langsung membulatkan kedua matanya, tapi sial pemandangan Adrian yang dengan santainya berjalan melewatinya dan langsung ke arah pancuran shower membuatnya harus mengumpat. "Brengs*k!! Argghhh, bisa-bisanya masuk saat aku masih di sini," dumel Karin kesal. Akan tetapi, selanjutnya Adrian tidak macam-macam padanya. Pria itu hanya mandi dan tak mengganggu Karin sama sekali. Meskipun Karin tetap kesal lantaran tak terbiasa. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN