Juan ikut ke ruangan Grandpa William di rawat setelah Elena setuju dengan syarat yang dia ajukan.
Terlihat pria paruh baya itu terus tersenyum lebar melihat Juan.
Juan pura pura menyapa dengan mesra padahal semua yang dia lakukan hanya terpaksa saja.
" Bagaimana bulan madu kalian.." tanya Tuan William sambil tersenyum pada Juan.
" Baik, semua berjalan lancar.."
" Bagus dong.. maaf ya aku menganggu bulan madu kalian..."
" Tidak apa apa.. kami masih bisa lanjut honeymoon sini saja.."
Juan menoleh kearah istrinya. " Benarkan sayang.."
" Iya.." jawab Elena gugup.
" Buat cicit yang lucu untuk Grandpa ya.." kata Tuan William sambil tertawa.
" Kamu dengar kan, sayang.." Juan melihat istrinya lagi.
Elena menghela nafas panjang, dia melihat Grandpa William yang sedang menatapnya penuh harap.
" Baiklah.. aku akan berusaha yang terbaik.." jawab Elena tak tahan melihat tatapan mata Grandpa William.
" Terima kasih sayang.."
Juan tersenyum senang, dia tahu posisi Elena sekarang sudah menjadi serba salah.
" Jadi apa sekarang kita terus ke hotel.." tanya Juan ketika mereka keluar dari rumah sakit.
" Kenapa harus ke hotel?"
Juan terhenti melangkah, dia mendekati wanita itu, apakah Elena sudah lupa dengan perjanjian mereka.
" Lupa, atau pura pura lupa.."
" Juan.." Elena menahan d**a pria, dia sudah bersandar di dinding. " Malu di lihat orang.."
" Kamu fikir, aku peduli.." jawab Juan.
" Baik, kita akan ke hotel sekarang.."
" Good girl.." Juan mengelus rambut Elena namun wanita itu terus menghindar.
" Dengar, aku bukan orang yang sabar, jadi sebaiknya kamu menurut kalau tidak ingin aku berbuat kasar.."
Juan menarik lengan wanita itu dengan kasar.
" Kita ke hotel sekarang.."
" Juan, sebentar.." Elena di bawa masuk ke dalam hotel yang berdekatan di rumah sakit.
" Apa?"
Elena melihat kiri kanan untuk memastikan tidak ada yang melihat mereka.
" Aku sedang datang bulan.."
Juan tersenyum, wanita itu ada saja alasan untuk menolak.." aku tidak percaya.."
" Aku tidak berbohong.."
" Aku ingin melihat sendiri.." Juan menarik tangan wanita itu lagi.
" Kamu jangan mempermalukan dirimu sendiri.." ancam Juan karena Elena tak mau ikut dengannya.
" Kami mau check in untuk tiga jam saja.." kata Juan ketika berbicara dengan petugas di kaunter.
Pipi Elena terasa memanas, pria itu memang tak punya malu.
" Maaf tuan.. tapi hotel kami hanya terima suami isteri saja.."
" Kami suami isteri.." jawab Juan sambil menunjukkan surat nikah mereka.
" Maafkan saya, Tuan.." kata wanita itu sambil tersenyum canggung.
" Mana kuncinya.."
Tak jauh dari sana Keisha melihat Juan bersama wanita lain.
Dia dari rumah sakit untuk memeriksa kesehatanya, tapi ketika sudah ingin pergi dari rumah sakit, tiba tiba dia melihat Juan.
Wanita itu mengikuti mereka sampai ke hotel, dan benar mereka mau check in.
" Ayo jalan.." Juan menarik tangan Elena menuju ke lift.
" Tidak apa apa, Keisha.. kamu sendiri yang memintanya, bukan.."
Keisha keluar dari hotel itu, dia tak mau berlama di sana yang akan membuat hatinya bertambah sakit.
" Juan, benar aku sedang datang bulan.." kata Elena ketika sudah masuk ke dalam kamar.
" Baiklah.." jawab Juan tenang, pria itu membuka kemejanya.
" Ayo berbaring aku ingin memeriksa.."
" Kamu benar benar kejam.."
" Ya sudah kalau begitu kita bercerai saja, biar Grandpa kamu bertambah sekarat.."
Pria itu kembali membutang kemejanya sendiri. " Ayo pergi dari sini.."
" Baiklah.." Elena menahan tangan pria itu agar tidak pergi.
" Kamu boleh memeriksanya.." Elena berjalan menuju ke ranjang.
Juan terus menolak tubuh wanita itu, dia tak percaya pada Elena sebelum dia memeriksa sendiri.
Pria itu menarik celana jeans Elena untuk memeriksa.
Elena memalingkan wajah ke samping, dia sekuat hati tak menangis.
Dia bingung pada pria itu yang terus berubah ketika sudah menikah.
Juan memegang milik wanita itu dan benar Elena memakai pembalut.
" Benar kan ini kamu tidak sedang mencari akal agar kita tidak melakukannya.."
" Periksa saja kalau tidak percaya.." jawab Elena dengan kesal.
Juan mendengus, dia turun dari ranjang sambil melewati celana jeans Elena.
" Pakai lagi celanamu.." pria itu berjalan keluar dari dalam kamar itu.
" Kenapa aku harus terjebak dalam pernikahan sialan ini.." umpat Elena.
Dia ingin bercerai dari Juan tapi mereka ada surat, di tambah lagi Grandpa William mau ada cicit.
" Semua gara gara Mario.." gerutu wanita itu, kalau saja Mario datang di hari pernikahan mereka, dia tak akan terjebak dalam pernikahan gila itu.
Wanita itu mengambil ponsel dalam tasnya, dia akan menyelidiki penyebab Mario tidak datang di hari pernikahan mereka.
Setelah itu mungkin dia harus menyelidiki tentang Juan, pria itu sangat aneh.