Wanita itu berlari ke kamar mandi tergesa gesa dia merasa tak nyaman di lehernya.
Setelah satu bulan menikah dengan Juan, kali pertama Elena merasa tak nyaman di lehernya.
Wanita itu menunduk di depan closet, dan memuntahkan isi perutnya.
" Sebenarnya aku kenapa?" Gumam Elena, wanita itu menatap wajahnya di cermin.
" Tidak mungkin aku hamil kan.." dia menyentuh perutnya.
" Aku harus memastikan.."
" Kamu mau ke mana?" Tanya Juan, pria itu masih bertelanjang d**a.
" Aku sepertinya hamil.." jawab Elena pelan, wanita itu tersenyum..
" Hamil?" Juan menaikan hujung alisnya, masa secepat itu hamil.
" Jangan bercanda, kamu memang kebanyakan mencari alasan, biar aku berhenti sentuh kamu, ya.."
" Tapi aku serius.."
" Aku tidak percaya.." jawab Juan dengan tegas. " Ayo kita lanjut..
" Juan, aku bukan robot, aku juga bisa merasakan lelah.."
" Kamu fikir aku peduli.." jawab Juan, dia menolak tubuh wanita itu ke atas ranjang.
" Menurut saja.." ancma Juan, dia naik ke atas tubuh wanita itu.
Elena yang ingin memberontak, kembali berbaring tidak ada gunanya melawan.
Dia memejamkan mata ketika pria itu menyentuh dirinya.
Selalu saja Juan akan memaksa, karena pria itu ingin dia cepat hamil.
Juan mengangkat wajahnya, dia mendapati Elena yang sedang menangis.
Pria itu menghela nafas kesal, dia berguling ke samping wanita itu.
" Istirahatlah.. hari ini kamu bebas.." kata Juan, dia membelakangi wanita itu.
" Jauh sekali dari persetujuan kita.." kata Elena mulai protes.
" Iya benar.. dan pura pura menyayangimu di depan Grandpamu juga jauh sekali dari persetujuan kita.." jawab Juan.
" Sembilan bulan lagi kita akan bercerai.." kata Elena sambil tersenyum kecil.
Juan memutar tubuhnya kearah Elena, dia tahu, tapi sembilan bulan masih lama sekali.
" Selama sembilan bulan mengenalmu tapi tidak satu pun yang aku tahu tentang kamu.."
" Apa yang ingin kamu tahu.." tanya Juan.
" Kenapa kamu mau anak dariku.."
" Aku ingin memberikan pada seseorang.." jawab Juan tenang.
" Siapa?"
" Kamu tidak perlu tahu.." jawab Juan, dia membawa kedua tangannya di bawa kepala.
" Aku ingin istirahat.." Elena membalik tubuhnya untuk membelakangi Juan
Juan melihat wanita itu sekilas, dia bangun dan berjalan ke kamar mandi sambil membawa ponselnya.
Pria itu menghidupkan air shower, agar Elena tak mendengar..
" Sayang.."
" Kamu lagi apa?" Tanya Juan merasa senang mendengar suara Keisha..
" Aku di kamar istirahat.."
" Aku mau tanya, jadi bagaimana bukankah kamu bilang sudah terlambat datang bulan.."
" Maaf, sayang.. sekarang aku lagi datang bulan.."
Juan menghela nafas berat, dia sudah senang karena Keisha sudah tak datang bulan selama seminggu, tapi sekarang wanita itu sedang hamil.
" Baiklah, kita akan usaha lagi ya, Sweetie.." kata Juan menenangkan hati wanita itu.
Semantara itu Elena yang tak bisa tidur, mengambil ponselnya.
Wanita itu melihat laporan yang baru saja di kirim orang suruhannya.
Elena tahu sekarang Mario sudah bersama wanita lagi, tapi dia yakin Mario ada alasan lain.
" Aku harus menemui Mario, dia harus menjelaskan semua ini.."
***
" Mario.."
" Ada apa?" Jawab Mario, dia terus sembunyikan foto dalam saku celananya.
" Sudah waktunya kamu makan obat.."
Mario melihat obat yang harus dia makan setiap hari di depannya..
" Kamu ada masalah?"
" Aku merindui.." Pria itu melihat kearah Vanessa. " Elena.."
Senyuman di bibir Vanessa terus menghilang mendengar nama Elena di sebut Mario.
Tanpa mengatakan apapun wanita itu terus beranjak dari duduknya.
Dia meninggalkan Mario begitu saja, pria itu selalu saja menyakiti hatinya.
Mario tak peduli melihat wanita itu pergi begitu saja, dia melihat obatnya lagi.
Dia mengambilnya dan di buang ke tong sampah, Mario tak mau memunh obat itu lagi.