" Nona Keisha.." seorang wanita paruh baya mendekati wanita yang di panggil Keisha.
Wanita itu menoleh ke belakang senyuman lembut terukir di bibir pucat wanita itu.
" Tuan Juan ingin bicara dengan anda.." wanita paruh baya itu menyerahkan ponsel pada Keisha.
" Hello.."
" Kamu lagi apa, Sayang.." tanya pria itu sedikit berbisik. " Kamu baik baik saja kan.."
Keisha tersenyum. " Aku baik baik saja, jadi bagaimana berhasil.."
" Iya.." jawab Juan pelan karena takut menyakiti perasaan wanita itu.
" Tidak apa apa.. aku yang meminta kamu bukan.. jadi tidak usah merasa bersalah.."
" Sayang.. nanti aku hubungi lagi, wanita menyebalkan itu sudah keluar dari kamar mandi.."
Keisha tertawa mendengar Juan mengatakan Elena wanita menyebalkan.
Ketika talian sudah di putuskan oleh pria itu, Keisha menghela nafas berat.
" Terima kasih, Aunty.."
" Sama sama, Nona Keisha.." wanita itu segera masuk ke dalam rumah.
Keisha memandang rumah megah di depannya, tapi rumah itu terasa kosong tanpa kehadiran anak anak.
Wanita itu mengusap air mata di pipinya, kebahagiaan butuh pengorbanan.
***
Juan menaruh ponselnya di atas meja ketika Elena mendekatinya.
Wanita itu melihat buah buahan yang sudah di potong di sediakan dalam piring.
" Apa ini?"
" Sebagai ucapan terima kasih untuk semalam.." jawab Juan dengan jujur.
" Oh ya.. apa ini tidak terlalu berlebihan, kita hanya menikah untuk satu tahun saja.."
" Tidak sama sekali.." Juan menarik wanita itu duduk dia sebelahnya. " Silakan di makan.."
" Aku tidak suka buah.."
" Haruskah aku memaksamu.." tanya Juan sambil melirik wanita itu. " Makan, aku dengan susah payah sediakan ini untukmu.."
Elena mengambil satu potongan apple, dia melihat Juan dengan curiga.
Juan terlalu baik, tapi kebaikannya sangat mencurigakan..
" Katanya tidak suka buah.." kata Juan menyindir, apple dalam piring sudah habis.
" Aku ke dapur dulu.." kata Juan tak lupa dia mengelus perut Elena.
" Lepaskan, dasar gay sialan.."
Juan hanya tertawa pelan, dia tak peduli di katakan gay.
" Siapa sebenarnya Juan?" Gumam Elena, sekilas bayangan percintaan panas mereka tadi malam terniang dalam fikiran..
Dia masih ingat bagaimana pria itu menyentuh tubuhnya dengan hangat dan memujanya.
" Tidak, tidak.." Elena mengibas tangan depan wajahnya seolah mengusir kelibat Juan dalam fikiran.
" Aku harus tahu siapa Juan sebenarnya.." Elena melihat ke pintu kamar mereka..
Pria itu masih belum kembali, dia melangkah ke balkon.
Lalu mendekatkan ponsel ke telinganya, tapi sampai berapa saat kemudian masih belum tersambung.
" Nanti saja..." Elena kembali masuk ke dalam kamar.
Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, wanita itu membuka i********:.
Ada beberapa pengikut di i********: bertanya kenapa foto pernikahan tak di post.
Elena memilih mengabaikan, foto lamanya dan Mario masih tersusun rapi di i********: miliknya.
Wanita itu dengan kepo log in ke akaun i********: milik Mario, namun pria itu sudah menutar kata sandi.
Elena masih coba tenang, dia sedang berusaha move on dari Mario, bukan? Jadi sekalipun pria itu sudah mengubah kata sandi di i********: miliknya bukan masalah besar bagi Elena.
Kemudian dia terhenti scroll melihat ada satu akaun i********: yang membuat wanita itu penasaran.
Dia menggeram, wanita membanting ponsel ke lantai.
Lalu menutup kepalanya dengan bantal, dan berteriak.
Sebenarnya sejak kapan Mario sudah berselingkuh darinya..
Juan kembali ke kamar dan melihat ponsel wanita itu dia atas lantai.
Dia mengambil ponsel tersebut, Juan melihat ke layar ponsel.
" Mungkinkah dia Mario.." Gumam Juan sambil melihat foto seorang pria sedang di peluk oleh seorang wanita cantik.
Juan meletakkan ponsel wanita itu di atas ranjang, lalu menarik tangan Elena..
" Mau apa kamu?"
" Ayo keluar.." jawab Juan dengan tenang.
" Ke mana?"
" Di mana saja, kita disini sedang honeymoon sayang kalau kita tidak menikmati.."
Juan mengulurkan tangan kearah wanita itu..
" Ayo jalan cari makan.."
Elena memandang tangan pria itu dengan kosong, detik kemudian dia terus keluar dari dalam kamar itu.
Juan segera mengikuti Elena, dia tahu suasana hati wanita itu tak baik baik saja.
" Kamu sejak kapan menjalin hubungan dengan Mario kekasih kamu.."
" Kenapa kamu bertanya.. "
" Tidak salahkan aku bertanya.." jawab Juan, dia memberikan ice cream pada wanita itu.
" Kamu baik sekali, aku jadi curiga, apa kamu mau meminta jatah lagi.."
" Apa kamu ketagihan.."
Elena tak menajwab, dia mengalihkan pandangan kearah lantai.
" Aku ingin tahu tentang kamu.."
" Apa?" Jawab Elena.
" Kamu punya saudara.."
" Aku ada adik kandung tapi sekarang dia ada di Australia.."
" Aku juga ada adik perempuan, tapi dia ikut Mommy."
" Orang tua kalian bercerai.."
Juan mengangguk. " Ya, Mommy di nyatakan hamil saat sudah bercerai dari Daddy.."
" Kalau boleh tahu mereka bercerai kenapa.."
" Orang ketiga.." jawab Juan sambil menghela nafas kesal.
" Kamu bukan gay kan.." tanya Elena mengalihkan bicara.
Juan tersenyum, dia melihat isterinya yang duduk di sebelahnya. " Apa kamu ingin —"
" Stop.. aku sedang serius.."
" Bukan.." jawab Juan sambil tertawa pelan, dia melihat istrinya lagi.
" Terus kenapa kamu harus pura pura menjadi seorang gay untuk mendapati Grandpa.."
" Karena kamu pilihannya.." jawab Juan dalam hati. " Karena aku ingin dekat dengan cucunya, siapa sangkakan sekarang kita adalah suami isteri.."
" Jadi kamu menyukaiku.." tanya Elena kaget.
Juan tak menjawab, dia sama sekali tidak suka pada Elena, andai saja Keisha tak menyuruhnya, dia tak mungkin masuk dalam kehidupan Elena.
" Kenapa kamu diam? Jadi benar ya.." tanya Elena tanpa sadar memegang bahu pria itu.
" Kalau sudah siap, ayo kembali ke villa, malam ini kita makan di luar.."
Elena memandang pria itu yang sudah, sangat mencurigakan.
Gadis itu melihat ke layar ponselnya, Peter Secretary nya menghubungi..
" Dari mana saja kamu, dari tadi aku hubungi tapi tidak di angkat.."
" Maaf Nona Elena.. tapi aku di rumah sakit ada urusan.."
" Siapa yang sakit.."
" Tuan William masuk rumah sakit, Nona.. dia tiba tiba terkena serangan jantung.."