"Semua barang kamu udah kamu packing? " Tanya Rama pada Kayra.
"Udah, " Jawab Kayra.
Mereka berdua sedang sarapan di rumah Rama.
Sudah sepuluh hari mereka menjadi pasangan suami istri. Tidak ada perubahan yang berarti. Mereka masih saling canggung. Mengobrol pun jarang-jarang, jika hanya ada perlunya saja. Tidak ada Kayra yang banyak bicara dan berceloteh banyak hal.
Tidak ada ritual suami suami istri seperti pasangan normal lainnya. Bersentuhan saja tidak pernah. Sentuhan mereka yang pertama adalah saat kejadian ciuman beberapa hari yang lalu.
Kayra malu luar biasa sampai sebisa mungkin menghindari Rama. Suaminya sendiri malah senang tapi ia menutupinya. Walaupun itu hanya ciuman karena ketidak sengajaan.
"Habis ini kita ke rumah. Kata ibu semua perabotan rumah sudah di pasang. "
Kayra hanya mengangguk.
Ini adalah kali kedua Kayra datang ke rumah yang Rama berikan sebagai mahar pernikahan untuknya. Rumah itu lebih besar dari rumahnya. Rumah minimalis berlantai dua. Ada kolam renangnya, taman di samping rumah, dan yang di sukai Kayra adalah ada sebuah gazebo di sana.
Semua perabotan isi rumah sudah di pasang. Dari ruang tamu, ruang makan, dapur, sampai isi setiap kamar yang ada di rumah itu.
Kayra sendiri tidak menyangka jika Rama adalah orang kaya. Setahunya keluarga Rama biasa-biasa saja. Ayah Rama seorang tentara dan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.
Beberapa hari setelah pernikahan Rama mengajaknya bertemu dengan keluarga besarnya. Mereka makan malam di sebuah restoran bintang lima di salah satu hotel dan ternyata hotel itu adalah milik keluarga Rama. Waktu tahu hal itu Kayra kaget luar biasa.
Saat makan malam Kayra bertemu dengan kakek Rama, Om Tedy saudara ibu Rama yang datang bersama sang istri, kemudian kakaknya Rama bersama sang istri dan tak lupa Daffa.
Mereka semuanya sangat baik dan menerima Kayra. Kayra masih tidak pernah menyangka jika Rama berasal dari keluarga kaya raya.
"Kamu mau lihat kamar utamanya? " Tanya Rama.
Kayra hanya mengangguk. Mereka berdua naik ke kamar atas. Kayra sudah pernah melihat kamar itu tapi dulu masih kosong, tidak ada isinya apa-apa. Namun sekarang isinya di luar perkiraannya. Kamar itu terlihat sangat bagus. Ranjang berkelambu, sebuah sofa santai, meja rias, walk in closet, dan kamar mandi.
"Kamu bisa pakai kamar ini. Aku tidur di kamar sebelah. "
Kayra terkejut dengan perkataan Rama. Jadi mereka tidur terpisah. Mereka tidak tidur satu kamar. Padahal mereka adalah suami istri. Ini rasanya tidak benar. Tapi walaupun tidak benar, apa Kayra sudah siap berbagi kamar, ranjang, dan memberikan hak suaminya.
Astaga... Dia tidak bisa membayangkan harus berciuman bahkan b******a dengan sahabatnya sendiri. Tidak...
Kemarin-kemarin mereka memang tidur satu kamar saat di rumah Kayra tapi mereka tidak melakukan apapun. Rama masih tidur di kasur lipat di lantai dan dirinya di ranjang.
"Kamu tidur di kamar sebelah. " Ulang Kayra.
"Iya. Kalau ada apa-apa kamu bisa panggil aku. "
Kayra hanya mengangguk lagi.
Rama sadar Kayra masih butuh waktu untuk menyesuaikan semuanya. Jika dia menikah dengan Abid mungkin ceritanya akan berbeda lagi. Sayangnya Kayra menikah dengannya, sahabatnya sendiri.
Rama juga tidak ingin memaksa Kayra untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Bisa menikahi Kayra saja sudah membuatnya bahagia. Dan dengan berjalannya waktu ia yakin Kayra akan menerimanya dan mencintainya.
"Kamu bisa lihat kamarnya dulu. Aku mau ke kamar dulu. "
Kayra hanya mengangguk lagi. Rama pun keluar dari ruangan itu.
Bagi Kayra, Rama itu selalu baik. Tidak pernah memaksa apalagi menuntutnya. Dia selalu sabar menghadapinya yang suka emosi dan marah-marah. Dulu ia pernah berpikir seperti apa wanita yang akan mendampingi Rama kelak? Pastinya wanita itu naik, sabar, pengertian dan pastinya tidak jauh-jauh dari sifat Rama. Tapi ternyata istrinya adalah dirinya sendiri.
'Ram. " Panggil Kayra sebelum laki-laki itu pergi.
"Ya? "
"Sebenarnya aku mau tanya hal ini dari lama tapi aku nggak enak sama kamu. "
"Tanya aja. "
"Kenapa kamu kasih aku rumah sebesar ini buat mahar pernikahan. Menurutku ini terlalu berlebihan. Dan untuk motor scoopy itu. Itu seharusnya buat kamu kerja. Kenapa juga harus di kasih ke aku. Jadinya motor itu sekarang nganggur nggak kepake. "
"Karena kamu pantas mendapatkannya. " Hanya itu jawaban Rama sebelum pergi. Bagi Rama itu tidak ada apa-apanya saat ia bisa mendapatkan Kayra.
Kayra di buat bengong dengan jawaban suaminya. Menurut suaminya ia pantas mendapatkannya tapi bagi Kayra diy tidak pantas mendapatkannya, itu terlalu berlebihan.
Apa Rama juga tidak berpikir panjang jika suatu hari mereka akan berpisah. Kalau benar-benar berpisah rumah itu akan menjadi miliknya.
Bukannya berharap mereka akan berpisah tapi takdir tidak akan ada yang tahu.
Berpisah? Apakah nanti dia harus berpisah dengan Rama sebab dia tidak mempunyai perasaan apapun pada sahabatnya
***
Kayra melihat Rama sibuk berkutat di dapur. Pagi ini Kayra telat bangun. Bukan, dia bukan telat bangun tapi ia terlalu lama di kamar mandi. Semalam ia tidak bisa tidur karena tidur di tempat baru.
Kayra memang seperti itu selalu terjaga lebih lama jika berada di tempat baru.
Sejak kemarin mereka sudah menempati rumah itu.
"Kamu sudah bangun? " Tanya Rama saat melihat istrinya.
"Kenapa kamu nggak bangunin aku? " Kayra sedikit kesal.
"Aku pikir kamu masih tidur. "
"Kalaupun masih tidur seharusnya kamu bangunin aku, bukannya masak sendiri. " Omel Kayra. "Masak itu urusan aku. Ya, walaupun aku cuma bisa masak omelette telur sama mie rebus."
Rama menahan senyum.
"Aku cuma buat nasi goreng. "
"Tetap aja harus aku yang masak walaupun masakanku nggak enak. "
"Ayo makan. Nasi gorengnya sudah siap. "
Kayra merasa payah sebagai seorang istri. Kalau sampai ibunya tahu dia pasti kena omel habis-habisan.
Ternyata masakan Rama lebih enak daripada masakannya. Laki-laki didepannya sungguh komplit. Sudah ganteng, baik, pengertian. Kalau laki-laki lain pasti akan marah saat tahu istrinya telat bangun dan tidak bisa memasak.
"Rama."
"Hmm."
"Sebenarnya aku ingin cari kerja. " Jujur Kayra perlu kesibukan. Tidak bekerja malah sering mengingatkannya pada b******n Abid. Dia butuh pengalihan.
"Apa aku boleh cari kerja lagi? Jujur aku bosan menganggur terus. "
"Aku nggak keberatan kalau kamu kerja lagi. " Walaupun maunya Rama, Kayra berada di rumah saja. Full time menjadi ibu rumah tangga. Kalau ingin Kayra berada di rumah cara terbaik adalah membuat istrinya itu hamil.
Kalau Kayra hamil, istrinya itu tidak akan membantah jika di larang bekerja. Tapi bagaimana bisa membuat Kayra hamil kalau hubungan mereka masih canggung dan tidak pernah melakukan make love.
Tapi dia tidak ingin melarang Kayra. Sebisa mungkin ia akan menuruti semua keinginan istrinya itu. Rama terlalu sayang dan tidak ingin kehilangan Kayra.
Kayra senang Rama masih mengizinkannya bekerja. Selepas Rama pergi bekerja Kayra kembali ke kamarnya dan menyentuh ponselnya.
Tubuhnya kaku saat melihat pesan yang masuk di ponselnya. Pesan itu berasal dari laki-laki b******k yang telah meninggalkannya, Abid.