Setelah suasana kantor kerajaan sedikit tenang Princess Lyra meminta pada Zeta supaya mengantar para tamunya ini ke istana tamu dan dijamu dengan baik. Princess Lyra sengaja menekankan kata dengan baik karena ia tahu watak seorang Zeta yang keras kepala dan tidak mudah memercayai orang asing, terlebih bila orang itu ada hubungan dan sangkut pautnya dengan Kingdom of Sholleora. Dia tidak mau sampai kehilangan kesempatan mendapatkan informasi soal kerajaan itu apabila terlalu mengedepankan emosi.
Di dalam kantor kerajaan Princess Lyra sibuk memikirkan cara Red Nevo yang ingin mengadu domba Chazia Empire dengan Kingdom of Sholleora. Kondisi kedua kerajaan ini masih belum stabil hingga saat ini. Dengan cara keji itu tentu saja akan mudah menyulut kemarahan siapa pun dan kemungkinan terburuknya adalah memicu terjadinya perang sekali lagi. Kingdom of Sholleora pasti menganggap Chazia Empire sebagai pengecut meski sebenarnya Kingdom of Sholleora dulu yang melakukan aksi penyerangan dengan cara seperti itu.
Perasaan Princess Lyra semakin tidak tenang saat menerima penjelasan Jim Dye terkait tujuan Red Nevo memilih jalur mengadu domba demi kepentingan pribadinya. Princess Lyra mendiskusikannya dengan Jendral Lucas soal langkah apa yang akan diambil untuk menghadapi musuh dalam selimut dan musuh yang sebenarnya.
Sementara sang putri mahkota tengah sibuk di kantor kerajaan, Zeta berinisiatif untuk menggunakan Jim Dye dan Travol mencari informasi lebih jauh soal rencana Red Nevo dan Kapten Zigad selanjutnya. Zeta mengajak Jim Dye dan Travol ke ruang baca yang sepi karena ruangan ini hanya didatangi oleh anggota kerajaan di waktu-waktu tertentu saja.
“Jim Dye, Travol… Aku ingin meminta bantuan kalian. Tolong dengarkan aku,” ucap Zeta membuka pembicaraan penting ini.
“Aku dapat informasi pasukan Red Nevo berkemah di dekat Pegunungan Bigen. Red Nevo sudah tahu istana Chazia Empire telah dipindah ke Chasine Oasis. Kemungkinan besar tempat ini yang akan diserang selanjutnya. Aku minta bantuan supaya kalian menjadi mata-mata untuk mencari tahu soal perbekalan musuh. Supaya kita punya persiapan, entah itu untuk menyerang ataupun bertahan.”
Jim Dye dan Travol saling pandang seolah dari pandangan itu mereka saling meminta pendapat. Pada akhirnya Jim Dye menyetujui permintaan Zeta. Tanpa sepengetahuan Marcus dan Dogma, dua pemuda itu berangkat menuju ke lokasi pasukan Red Nevo berkemah.
“Apa kau yakin akan melakukan hal yang diperintahkan oleh Zeta?” tanya Jim Dye ragu. “Kita tidak tahu medan di luar istana seperti apa.”
“Kita harus bergegas, Jim,” ucap Travol tanpa memedulikan ocehan Travol.
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa saat sampailah Jim Dye dan Travol di kemah pasukan Red Nevo. Mereka menyamar sebagai pasukan Red Nevo. Dari penyamaran itu kedua pemuda tersebut menemukan informasi bahwa persediaan pasukan Red Nevo cukup sampai sekitar tiga minggu ke depan.
“Aku yakin dengan persediaan yang terbatas ini, pasukan Red Nevo akan akan menyerang dalam waktu dekat. Mereka tidak akan mengulur waktu,” ujar Jim Dye di dalam tenda persediaan bahan makanan prajurit.
“Kalau begitu kita harus segera kembali ke Chacine Oasis untuk menyampaikan hal ini pada Zeta,” balas Travol.
“Setuju,” ujar Jim Dye.
Keduanya bergegas meninggalkan perkemahan pasukan Red Nevo. Sayang sekali ketika Jim Dye dan Travol sudah hampir keluar dari perkemahan nasib sial menimpa mereka saat tiba-tiba dihadapkan pada Kapten Zigad.
“Hey, lihatlah siapa yang ada dihadapanku!” seru Kapten Zigad. “Bukankah kalian pemuda dari Snow Village, anak didik Kakek North? Ah, iya… aku sekarang ingat nama kalian. Jim Dye dan Travol. Sekarang katakan apa yang sedang kalian lakukan di tempat ini?”
Rupanya Kapten Zigad masih ingat dan bahkan mengenali identitas Jim Dye dan Travol.
“Kap… Kapten Zigad?” ujar Travol mulai ketakutan.
Tidak mengerti harus berbuat apa di tengah kondisi terdesak seperti ini, Jim Dye dan Travol memutuskan untuk melarikan diri. Keduanya berlari ke arah sebuah tenda yang paling besar di antara tenda lainnya. Mereka memasukinya tanpa mereka ketahui tenda tersebut milik siapa.
“Siapa kalian? Tenda ini tidak bisa dimasuki sembarang orang. Tenda ini hanya untuk keluarga kerajaan,” ujar seorang perempuan berusia sebaya Jim Dye.
Tenda yang dimasuki oleh Jim Dye dan Travol tanpa permisi adalah tenda milik Cecilia, adik perempuan Red Nevo yang lemah lembut dan baik hati. Sifatnya memang bertolak belakang dengan Red Nevo.
“Maafkan kami. Tapi izinkan kami mencari perlindungan di tenda ini,” mohon Travol.
Putri tersebut tersenyum manis pada Travol. “Pasti kalian sedang mengadakan latihan lari dari penyerangan musuh ya? Jangan khawatir, nanti siapapun yang mencari kalian akan kupastikan tidak akan berani menggeledah tempat ini,” ujarnya.
Kemudian Jim Dye dan Travol menggunakan tempat yang ditunjukkan oleh putri tersebut sebagai tempat persembunyian. Sesaat kemudian Kapten Zigad datang menghampiri tenda yang khusus keluarga kerajaan.
“Nona Cecilia… Maaf mengganggu waktu istirahat Anda. Saya Kapten Zigad. Saya ditugaskan untuk menjaga keamanan di sini,” ujar Kapten Zigad penuh hormat.
Merasa telah membuat kesalahan karena membuat Cecilia merasa tidak nyaman dengan kehadirannya, Kapten Zigad keluar dari tenda tanpa sempat mencari Jim Dye dan Travol yang ia curigai berada di dalam tenda tersebut.
Setelah dirasa aman, Cecilia meminta pada Jim Dye dan Travol keluar dari tempat persembunyian mereka. Sebelum pergi kedua pemuda itu mendapat jamuan sederhana dari Cecilia. Sambil menikmati teh buatan nona muda itu mereka saling bercerita soal Red Nevo. Cecilia memahami kalau kakak laki-lakinya itu memang punya kelainan akibat obsesinya yang tak terbendung terhadap sesuatu hal. Red Nevo akan melakukan segala macam cara untuk mendapatkan keinginannya. Sekalipun itu harus mengorbankan nyawa orang lain.
Sebenarnya Cecilia merasa cocok mengobrol dengan Jim Dye dan Travol. Terutama Travol yang lebih konyol ketimbang Jim Dye yang jauh lebih serius orangnya. Sayangnya kedua pemuda itu memiliki waktu yang terbatas untuk berlama-lama di tempat ini. Setelah keadaan di luar dirasa aman keduanya lalu berpamitan dan bergegas keluar dari tenda milik Cecilia.
Insting Kapten Zigad terbukti benar. Sejak keluar dari tenda Cecilia, dia teramat sangat yakin bahwa pemuda yang sedang dicarinya ada di dalam tenda tersebut. Berhubung dia tidak ingin terkena masalah soal etika bila menggeledah tenda tuan putri tanpa seizin pemiliknya, maka bukan hukuman saja yang akan dia terima tetapi juga kemurkaan dari Red Nevo. Dan benar saja sekali lagi Kapten Zigad bisa mencegah perjalananan Jim Dye dan Travol yang tinggal selangkah lagi akan keluar dari areal perkemahan.
“Ternyata dugaanku benar,” ujar Kapten Zigad sembari menunjukkan senyum liciknya. Aku sudah yakin Nona Cecilia pasti menyembunyikan kalian berdua di dalam tendanya. Aku tahu Nona Cecilia memang bertentangan dengan Tuan Red Nevo.”
Kapten Zigad kemudian memanggil para prajurit dan diperintahkan untuk menangkap Jim Dye dan Travol.
“Jim, kau pergilah lebih dulu. Di sini aku akan mencegah mereka. Kau cepat dan larilah sekarang juga!” ujar Travol memerintahkan pada Jim Dye untuk pergi.
“Tapi bagaimana dengan engkau, Trav?”
“Aku pasti akan bisa mengejarmu. Kita akan bertemu di depan gerbang utama Chacine Oasis.”
“Aku tidak bisa meninggalkan kau menghadapi musuh sendirian.”
“Kau tenang saja. Aku akan menggunakan kekuatan Blue Fire untuk mencegah seluruh prajurit Red Nevo yang akan menyerangku.”
Tidak bisa mendebat lagi keputusan Travol, Jim Dye segera berlari dan bergegas kembali ke Chacine Oasis tanpa Travol. Sesampainya di istana, Travol mencari keberadaan Zeta untuk menyampaikan semua informasi yang telah didapatkan saat menjadi mata-mata di perkemahan pasukan Red Nevo. Sayangnya meski Jim Dye mencari Zeta di seluruh penjuru istana, dia tidak menemukan prajurit perempuan itu di manapun. Akhirnya Jim Dye kembali ke kamar dengan langkah lesu.
Di dalam kamar Marcus dan Dogma sudah berada di sana menunggu kedatangan Jim Dye. Akhirnya Jim Dye menyampaikan semua hal yang dilihatnya selama menyamar menjadi prajurit dan menerobos masuk ke perkemahan Red Nevo. Marcus marah besar saat mengetahui Jim Dye hanya kembali seorang diri.
“Di mana Travol?” hardik Marcus.
“Dia… dia… dia berusaha mencegah prajurit yang datang untuk mengepung kami. Dia memaksaku untuk segera melarikan diri. Dia berjanji akan menyusul,” ujar Jim Dye ketakutan.
Penuh amarah Marcus serta Dogma dan Jim Dye mendatangi kantor kerajaan untuk menegur Zeta serta meminta pertanggung jawabannya untuk menemukan keberadaan Travol yang tidak kembali beberapa jam setelah Jim Dye kembali.
“Ada apa ini?” tanya Zeta pada Marcus yang tak mengacuhkan pertanyaannya.
“Ada masalah apa?” tanya Princes Lyra saat menyambut kedatangan Marcus dengan raut wajah menahan emosi. “Marcus… Dogma… Kenapa kalian datang dalam keadaan sedang marah besar.”
Marcus kemudian menyampaikan semua hal yang dilakukan oleh Jim Dye dan Travol. Tentu saja mereka melakukannya atas perintah Zeta. Marcus mengancam kalau sampai sore hari Jim Dye belum kembali, maka Marcus tidak akan tinggal diam. Dia akan menyampaikan sendiri pada Lord Negan semua perbuatan keji anak laki-lakinya. Namun Princess Lyra meminta pada Marcus supaya tidak melakukan hal itu.
“Aku berjanji, bila sampai sore hari Travol belum kembali, aku sendiri yang akan memerintahkan Zeta untuk menjemput Travol dengan tangannya sendiri,” janji Princess Lyra.
Semua orang mulai gelisah. Hingga matahari hampir terbenam belum ada tanda-tanda Travol akan kembali ke istana Chazia Empire. Sebagai bentuk kesetia kawanannya, Jim Dye memutuskan menungggu kembalinya Travol di pintu utama istana bersama Deborah. Jim Dye yakin Travol pasti bisa melewati kesulitannya.
Benar saja. Firasat Jim Dye terbukti kebenarannya. Tepat saat matahari mulai tenggelam Travol muncul dari balik pohon akasia. Jim Dye lari ke arah Travol. Sikap mereka sangat menunjukkan betapa eratnya persahabatan mereka. Padahal keduanya saling kenal bukan dalam tempo waktu yang sangat lama.
“Kau benar-benar telah kembali, Trav,” ujar Jim Dye terharu.
“Apakah kau menungguku, Jim?” tanya Travol tak kalah terharu.
“Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan kau mati begitu saja,” canda Jim Dye.
Ketika Jim Dye memeriksa kondisi tubuh Travol, tiba-tiba Deborah menghambur ke pelukan Travol. Tentu saja Travol tidak akan menyia-nyiakan kesempatan membalas pelukan gadis itu. “Apakah kau menungguku juga, Deb?” tanya Travol sembari mengusap lembut punggung Deborah.
Deborah mengangguk beberapa kali dalam pelukan Travol. Tak lama kemudian terdengar suara tangisan pilu. Deborah tidak bisa lagi membendung rasa haru dan bahagianya bisa melihat Travol kembali.
“Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu sendiri, Deb,” ujar Travol mencium puncak kepala Deborah dengan penuh rasa rindu.
Jim Dye menyela kemesraan dua orang yang sepertinya sedang di mabuk rindu itu. “Kita masuk dulu ya. Travol pasti butuh istirahat,” ucapnya memberi pengertian pada Deborah.
Akhirnya Deborah melepas pelukannya. Ketiganya lalu masuk ke dalam istana dan segera menemui Marcus juga Dogma untuk menunjukkan bahwa Travol sudah kembali.
~~~
^vee^