Aeolian-28

1370 Kata
Akhirnya terjadi penyerangan hari itu. Memang tidak melibatkan begitu banyak prajurit. Namun tetap saja korban berjatuhan pasti ada. Princess Lyra mengandalkan Marcus dalam hal ini. Kemampuan Marcus tidak hanya dalam menyerang, tetapi dia juga punya keahlian dalam bertahan. Berkat kemampuannya itulah Marcus mampu menahan penyerangan yang dilakukan oleh pasukan Red Nevo di perbatasan. Malam hari ketika semua orang sedang istirahat karena memulihkan tenaga akibat menahan benteng dari serangan musuh, terjadilah hal-hal di luar dugaan semua orang. Seseorang mendatangi kamar pribadi Princess Lyra. “Apakah itu kamu, Jim Dye?” tanya Princess Lyra ketika terdengar suara ketukan dari luar pintu kamarnya. “Masuk saja.” Pintu terbuka perlahan. Muncul Travol dari balik pintu dengan raut wajah yang susah diartikan. Tatapannya seperti kosong bahkan cenderung enggan menatap lawan bicaranya. Dia melihat ke sekitar kamar seperti sedang mencari sesuatu. “Ini aku, Travol. Boleh aku masuk, Princess?” tanya Travol setelah matanya menyoroti hampir setiap sudut kamar Princess Lyra. “Oh, kamu rupanya Travol. Silakan masuk. Tapi ada kepentingan apa kamu datang menemuiku di jam seperti ini? Kenapa kamu tidak istirahat?” Travol terus berjalan tanpa menjawab satupun pertanyaan Princess Lyra. Ketika Travol sudah berdiri di hadapan Princess Lyra yang sedang duduk di depan sebuah meja bundar, Travol menarik salah satu belati yang tersimpang di pinggang kirinya. “Apa yang sedang kau lakukan, Travol?” “Aku datang ke sini untuk mengambil seluruh hidupmu,” ucap Travol kemudian tersenyum sinis. “Ada masalah apa, Travol? Katakan saja mungkin aku bisa membantu meringankan bebanmu itu.” “Tidak ada yang bisa membantuku selain harus menyelesaikan misi ini. Aku punya sesuatu yang harus kulakukan untukmu, Princess.” “Apakah kau benar-benar harus menyelesaikan misi itu, Trav?” “Ya, aku harus menyelesaikannya.” Singkat cerita pada saat misi menyusup ke perkemahan pasukan Red Nevo beberapa waktu yang lalu, setelah menyuruh Jim Dye untuk melarikan diri dari kepungan prajurit sebenarnya Travol kalah dan dibawa ke hadapan Red Nevo. Sebenarnya Travol sangat membenci pria itu. Namun saat itu juga Travol kagum pada kekuatan Red Nevo. Dari situ pandangannya pada Red Nevo berubah 180 derajat. Dan berpikir jika dia bisa mengubah dunia dengan kekuatannya sendiri tanpa bantuan dari siapapun. Sifat Travol memang berbanding terbalik dengan Jim Dye. Kini Travol menjadi punya ambisi untuk menegakkan perdamaian di tanah Jackstone Universe dengan menguasai Kingdom of Sholleora dari dalam. Sebelum melakukan hal besar itu satu langkah pertama yang harus ia lakukan untuk mendapatkan kepercayaan dari Kingdom of Sholleora adalah dengan membunuh Princess Lyra. “Sepertinya meski aku memanggil bala bantuan, aku tidak akan bisa menghentikan belatimu itu. Tapi sebelum kau menyelesaikan misimu itu, setidaknya izinkan aku menyelesaikan minuman dalam gelasku ini,” ujar Princess Lyra tenang sembari kemudian meneguk sisa minuman dari gelasnya. Sang putri mahkota tahu kemana arah pembicaraan Travol. Ratu Ocellate memang pernah berkata di antara rombongan Jim Dye hanya satu orang yang bisa dipercaya, yakni Jim Dye. Namun Jim Dye memiliki kelemahan terbesar dalam dirinya. Kelemahannya itu adalah sahabatnya sendiri. Jadi Ratu Ocellate memberi masukan di hari saat Princess Lyra menerima kedatangan Jim Dye kawanannya, bahwa bila ingin membuat Jim Dye setia padanya maka pemuda itu harus melihat dengan mata kepala sendiri keburukan terbesar sahabatnya itu. Sehingga Jim Dye tidak punya alasan melemahkan hati untuk memaafkan kesalahan Travol suatu hari nanti. Sebenarnya Princess Lyra sudah membayangkan hal seperti malam ini akan terjadi cepat atau lambat. Setiap orang dalam rombongan Jim Dye punya kepentingan masing-masing yang bisa dibaca gerak geriknya oleh Ratu Ocellate, sekalipun sang ratu tidak pernah menampakkan diri karena harus terus mendampingi sang raja yang masih terbujur tak berdaya di atas peraduan. Lord Legano masih belum sadarkan diri akibat sihir dari Lord Ivejorn. Hanya Jim Dye yang tidak bisa dibaca oleh Ratu Ocellate kepentingannya. Oleh karena itulah Ratu Ocellate menganggap bahwa Jim Dye adalah selembar kertas putih yang masih kosong dan bersih dari tulisan atau noda tinta apa pun, dan bisa dipercaya tentunya. Travol ragu melihat ketenangan dalam diri Princess Lyra. Bila putra mahkota kerajaan lain dihadapkan pada kondisi seperti ini, pasti sudah akan sibuk berteriak meminta tolong. Sangat berbeda yang terjadi pada Princess Lyra. Sikapnya menunjukkan tidak takut pada apa pun. “Itu pemberian dari teman dekat. Sayang kalau disia-siakan,” ujar Princess Lyra menunjuk botol minuman di hadapannya. “Maafkan aku, Princess…” sesal Travol sambil melayangkan belatinya ke depan perut Princess Lyra “Perbuatanmu ini akan menghancurkan dirimu sendiri, Travol!” ucap Princess Lyra berhasil menahan belati yang hendak dihunuskan oleh Travol ke perutnya. Beruntung Jim Dye dan Deborah datang tepat waktu. Jim Dye berhasil mencegah Travol menusuk perut Princess Lyra. Akan tetapi karena belati sudah terlanjur melayang, ketajamannya tetap melukai bagian tubuh Princess Lyra. Sebuah goresan cukup lebar dan dalam melukai perut Princess Lyra. “Aaaaakkkk…” teriak Deborah yang sudah berminggu-minggu tidak pernah mengeluarkan suara sedikitpun sambil berlari ke arah Princess Lyra yang sudah jatuh ke lantai. Travol berbalik badan dan hendak kabur melalui jendela. Dengan sigap Jim Dye menahan bahu Travol. “Apa maksudmu dengan semua ini, Trav? Beri tahu aku alasanmu?!” bentak Jim Dye mendorong bahu Travol. “Mulai sekarang lupakan aku, Jim. Anggap saja tidak pernah ada persahabatan di antara kita berdua,” ucap Travol getir. Dia kemudian bergegas pergi, melarikan diri lewat jendela. Jim Dye tidak memedulikan lagi sikap Travol. Dia bergegas menghampiri Deborah yang sedang memangku kepala Princess Lyra. Jim Dye mencoba menyentuh kedua pipi Princess Lyra. Terasa dingin di punggung tangannya. Dia yakin belati milik Travol pasti sudah diolesi racun. “Princess, apa kau bisa bertahan? Aku akan membawamu ke tempat ahli sihir. Lukamu tidak bisa disembuhkan hanya dengan ramuan biasa,” ujar Jim Dye, meminta Deborah bergeser dan dia yang menggantikan posisi Deborah. “Bagaimana kau tahu, Jim?” tanya Princess Lyra sambil menahan rasa sakitnya. “Kau tidak perlu tahu soal itu. Aku hanya meminta padamu agar bertahan. Dalam hitungan ke tiga aku akan mengangkat tubuhmu.” Jim Dye membawa Princess Lyra secara diam-diam. Dia meminta pada Deborah supaya mengikutinya dan juga mengawasi kalau-kalau ada yang mengikuti mereka. Jim Dye membawa Princess Lyra ke tempat Ratu Ocellate. Dan meminta Deborah untuk tetap tinggal menjaga Princess Lyra. “Kau mau ke mana, Jim?” tanya Princess Lyra sembari menahan tangan Jim Dye. “Pasukan Red Nevo sudah melewati pintu gerbang utama Chacine Oasis. Aku harus bergabung dengan yang lainnya untuk melawan mereka.” “Lalu apa yang bisa aku lakukan untukmu?” “Lakukan saja hal yang tadi aku katakan sebelum membawamu kemari, Princess. Aku minta padamu untuk bertahan.” “Baiklah, Jim. Aku akan melakukannya untukmu.” “Bukan untukku, Princess. Tapi untuk rakyatmu, untuk Chazia Empire dan Jackstone Universe.” Dan untuk aku supaya bisa kembali ke duniaku sendiri. Ucapan itu hanya mampu Jim Dye utarakan di dalam hatinya. “Sebenarnya ada sesuatu yang bisa menyembuhkanku juga ayahku. Tapi saat ini sesuatu itu sedang dicuri oleh Lord Ivejorn. Tetapi Lord Ivejorn tidak akan pernah bisa menggunakan sesuatu itu untuk kepentingannya sendiri. Dan sesuatu itulah yang menjadi pemicu utama pecahnya perang Ganbate I.” “Pasir Aeolian? Kalau benar itu, aku berjanji akan mendapatkannya untukmu.” “Ba…bagaimana kau tahu soal itu, Jim?” Belum sempat Princess Lyra mendapat jawaban dari Jim Dye, pemuda itu sudah melesat pergi meninggalkan Princess Lyra. Sepeninggal Jim Dye, Ratu Ocellate segera mengerahkan tenaga dan kemampuan sihirnya untuk melindungi semua orang yang ada di dekatnya. Dia memindahkan seluruh unsur hidup yang ada di sekitarnya ke puncak Gunung Adamuth, tempat bertapa khusus para raja, pendahulunya dan keturunannya. Sementara itu Jim Dye bergabung dengan ksatria lainnya termasuk Marcus dan Dogma untuk melawan prajurit-prajurit Red Nevo yang terus menerobos memasuki wilayah istana. “Kita tidak bisa melawan. Segera tinggalkan Chacine Oasis. Tempat ini akan segera hancur,” ujar Jim Dye di tengah kondisi terdesaknya. “Bagaimana kau tahu soal itu? Kenapa Travol tidak ada bersamamu? Lalu bagaimana juga dengan Princess Lyra dan yang lainnya?” tanya Dogma. “Ceritanya panjang. Kita harus mencari tempat persembunyian yang aman lalu mengatur strategi baru untuk melawan pasukan Red Nevo.” Marcus dan Dogma setuju pada pendapat Jim Dye. Ketiganya lalu berpencar saat melarikan diri dari Chacine Oasis. Benar yang dikatakan oleh Jim Dye, setelah dia berhasil mengevakuasi rakyat Chacine Oasis ke tempat aman, kota itu tiba-tiba lenyap dan menyatu dengan gurun pasir. ~~~ ^vee^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN