Setibanya di markas pasukan prajurit bayaran, di sana Marcus dan Dogma sedang berbincang empat mata di ruang pribadi Dogma. Setelah bertemu ternyata Elena dan Marcus sudah saling kenal satu sama lain. Marcus lalu menceritakan siapa sosok Elena pada orang-orang yang turut serta bersama Jim Dye dan Travol. Elena adalah murid Avades dari Republik Keto. Avades adalah seorang ahli strategi yang membantu Lord Legano dalam memerangi penyerangan yang dilakukan oleh Kingdom of Sholleora sebelum pada akhirnya perang Ganbate I akhirnya pecah.
Elena menyampaikan kebenaran soal trik playing victim yang sedang digunakan oleh Red Nevo untuk kepentingannya sendiri. Rencana itu sepertinya berhasil karena pada akhirnya Chazia Empire membatalkan rencana perdamaian dengan Kingdom of Sholleora. Jadi cepat atau lambat Red Nevo akan melanjutkan aksinya. Dogma berencana akan mengunjungi Kota Sentoria untuk mengumpulkan sekutu-sekutu yang tergabung dalam persatuan wilayah Kingdom of Sholleora lalu diadakan perundingan terbatas untuk mencegah terjadinya perang.
Sementara itu Jim Dye dan Travol ditugaskan untuk mencari pembuat senjata Cloudflare di gunung sebelah desa Joto. Jim Dye lalu mengutarakan keinginannya pada pandai besi yang ada di gunung tersebut. Nama pria bertubuh gempal tapi memiliki tinggi sedikit di bawah rata-rata dan bermata sipit itu adalah Gung.
“Cloudflare? Sebenarnya itu senjata yang biasa saja bagiku. Tapi biar bagaimanapun ada urusan apa kamu dengan senjata itu?” tanya Gung setelah mengetahui maksud dan tujuan Jim Dye menemuinya.
Tak menunda waktu Jim Dye segera menyampaikan tujuannya meminta senjata itu pada Gung. Ternyata tidak sulit. Gung dengan mudahnya mau bergabung dengan rombongan Jim Dye. Setelah merekrut pandai besi tersebut, mereka bergegas kembali ke markas pasukan prajurit bayaran untuk menemui Marcus. Namun saat mereka sudah menuruni gunung dan memasuki kawasan desa Joto, Jim Dye dan rombongan disajikan oleh sebuah pandangan yang mengerikan. Red Nevo sedang bersenang dengan menghabisi dan menghancurkan seluruh desa Joto beserta isinya. Seluruh warga desa dibantai dengan cara sadis dan tidak berperikemanusiaan. Persis seperti yang dia lakukan di Spartglow Village.
Rombongan Jim Dye tidak bisa berbuat apa-apa selain menyaksikan secara diam-diam pembantaian yang dilakukan oleh Red Nevo. Setelah keadaan dirasa aman rombongan Jim Dye dan rombongan kembali ke markas prajurit bayaran.
Sesampainya di markas prajurit bayaran Jim Dye menyampaikan keinginannya untuk memerangi Red Nevo. Marcus dan Dogma setuju pada keinginan Jim Dye. Kemudian diaturlah strategi perang melawan Red Nevo di bawah pengawasan Elena. Lebih baik memerangi Red Nevo daripada terjadi perang besar akibat perbuatan Red Nevo yang ingin semakin mengadu domba Chazia Empire dan Kingdom of Sholleora.
Perang pun dimulai. Red Nevo ternyata memiliki pasukan yang cukup kuat. Pasukan Jim Dye diserang dari dua sisi oleh pasukan Red Nevo. Membuat pasukan Jim Dye pada akhirnya kalah dan terpaksa menuruti perintah Marcus supaya kabur dari medan peperangan. Mereka lalu berpencar untuk mengamankan diri dari serangan pasukan Red Nevo.
“Oh, tidak! Bagaimana dengan Deborah, Jim? Aku harus melindunginya,” ujar Travol panik kala mengingat keselamatan Deborah yang masih berada di markas prajurit bayaran. “Apa kau mau ikut denganku untuk menjemput Deborah terlebih dahulu sebelum meninggalkan tempat ini, Jim?”
“Tentu saja. Aku akan ikut denganmu, Trav.”
“Terima kasih, Jim. Ayo, kita berangkat sekarang juga.”
Keduanya lalu bergegas pergi menuju markas prajurit bayaran untuk menjemput Deborah. Sesampainya di markas prajurit bayangan, Jim Dye dan Travol menemukan Red Nevo sedang sudah terlebih dulu berada di ruang utama yang merupakan tempat bersembunyi Deborah. Prajurit yang berjaga di markas sudah dibantai habis oleh Red Nevo dan prajuritnya. Termasuk prajurit-prajurit yang ditugaskan untuk menjaga dan melindungi Deborah.
Travol marah melihat perbuatan keji Red Nevo. Sikapnya sama sekali tidak menunjukkan dirinya adalah seorang putra keluarga bangsawan dan seorang calon pemimpin yang baik. Dibantu oleh Jim Dye, keduanya lalu menyerang Red Nevo.
“Sial! Apa yang kalian lakukan?” hardik Red Nevo menangkis serangan dari Jim Dye dan Travol. “Apa kalian mau menyelamatkan gadis itu?” tunjuk Red Nevo ke arah Deborah yang sedang berdiri ketakutan di sudut ruangan.
Namun kekuatan dua remaja yang baru belajar ilmu beladiri itu tentu saja kalah dengan kekuatan Red Nevo. Setelah berhasil membuat Jim Dye dan Travol tak berdaya pria berwajah sangar itu berjalan mendekati Deborah. Saat Red Nevo telah mengangkat pedangnya dan siap dilayangkan ke arah leher Deborah, terdengar suara ledakan dahsyat dari arah luar. Membuat Red Nevo yang tidak siap terjatuh dan kepalanya menghantam kaki meja.
“Di sini! Cepat datanglah kemari!” Terdengar suara Marcus dari balik tenda. Meminta pada Jim Dye, Travol dan Deborah supaya datang padanya dan melarikan diri dari Red Nevo.
Ternyata Marcus sudah menyiapkan strategi terakhir untuk membakar markas apabila terjadi hal terburuk yang menimpa pasukannya di medang perang. Beruntung Jim Dye, Travol dan Deborah berhasil diselamatkan dan dibawa ke tempat lebih aman.
Akhirnya mereka semua berhasil kabur melewati Hutan Perbatasan Utara yang memang tidak semua orang tahu lika liku jalur yang ada di dalam hutan belantara yang terkenal luas dan gelap itu. Dari jalan setapak yang mereka lalui bisa dilihat markas prajurit bayaran milik Marcus dan Dogma dibakar habis oleh pasukan Red Nevo.
Setelah berjalan semalaman di dalam Hutan Perbatasan Utara Jim Dye, Travol, Deborah beserta ksatria-ksatria yang berhasill direkrut menjadi anggota kawanan dalam perjalanan panjang mereka selama ini sampailah mereka semua di ujung jalan. Ternyata mereka terpisah dari rombongan Marcus dan Dogma. Pantas saja tadi Jim Dye dan rombongannya beberapa kali bertemu jalan buntu, karena memang mereka mencari jalan keluar benar-benar dengan insting masing-masing. Setelah beristirahat sejenak mereka lalu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Kota Senturia untuk meminta bala bantuan.
Dalam perjalanan menuju Kota Senturia rombongan Jim Dye melewati bekas Sportglow Village yang sudah hancur. Dalam keadaan tak mau bicara sepatah katapun Deborah menuntun Jim Dye dan Travol menuju kastil tempat Ogami berada.
Di dalam kastil itu Jim Dye dan Travol berjalan penuh hati-hati menuju cahaya redup yang berada di balik pembatas. Suasana di dalam kastil sendiri memang cukup gelap. Jim Dye dan Travol berdiri di depan cahaya api redup yang makin lama semakin terang hinggal membuat mata silau bisa terkena kilau cahaya tersebut.
Tak lama kemudian Golda muncul dari balik cahaya terang tersebut. Golda adalah elf baik hati yang akan menuntun Jim Dye dan Travol dalam perjalanannya di dunia lain ini ke depannya. Dia ditugaskan oleh Dewa Langit untuk menjaga keseimbangan antara kejahatan dan kebaikan yang ada di seluruh tanah Jackstone Universe. Golda akan membantu kesulitan siapapun yang tahu soal pasir Aeolian, sesuai janjinya pada Tuan Zevanus pada waktu itu.
“Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Jim?” tanya Golda saat Jim Dye telah menyesuaikan diri dengan kilau cahaya Golda.
“Aku ingin sesuatu yang membuatku aman dan kuat melawan musuh-musuhku,” ujar Jim Dye tanpa ragu sedikitpun.
Golda tersenyum. Dia menyukai karakter tegas dan tidak kenal ragu dalam diri Jim Dye. Akhirnya Golda meminta Jim Dye supaya mengulurkan pedang miliknya ke dekat ujung telunjuk Golda. Cahaya seperti kristal muncul seiring ujung telunjuk Golda menyentuh pedang katana milik Jim Dye, dari ujung hingga pangkal pedang. Setelah cahaya seperti kristal tadi mulai meredup, perlahan pedang katana milik Jim Dye yang tadinya hanya berupa kayu berupa menjadi besi dan tajam. Kini pedang milik Jim Dye bernyawa dan memiliki nama Shadow Sword. Kemudian Golda memanggil Travol. Hal yang sama terjadi pada kedua belati milik Travol yang menjelma menjadi belati tajam, bernyawa dan memiliki nama Blue Fire.
“Dua kekuatan itu adalah aspek utama penyeimbang segala kekuatan yang ada di tanah Jackstone Universe. Kini berada di tangan kalian. Setelah ini kalianlah yang akan menentukan sendiri nasib kalian bersama kekuatan itu,” ucap Golda dengan nada bicara tegas tapi tidak mengurangi kelembutan dan keanggunannya.
“Ada satu hal penting yang harus kalian ketahui. Dua orang yang memegang dua kekuatan tadi ditakdirkan akan bertarung satu sama lain sampai mati hingga perjanjian perdamaian terjadi kembali antara kedua belah pihak yang ditakdirkan memegang kedua kekuatan tersebut,” imbuh Golda.
“Apa maksud, Anda?” tanya Travol bingung.
Lalu Golda bercerita kalau dua kekuatan ini awalnya dimiliki oleh pendiri Kingdom of Sholleora dan pendiri Chazia Empire. Karena kedua kerajaan itu melakukan perjanjian perdamaian, maka semesta menarik kembali dua kekuatan itu dari tanah Jackstone University. Setelah sekian lama hidup dalam damai dan saling berdampingan dua kekuatan tadi tidak pernah muncul di manapun. Sejak tercetusnya perang Ganbate kekuatan-kekuatan itu kembali muncul di permukaan.
“Sampai di sini kalian paham maksudku?” tanya Golda.
“Jadi kekuatan itu selalu muncul bila kedua belah pihak yang memegang takdir kekuatan mulai berseteru.”
“Tapi kenapa harus kami?” tanya Travol.
“Apakah ayahmu tidak pernah memberikan sebuah informasi padamu? Soal garis keturunannya padamu?”
Travol menggeleng bingung. Dia menoleh pada Jim Dye. Sementara itu sahabatnya hanya bisa mengedikkan kedua bahunya sebagai tanda tidak mengerti harus menjawab apa.
“Nenek moyang dari keturunan ayahmu adalah Jendral Henks, seorang jendral Chazia Empire yang gagah berani. Dia gugur dalam perang Ganbate saat melindungi sang raja dari serangan bertubi-tubi pemanah Kingdom of Sholleora. Karena jasanya itulah pemilik kekuatan sihir tertinggi Chazia Empire memberikan Blue Fire pada Jendral Henks yang bisa ia turunkan pada anak cucunya di masa depan. Sayangnya perjanjian perdamaian diadakan sehingga kekuatan Shadow Sword dan Blue Fire meredup hingga ditarik kembali oleh semesta.”
Travol lalu ingat sesuatu hal. Selama masa perdamaian keturunan ayahnya hanya dirinyalah yang bertahan hidup hingga detik ini. Yang lainnya tidak bisa bertahan hidup lebih dari tiga tahun. Mungkin itu takdir yang harus diterima oleh garis keturunan ayahnyayang telah menerima kekuatan Blue Fire.
“Lalu Jim Dye? Kenapa dia? Kenapa bukan orang lain?”
“Jim Dye adalah suatu hal yang berbeda. Semesta sengaja mengirimkannya ke tanah Jackstone Universe untuk memberantas segala kejahatan yang ada di sini.”
Jim Dye dan Travol tidak bisa melanjutkan pertanyaan seputar kekuatan yang baru saja mereka terima karena terdengar suara Gung memanggil-manggil. Keduanya lalu sepakat untuk saling menjaga rahasia soal kekuatan yang baru saja mereka terima dari Golda. Mereka juga sepakat untuk melupakan informa yang telah disampaikan oleh Golda soal dua kekuatan yang telah menjadi takdir mereka. Mereka yakin kekuatan akan tetap ada meski perdamaian telah terjadi.
~~~
^vee^