Delapan Belas

1372 Kata
%%% Pantai adalah tempat yang sejak saat lama ingin Nasya kunjungi. Apalagi, pantai-pantai di Jogja terkenal akan keindahannya.  Kali ini, pilihan Nasya dan Bara jatuh ke Pantai Indrayanti yang cukup tersohor karena keeksotisan alamnya.  Pasirnya yang berwarna putih bersih tampak begitu kontras dengan birunya air laut.  Pantainya juga tergolong bersih meski merupakan salah satu primadona lokasi wisata Jogja. Ada dereta pedagang makanan dan pernak-pernik juga di sekitaran pantai, dan semua berjajar rapi, tanpa mengganggu pemandangan. Begitu menginjakkan kakinya di pasir putih, Nasya langsung melompat kegirangan kemudian berlari ke arah air hingga membuat Bara mendelik kaget. "Sya, tidak perlu lari-lari!" tegur Bara yang tentu saja tak diacuhkan oleh kekasihnya itu. Selanjutnya, Nasya melompat-lompat di air sampai-sampai beberapa orang mulai memperhatikannya.  Bara memilih mengikuti gadisnya itu. Khawatir jika Nasya khilaf dan berlari lebih jauh. Melihat begitu aktifnya Nasya, rasanya Bara sampai ingin mengikat gadisnya itu agar tidak berkeliaran sembarangan. "Sya, snack kita tertinggal di mobil," ujar Bara sambil melipat tangannya di depan d**a. "Bodo amat. Aku nggak peduli. Aku mau mainan air sekarang," pekik Nasta kegirangan.  Gadis itu mulai mencelupkan tangannya ke air, melihat beberapa hewan kecil yang ada di sekitarnya. "Wah... banyak bintang laut," ucap Nasya ketika melihat beberapa hewan berwarna hitam yang bentuknya mirip bintang laut dengan tentakel yang panjang. "Itu Ophiotrix sp. namanya," ralat Bara. Nasya menoleh ke atas, tepatnya ke arah Bara kemudian tersenyum. "Aku baru kali ini melihatnya. Aku kira sama saja dengan bintang laut," tutur Nasya polos. Bara tersenyum kemudian membenarkan posisi topi Nasya yang sedikit terangkat akibat terkena angin. "Kalau main air begini, kamu jadi nggak lapar?" tanya Bara. Nasya menggeleng. Gadis itu tampaknya sangat menyukai pantai. Hingga melirik ke arah kekasihnya saja dia enggan. Melihat Nasya yang begitu asyik dengan kegiatannya, Bara berpamitan sebentar. Sebelum pergi Bara berpesan agar Nasya tidak kemana-mana. Nasya pun menurut saja. Toh pemandangan di tempatnya kini juga sudah cukup bagus. Nasya mulai berjongkok, tak peduli dengan roknya yang basah. Ia menyentuh hewan hitam yang Bara sebut Ophiotrix itu dengan pelan. Teksturnya seperti jeli hingga Nasya bergedik sendiri. "Sya," mendengar suara kekasihnya, Nasya pun segera menoleh. Bara menuntun Nasya untuk berdiri. Kemudian, ia melingkarkan selembar kain di pinggang Nasya. "Aku baru sadar kalau dress kamu terlalu pendek," ujarnya ketika sedang memasangkan kain pantai di pinggang Nasya. "Tadi pas aku beli kamu iya-iya aja," tutur Nasya. Jujur, hatinya terasa hangat saat Bara memperhatikannya seperti ini. Nasya tidak pernah mengira jika Bara akan memperhatikannya sedetail ini. "Memang biasa saja. Hanya beberapa centi di atas lutut. Tapi ini pantai, Sya. Dan banyak angin," terang Bara. Rasanya sungguh sulit bagi Nasya untuk menyembunyikan kegugupannya mendapat perlakuan semanis ini dari Bara. "Bilang aja khawatir ada yang tergoda sama aku, terus deket-deketin aku," ucap Nasya asal. Namun, ia malah mendapat ide untuk mengerjai Bara yang dengan kurang ajarnya telah membuatnya salah tingkah. "Padahal kan nggak papa, selagi belum ada janur kuning melengkung, masih bisa ditikung, dong? Apalagi kalau yang mendekatiku lebih ganteng dari kamu. Minimal kayak Minho Shinee deh," goda Nasya. Bara menghela napas dan menatap Nasya malas. "Jangan terlalu percaya diri. Ini bukan buat kamu. Tapi buat aku sendiri," sangkal Bara. Kini, Nasya menyerit bingung setelah mendengar penuturan Bara. "Maksudnya? Kamu ya yang tergoda? Kamu kan memang m***m, dasar!" kesal Nasya. Bara terkekeh geli. Membuat Nasya semakin kesal dan memukuli d**a Bara. Bagi Bara, pukulan Nasya hanya seperti sebuah gelitikan kecil yang tidak menyakitkan sama sekali. Bahkan dengan sangat mudahnya, ia bisa menarik tangan itu dan menahannya agar berhenti memukuli dadanya. "Bukan itu," ujar Bara. "Lalu apa?" selidik Nasya. "Biar aku bisa menghindari tindak kriminal. Kan nggak lucu kalau aku dipenjara hanya karena terbakar cemburu," jawab Bara. Nyatanya, jawaban lelaki itu tidak terlalu bisa Nasya tangkap. Gadis itu masih memperlihatkan kerutan tebal di keningnya. "Karena kalau sampai ada yang berani dekati kamu, aku nggak akan segan-segan buat matahin leher dia. Minimal kaki lah, biar dia kapok deketin kamu," urai Bara. Nasya bergedik ngeri mendengar ucapan Bara. Apalagi melihat ekspresi laki-laki itu yang sepertinya memang tidak sedang bercanda. "Oke. Mulai besok aku akan pakai pakaian panjang aja. Kalau perlu rok panjang biar aman," balas Nasya menahan kesal. Sebenarnya ucapannya ini lebih kepada sindiran atas sikap Bara yang ia anggap berlebihan. "Gadis pintar," puji Bara sambil menepuk lembut pipi Nasya. Nasya pun semakin kesal setelah melihat reaksi laki-laki itu. Sangat jauh dari apa yang sudah ia perkirakan. Nasya berbalik kemudian kembali berjongkok untuk bermain air. Selang beberapa saat, ia merasakan punggungnya basah terkena cipratan air. Ia pun menoleh. Dan ternyata Bara sengaja mencipratkan air padanya.  Nasya segera berbalik badan dan membalas perbuatan Bara. Dan keduanya pun tak henti-hentinya saling mencipratkan air ke satu sama lain. Untung saja dress Nasya tidak terlalu tipis sehingga tidak tembus pandang saat basah. Nasya merasa kalah. Ia sudah basah kuyup sementara Bara belum. Nasya pun memutar otaknya hingga akhirnya ia mendapat ide. Ia melompat ke arah Bara hingga membuat pria itu oleng dan mereka pun jatuh bersama. "Yeyyy! Sekarang kita seri!" girang Nasya. Bara tertawa dan membiarkan gadis itu duduk. Namun, ketika Nasya hendak berdiri, Bara menahannya. Ia menarik Nasya lalu menggelitiki kekasihnya itu. "Aduh, ampun, geli, hahaha," jerit Nasya di sela tawanya. "Siapa suruh jail tadi?" tantang Bara. Bara terus menggelitiki Nasya hingga gadis itu terjengkang. Namun, sebelum Nasya jatuh, Bara sudah lebih dulu menarik kedua tangan gadis itu. Keduanya pun saling pandang sembari melempar senyum. "Kamu senang?" tanya Bara setelah keduanya terdiam beberapa saat. Nasya pun mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu sesekali merasakan ombak pantai menghantam punggungnya hingga ia semakin terdorong ke arah Bara yang ada di depannya. "Mau peluk? Sini," goda Bara. Nasya tertawa kemudian memukul pelan d**a bidang kekasihnya itu. Pada akhirnya, Bara menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Dan Nasya pun memejamkan matanya merasakan dekapan hangat kekasihnya. Keduanya bertahan dalam posisi itu untuk beberapa saat. Hingga mata Nasya menangkap sosok dua anak kecil yang sedang berbagi air kelapa muda di tepi pantai. Nasya pun segera mendorong tubuh Bara dan memasang ekspresi andalannya. "Mau itu," ujarnya sembari menunjuk ke arah dua anak kecil yang sedang meminum air kelapa muda tadi.  Bara menoleh ke arah yang Nasya maksud. Kemudian, lelaki itu tersenyum jail. "Tidak bisa, Sya," balasnya. Bahu Nasya merosot. Tatapannya memelas seolah tengah memohon.  "Aku pengen banget," rengek Nasya sambil memegangi perutnya. Ia jadi membayangkan, betapa segarnya meminum air kelapa muda di tepi pantai. Ia sudah menginginkan hal itu sejak dulu. Namun respon Bara? Ia malah tertawa kecil sembari masih menggelengkan kepalanya. Membuat Nasya berdecak sebal. "Belum boleh, kalau kita belum sah," terang Bara. Nasya menyerit. Ia memaksa otak mungilnya untuk berpikir dan menerawang isi kepala pria di hadapannya.  Selang beberapa detik, Nasya meringis ngeri sembari menyilangkan tangannya di depan d**a. Membuat Bara semakin mengencangkan tawanya. "Bu- bukan itu maksudku," ujar Nasya gugup. Ia sedikit memundurkan tubuhnya. Namun pergerakannya bersamaan dengan datangnya ombak. Sehingga ia malah semakin terdorong ke depan ke arah Bara. Dengan sigap, Bara pun menangkapnya. Keduanya membali saling pandang. Bara menatap Nasya dengan gerlingan jail, membuat Nasya semakin gugup setengah mati. "Kamu tadi mau apa? Mau perutnya diisi?" goda Bara lagi. Sebenarnya ia tahu apa yang Nasya maksud. Hanya saja rasanya sangat sayang jika melewatkan kesempatan menggoda Nasya siang ini.  "Ak- aku- maksud aku- i-iya. Tapi kan-" gagap Nasya. "Mau diisi sama yang kamu tunjuk tadi, kan?" tanya Bara lagi. Nasya mengangguk kaku. "Tapi kan yang it-" ucap Nasya terpotong. "Mau diisi dua bayi?" Nasya mendelik mendengar pertanyaan frontal lelaki di hadapannya itu. Ia pun melompat keluar dari kungkungan Bara, kemudian bangkit berdiri. Bara segera mengikuti pergerakan Nasya. Ia pun menahan lengan Nasya ketika gadis itu hendak pergi. "Pikiran kamu isinya begituan doang, ya?" kesal Nasya. Bara terkekeh sebentar. "Bercanda, Sya," balasnya santai. Nasya berdecak kemudian melipat tangannya di depan d**a. "Mau kelapa muda, kan? Aku tahu kok. Cuma sengaja aja pengen ngerjain kamu. Siapa tahu kamu memang mau nyicil beneran," terang Bara yang membuat Nasya kembali mendelik. Nasya pun kembali memukuli tubuh kekasihnya itu. Sementara Bara berusaha menghindar hingga terjadilah aksi kejar-kejaran diantara keduanya. %%% Bersambung ..... Mohon maaf, Andrea, aku oleng ke Bara dulu ya!!  Oh ya, kenapa aku pilih latarnya Jogja, alasannya mirip kenapa aku masukin unsur k-pop. Ya biar gampang aja risetnya, karena aku orang Jogja. Sekalian promosiin tempat wisatanya, barang kali ada yang mau liburan ke Jogja, tapi bingung mau kemana. Hehe...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN