PROLOG
Desainer tapi nggak bisa nggambar? Memangnya ada? Lalu kerjanya gimana?
Ada dong.. Nasya adalah satu diantaranya.
Dia beruntung memiliki seorang kakak yang pintar dalam menggambar. Dan keduanya pun saling melengkapi dalam mempertahankan butik kecil yang sudah mereka dirikan selama hampir lima tahun itu.
Tugas utama Nasya adalah memikirkan konsep baju, lalu Nisa- kakak perempuan Nasya yang akan menggambar desainnya.
Namun, sudah setahun terakhir butik kecil milik dua perempuan itu sepi. Nasya dan Nisa pun selalu berdebat, akan terus melanjutkan usaha mereka itu, atau berhenti cukup sampai di sini.
Pasalnya, kontrak bangunan berukuran 7x8 meter itu juga akan habis tahun ini. Belum lagi, Kirana- putri kecil Nisa juga sudah mulai masuk SD. Secara tidak langsung, pekerjaan dan tanggung jawab Nisa juga akan bertambah.
Sebenarnya ada satu alasan lagi yang membuat Nisa ingin menghentikan usaha yang sudah ia rintis bersama sang adik itu. Yaitu, status Nasya yang masih melajang diusianya yang sudah menginjak 26 tahun.
Kalau sudah punya pacar, atau setidaknya gebetan sih mungkin Nisa tidak akan mengambil langkah sejauh ini. Tapi ini berbeda. Nasya benar-benar tidak pernah terlihat dekat dengan seorangpun cowok. Nasya terlalu asyik dengan dunianya sendiri.
"Daripada debat sama Kakak, mending kamu keluar cari cowok deh!" Ujar Nisa yang mulai jengah menghadapi adiknya.
"Apa sih cowok-cowok mulu!" Kesal Nasya.
"Sya, sadar dong. Kamu itu sudah mencapai usia menikah, tapi pacar aja nggak punya." Nisa memberi pengertian.
Nasya melipat tangannya sembari mengerutkan bibirnya sebagai pertanda jika ia kesal dengan ucapan sang kakak.
"Bahkan seumur hidup Kakak, Kakak nggak pernah tuh lihat kamu diantar-jemput cowok. Memang sebegitu nggak laku nya ya kamu?" Nisa.
Nasya berdecak,
"Laku. Aku pernah pacaran juga kali, Kak. Kan udah pernah aku kasih tau." Nasya.
"Siapa? Mantan kamu pas SMA itu? Kamu itu kayak orang trauma aja. Sudah hampir sepuluh tahun masak masih jomblo aja. Ck, padahal kemungkinan besar cowok itu udah nikah sekarang," Nisa.
"Kakak, Nasya jomblo bukan karena gagal move on, ya! Tapi karena memang Nasya mau fokus ke karir dulu. Jadi please bantu Nasya! Nasya nggak bisa wujudin cita-cita Nasya sendiri. Kakak tau itu kan?"
"Lagian mana ada desainer nggak bisa gambar, Sya? Mas tanya, kamu mau sampai kapan gantungin cita-cita kamu itu ke kakakmu? Mending nikah, nanti Mas kenalin rekan kerja Mas di kantor."
Nasya memutar bola matanya malas.
"Mas Bay nggak usah ikut-ikut deh, kalau cuma nggak di pihak Nasya!" Kesalnya pada sang kakak ipar yang hanya menanggapinya dengan alis terangkat.
"Jomblonya kamu itu udah kronis, Sya." Nisa.
"Bukan jomblo lagi, Nis. Memang udah otw perawan tua itu." Sambung Bayu.
Nasya membolatkan matanya. Lalu ia menghentakkan kakinya kesal seperti anak kecil.
"Pokoknya Nasya nggak mau nikah dalam waktu dekat, titik!" Tegasnya.
Nasya menyambar tas bahunya kemudian berjalan cepat keluar dari butiknya. Meninggalkan sang kakak dan iparnya yang lucknut itu.
"Sial banget sih nasib gue! Lagian kenapa gue pakai nggak bisa gambar segala?" Gumam Nasya sembari menyusuri ramainya jalanan ibu kota.
"Ck, gue yakin. Pasti Mas Bayu nggak akan tinggal diam. Bisa aja dia nekat jebak gue ke kencan buta kayak dua bulan yang lalu. Lagian kenapa sih emang kalau gue masih jomblo?"
Kencan buta? Ya. Bukan karena Bayu tidak suka dengan Nasya yang selalu menempeli istrinya, tapi Bayu turut prihatin melihat ke-jombloan Nasya yang sudah kelewat kronis itu.
Lelaki itu pernah benar-benar nekat mengatur kencan buta Nasya dengan rekan kerjanya. Namun naasnya, pria yang sengaja ia kenalkan dengan Nasya itu berakhir dengan tinjuan Nasya di pipi kirinya, serta tendangan maut di tulang keringnya.
Bayu malu bukan main karena kasus itu terkuak di kantornya. Menyebabkan beberapa rekan kerja Bayu ngeri dengan apapun yang berhubungan dengan Nasya.
Bahkan Bayu sempat mendengar, beberapa rekannya memiliki julukan khusus untuk Nasya, seperti "Adek jaguarnya Bayu", hingga "Macan di rumah Bayu".
"Nggak. Gue harus menghindar dari Mas Bayu sama Kak Nisa untuk beberapa hari ini."
"Tapi mau kemana? Mana temen gue udah pada berkeluarga. Mana bisa gue numpang ke mereka?"
Nasya mendudukan dirinya di atas kursi taman lalu menatap ke arah langit.
"Jogja! Mendingan gue ke Jogja sekalian liburan. Siapa tau di Jogja gue bisa bertemu orang yang bisa bantu gue mewujudkan mimpi gue?" Pikir Nasya.
Dan saat itu juga, Nasya memesan tiket pesawat untuk keberangkatannya ke Jogja besok pagi.
%%%
Bersambung ...