Tiga Belas

1126 Kata
%%% Nasya merasa kondisinya sudah jauh lebih baik daripada tadi pagi. Ia pun sudah mandi sekarang. Ia keluar hanya dengan handuk kimono berwarna navy karena ia tau ia hanya sendiri di rumah ini. Yaps. Setengah jam yang lalu Bara pamit untuk ke kantor. Dan seperti yang Bara katakan, mereka hanya tinggal berdua di rumah ini. Soal rencana kepulangannya ke Jakarta, biarlah nanti lagi Nasya utarakan pada pria keras kepala itu. Nasya bersenandung lirih dengan suaranya yang di bawah kata pas-pasan itu. Mungkin untuk sekadar mengusir rasa sepi. Karena ia pun sadar jika suaranya tak seindah milik Raisa ataupun Isyana. "Selamat siang, Nona," "Woah!!!" Pekik Nasya dan langsung berbalik dan refleks mundur hingga punggungnya mengantam lemari. "Eh, Nona tidak apa-apa?" Tanya seorang wanita paruh baya sembari menghampiri Nasya. Nasya merasa ngeri sendiri. Bukankah ia hanya tinggal berdua dengan Bara? Lalu siapa wanita ini? "Ib.. Ibuk siapa? Bukan hantu kan?" Tanya Nasya gelagapan ketika wanita itu semakin mendekat. Nasya melihat ke arah sendal karet wanita itu. "Loh.. kakinya nempel lantai!" Pekik Nasya merasa heran. Wanita itu tertawa geli melihat tingkah Nasya. "Bukan hantu kan? Kalau hantu saya bacain ayat kursi nih biar kebakar!" Ancam Nasya dengan nada galak yang dibuat-buat. "Aduh, maaf kalau saya mengagetkan Nona. Saya bukan hantu kok," ujar wanita paruh baya itu di sela tawanya. Nasya sedikit memajukan tubuhnya yang sempat menempel di lemari kayu jati milik Bara. "Oh.. manusia kan berarti?" Tanya Nasya lagi. Ekspresinya sudah menunjukan sedikit rasa lega dari sebelumnya. Wanita paruh baya itu masih tak sanggup menghentikan tawanya melihat sikap Nasya yang kelewat kata bar-bar. "Bukan juga, Nona. Saya siluman," goda wanita itu. "Eh? Siluman apa?" Tanya Nasya antusias. Nasya berjalan mendekat hingga menyisakan jarak kurang dari satu meter antara dia dan wanita di depannya. Wanita itu menghentikan tawanya untuk beberapa saat. "Kalau di Drama Korea siluman itu banyak yang cantik, baik, punya kekuatan super lagi. Ibu tau drama My Girlfriend is Gumiho? Itu yang main Shin Min Ah, ngefans banget saya," ujar Nasya begitu antusias. "Aduh, Nonaaa... Anda kenapa bisa percaya dengan hal seperti itu sih?" Gemas wanita paruh baya itu. Nasya menyeritkan alis kebingungan saat melihat ekspresi kesal wanita di hadapannya. "Lah katanya siluman, siapa tau bisa saya buat pesugihan, kan lumayan," jawab Nasya polos. "Saya manusia, Nona," ujar wanita paruh baya itu sembari tersenyum.  Kali ini, giliran Nasya yang tertawa, "mana mungkin? Orang manusia yang tinggal di rumah ini cuma saya sama Bara. Pasti alibi Ibu Siluman aja ya, biar nggak saya jadiin pesugihan?" Tanya Nasya. "Aduh, Nona, perut saya sampai sakit baru bicara beberapa menit dengan Nona," ujar wanita itu lagi sambil kembali tertawa. "Iya iya, saya percaya kok, Anda manusia. Tapi bagaimana Anda bisa di sini? Anda siapa?" Tanya Nasya setelah menghentikan tawanya. "Oh iya, saya belum sempat memperkenalkan diri. Nama saya Surti. Saya adalah asisten rumah tangga baru yang dipekerjakan Tuan Bara. Saya bertugas menemani Anda dan merapikan rumah ini selama seharian hingga Tuan Bara pulang kerja," terang wanita yang ternyata adalah asisten rumah tangga barunya itu. "Wait? Asisten rumah tangga? Kok kerja di sini? Saya dan Bara kan tidak hidup berumah tangga. Masih belum ada komitmen apa-apa lagi kok," Nasya. Bi Surti terkekeh kecil kemudian melewati Nasya untuk memilihkan pakaian untuk majikan barunya itu. "Ini, sebaiknya Nona pakai baju dulu! Nanti Anda bisa sakit kalau cuma pakai kimono terus seperti ini," Bi Surti.  Nasya mengangguk lalu menerima uluran baju Bi Surti. Setelah itu ia beralih ke kamar mandi untuk memakai pakaian. Sudah dua jam berlalu setelah pertemuan absurt Nasya dengan asisten rumah tangga barunya. Dan kini, keduanya tengah menikmati makan siang di ruang makan. "Oh.. jadi rumah Bibi tidak jauh dari sini?" Nasya. Wanita itu menggeleng. "Bahkan saya ke sini hanya dengan sepeda, Nona," Bi Surti. "Kenapa nggak nginep sekalian? Maksudnya, kerja full time gitu di sini. Daripada mondar-mandir," Nasya. "Kan di rumah ini hanya ada satu kamar," terang Bi Surti. Jujur, sejak pagi Nasya memang belum sempat berkeliling rumah. Ia hanya tau kamar dan ruang makan ini saja sejauh ini. "Oh..." jawab Nasya santai.  Nasya kembali menyuapkan sesendok nasi dan ayam ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya perlahan. Tunggu! Bukankah ada sesuatu yang mengganjal? "Kenapa, Nona?" Tanya Bi Surti. Ting. "Uhukkk..." Nasya tersedak setelah menyadari suatu hal yang sempat ia lewatkan. "Anda tidak apa-apa? Ini diminum dulu, Nona!" Bi Surti membantu Nasya meredakan batuknya. "Tunggu, Bi! Bibi bilang satu kamar?" Tanya Nasya meminta konfirmasi. Wanita di depannya mengangguk. "Lalu Bara tidurnya di mana dong?" Tanya Nasya dengan volume yang cukup memekakkan telinga. Sungguh. Sebenarnya tanpa berteriak pun suaranya sudah cukup di bawah standar. Dan kali ini ia menggunakan volume yang lebih tinggi dari biasanya. "Ya di kamar yang Anda tempati tadi," jawab Bi Surti hati-hati. "Hah??" Nasya melotot, "terus saya?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri. "Ya kan sekamar, Nona. Lagi pula kata Tuan Bara kalian kan akan segera menikah," Bi Surti. "Hah? Kapan bilangnya??" Geram Nasya. "Tadi. Yaaa.. hanya melalui telepon sih," Bi Surti. "Orang saya jomlo kok. Ngaku-ngaku dia," tuduh Nasya. 'Dih.. padahal gue ngarep juga sih. Tapi biar kelihatan jual mahal dikit lah,' batin gadis itu. Bu Surti menggeleng tidak mengerti, "maaf, Nona. Saya juga kurang tau jelasnya sih. Coba nanti Anda bicarakan lagi sama Tuan Bara. Barang kali saya aja yang salah tanggap," Bi Surti. "Ya jangan salah juga, Bi," ujar Nasya tidak terima, 'kan saya udah terlanjur berharap,' lanjutnya dalam hati. Bi Surti tersenyum penuh arti. Tampaknya wanita itu paham dengan apa maksud dari ucapan Nasya. "Sudah sudah, lebih baik Nona lanjutkan saja makannya! Supaya segera baikan. Saya siapkan dulu obatnya ya, Nona?" Pamit Bi Surti. Nasya menahan lengan Bi Surti. Percis seperti yang ada di sinetron-sinetron. "Temani saya sampai makanannya habis dulu ya, Bi? Bibi juga, nambah lagi aja makannya daripada bosen nungguin saya," Nasya. Bi Surti tertawa pelan. "Aduh, saya jadi pengen punya anak perempuan. Anak saya dua-duanya laki-laki dan sekarang sudah menikah. Tidak ada yang pernah manja-manjaan seperti ini denhan saya," Bi Surti. "Ya udah, anggap aja saya anak perempuan Bibi selagi saya tinggal di sini! Saya seneng kok kalau nambah-nambah kerabat. Nanti pas lebaran punya tempat buat mudik," ujar Nasya seadanya. Bi Surti menanggapinya dengan senyum hangat. Beruntung sekali Beliau bekerja dengan orang seperti Nasya yang begitu ramah dan periang. Yah... meskipun sedikit (atau mungkin bisa dikategorikan lumayan banyak) aneh dan menyebalkan. %%% Bersambung ..... Nasya kebanyakan tingkah kayak Vania. Polosnya over dosis, mon maap. Maaf kalau cerintanya garing kriuk-kriuk. Kadang orang berusaha membuat agedan lawak, tapi jatuhnya kriuk-kriuk, termasuk aku. Baru sadar eh... namanya sama, Bi Surti, kayak di Devania 2. Ya ampun maafkan hehe Ternyata chapter 9 kedouble update. Pas tanggal 4 kemarin, jadi aku hapus. Udah hilang kan, ya? Akhir-akhir ini sering banget kedouble gitu. Efeknya, kalau dihapus kadang jadi part bawahnya ikutan berantakan. Itu yang membuat aku ragu mau revisi Devania 2
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN