Dena berhenti bekerja

1007 Kata
Dua tahun menjalani hubungan bersama Adrian dengan status ia masih pelajar, sedang Dena sudah bekerja tentu tidak mudah. Mereka jadi jarang mempunyai waktu bersama. Dena bisa bertemu dengan Adrian saat ia izin setengah hari bekerja. Dena sangat bertanggung jawab pada pekerjaannya, hingga ia jarang mengambil libur full day. Ketika gajian tiba atau Dena kebetulan masih punya uang, Dena selalu membelikan Adrian baju bola club kesukaannya. Meskipun Adrian tidak memintanya dan enggan untuk menerima, namun Dena tetap memaksa karena dia sangat mencintai Adrian. Bulan ini Dena memutuskan tinggal di sebuah tempat kost bersama teman-temannya. Alasannya karena ia lari dari ibunya yang terkadang ketika penyakitnya kambuh, membuat Dena tak tahan dan pergi dari rumah menenangkan diri. Suatu hari kejadian tak mengenakan terjadi di tempat kerjanya. Waktu itu Dena pulang bekerja pada malam hari. Karena pekerjaannya yang lelah pada saat itu membuat Dena pulang dengan muka masam. Hal itu membuat atasannya merasa Dena bertindak tidak sopan lantas menegurnya lewat pesan singkat. "Dena, bersikaplah yang baik," pesan singkat yang membuat Dena tersulut emosinya setelah lelah bekerja. "Baiklah jika bos sudah tak menerima saya, saya akan berhenti bekerja," begitu balasan Dena. Bos yang ditantang Dena lantas tidak terima, "Kembalikan laptop yang kamu bawa tadi," ucap bosnya. Lalu Dena membalas, "Baik akan aku kembalikan besok," ucap Dena. Ia pikir atasannya akan cukup sampai disana membalasnya. Tak berapa lama pintu kost diketuk dengan keras. Tok..tok..tok.. Dena yang tengah bersama Adrian disana tentu kaget. Adrian yang kebetulan saat itu tengah ikut beristirahat di tempat Dena merasa seperti terpergok melakukan hal tak senonoh. Dena tahu itu suara ayah dari atasannya. Dena masih enggan membuka pintu kost itu. Ia semakin panik karena suara di luar semakin keras. Kemudian Dena putuskan untuk membukanya, sedang Adrian ia bersembunyi di kamar mandi. Tak disangka, orang yang pertama mereka cari adalah orang yang bersama Dena. Mereka memeriksa kamar mandi dan menemukan Adrian disana, lantas menyuruhnya keluar. Dena serasa disidak saat itu. Tampak bapak, panggilan Dena pada ayah dari atasannya. "Dena, bapak kecewa. Kata Ervan kamu akan keluar kerja," ucap pria tua yang kini umurnya telah mencapai kurang lebih enam puluh tahunan. Dena masih menunduk. "Mana laptopnya?" tanya bapak. Dena menyerahkan laptop itu. Lantas orang-orang mulai pergi meninggalkannya. Dena hanya bisa terdiam mematung, namun ia merasa bersalah telah mengecewakan pria tua itu. Lantas ia mengejarnya. Ia kembali ke toko tempat ia bekerja, namun disana hanya ada ibu, istri dari bapak. Dena kemudian berpamitan. Air mata mulai mengalir di pipinya. "Bu, maaf Dena sudah mengecewakan ibu dan bapak, Dena mau pamit," ucap Dena. Ibu yang tidak tahu apa-apa lantas bertanya. "Ada apa Dena? tunggu dulu," ucap ibu. Dena lantas tersenyum pada ibu, dan meninggalkannya. Sepanjang jalan ia menangis, karena insiden ini. Bermula dari mukanya yang jutek pada atasannya ternyata membuatnya merelakan pekerjaannya. Ia masih ditunggu Adrian di tempat kostnya. Adrian mencoba menghibur Dena. Sedang Dena masih saja menangis sesenggukan. Adrian kemudian berbisik padanya. "Hmm sayang sudah." Sembari memeluk Dena dari belakang. Namun ia merasakan kejantanannya mulai menegang kala menempel pada bagian belakang tubuh Dena. Adrian meminta berbuat lebih pada saat itu. Sedang Dena tidak mau karena kondisi hatinya tidak baik-baik saja. Namun karena Adrian sudah sangat menginginkan, akhirnya ia hanya menggesek-gesek saja kejantanannya tanpa memasukkan pada lubang intim Dena. Dena sudah merasa lebih baik, Adrian pun telah membersihkan dirinya. Dena berpikir untuknya pergi bersama Adrian mumpung waktu masih gelap, karena jika ia harus pergi esok hari ia akan sangat malu. Dena kemudian menuliskan secarik kertas untuk ibu kostnya. Meminta maaf karena telah berbuat keributan, dan pamit untuk pergi. Hari itu benar-benar adalah hari terburuk menurut Dena, ia harus berjuang lagi dari awal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dena tinggal dahulu di rumah anak nenek buyutnya, karena ia masih enggan pulang ke rumah ibunya. Dena membantu pekerjaan di rumah emak, panggilan Dena pada anak nenek buyutnya. Ia tidak ingin menumpang tanpa mengerjakan apa-apa. Setelah dua tahun bekerja di toko komputer, Dena hanya mempunyai kemampuan itu saja. Emak meminta Dena untuk ikut dengannya ke daerah Banda. Ia akan mengunjungi anaknya disana, sekalian membantu Dena mencari pekerjaan baru. Dena pun menyetujui. Sampai di bagian timur kota Banda. Dena dan emak menginap di kontrakan anaknya. Karena anaknya memang jarang pulang karena sering lembur. "Mak, ka Elvi itu kerja apa?" tanya Dena pada emak. "Ia kerja di garment, Dena bisa menggunakan mesin jahit?" tanya emak. Dena menggeleng. Lantas mereka kembali berpikir mencari pekerjaan yang cocok untuk Dena. Dena tak hanya diam saja. Dengan membawa map coklat berisi CV nya, ia memutuskan mulai mencari pekerjaan. Dena menyusuri jalanan kota Banda. Sebelumnya ia naik angkot, kemudian berjalan kaki. Dena melihat sebuah bangunan cukup besar lantas ia mulai bertanya pada orang di dalamnya. "Permisi pak, apakah disini ada lowongan pekerjaan?" tanya Dena. Orang di dalamnya kemudian menyambutnya dengan senyuman. Ia melihat CV yang diberikan Dena, lantas menjawab. "Baik, kamu diterima," ucap bagian HRD itu. Dena lantas merasa senang, kemudian ia disuruh untuk membuat buku rekening. Dena pulang dengan rasa bahagia, meskipun ia merasa aneh karena semudah itu ia mendapatkan pekerjaan. Kemudian ia memikirkan kembali pembicaraannya dengan HRD tadi. "Pekerjaannya menawarkan barang, nanti ia akan ikut yang lain memakai mobil, gajinya tergantung dari barang yang berhasil ia jual", begitu katanya. Dena merasa ragu. Sampai di kontrakan ia menceritakan pada emak. Pekerjaan seperti apa itu. Dia belum tahu kalau itu adalah pekerjaan sales. Sehingga ia memutuskan mundur sebelum masuk kerja. Dena mempunyai seorang teman yang bekerja di sebuah perdagangan ritel kota Banda bagian barat. Sebelumnya Dena menghubungi temannya, mengatakan pada temannya bahwa ia sedang mencari pekerjaan. Akhirnya temannya menyuruh Dena untuk memasukkan lamaran ke pusat perdagangan ritel itu, Dena pun menurut. Dena sudah memasukkan CV nya dan berharap segera mendapatkan panggilan interview. Karena sudah cukup jauh menyusuri kota Banda, ia ingin sekalian mengunjungi temannya itu. Dena menggunakan angkutan kota berwarna hijau, ia belum tahu nama-nama di daerah itu sehingga ia terus bertanya pada temannya dimana ia harus turun. "Vika aku sudah turun dari angkot, selanjutnya kemana?" tanya Dena melalui pesan singkat. "Tunggu, aku jemput ke depan," jawab Vika. Akhirnya mereka bertemu, Dena tidak menyangka di kota Banda ia bisa bertemu dengan temannya semasa SMA.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN