Bekerja sebagai freelance

1014 Kata
Dena mengunjungi tempat kost temannya di kota Banda. Ini kedua kalinya ia pergi menyusuri jalan kota Banda bagian barat, setelah dulu pernah pergi bersama Adrian. Di tempat kost Vika, Dena banyak bercerita bagaimana ia bisa sampai ada di kota Banda begitu pun sebaliknya Vika banyak bercerita tentang kehidupan pribadinya kepada Dena. "Serius Lo Ka? Hubungan Lo selama lima tahun sama Reza putus gitu aja?" Dena ikut menyayangkan. Vika mengangguk. Reza adalah cowok yang dulu pernah dikira Dena naksir dirinya saat pertama masuk kelas X. Pacaran sama Vika dari mulai kelas X sampai hari ini Dena kaget mendengar berita putus dari mulut Vika sendiri. "Kenapa bisa sampai putus Ka?" Tanya Dena penasaran. "Ibunya ngelarang gue pacaran sama dia." Ucap Vika bersedih. "Kenapa? Apa yang kurang dari Lo?" Dena semakin penasaran. "Ibunya bilang gue ngabisin uang Reza terus." Jawaban Vika membuat ekspresi wajahnya menjadi muram. "Yang sabar ya Ka. Lo pasti bisa dapet yang lebih baik dari Reza." Dena menyemangati Vika. Tidak terasa hari sudah mulai sore. Dena senang sekali bisa bertemu dengan Vika pun sebaliknya. Dena pamit pulang karena emak di kontrakan pasti khawatir. Dena menceritakan kepada emak tentang perjumpaannya hari ini bersama temannya. "Mak, Dena besok mau pulang dulu ke Kota Samanta." Ucap Dena pada Emak. "Kenapa Dena mau pulang?" Tanya Emak. Dena tidak bisa bilang kalau uang bekalnya sudah habis. Ia tidak mau menyusahkan Emak terus. "Dena kangen keluarga disana Mak." Dena memberitahu salah satu alasannya. "Ya sudah, jika Dena maunya gitu. Dena bisa pulang sendiri?" Tanya Emak. "Bisa Mak." Jawab Dena yakin. Keesokan harinya Dena pulang sendiri. Meskipun ia masih belum mendapatkan pekerjaan baru ia tidak menyerah. Dena pulang ke rumah ibunya. Cukup lama ia tidak bertemu dengan ibunya, Dena bersyukur ibunya baik-baik saja. Dulu jika marah Dena selalu tidak bisa mengendalikan dirinya bahkan ia selalu meminta ibunya pergi ke kampung halamannya. Padahal ketika tidak bertemu dengan ibunya justru Dena merasa kehilangan. Pernah saat kelas VIII SMP, pertama kalinya Dena pergi naik bus sendiri ke kampung halaman ibunya di Kota Madan karena ia ingin menjemput ibunya. Sekarang setelah Dena berumur 20 tahun ia menyesal karena masih belum bisa membahagiakan ibunya. Dena selalu berdoa di sepertiga malam agar Yang Kuasa memberikan rezeki untuk Dena dan keluarganya. Setiap pagi Dena selalu pergi ke Alun-alun Kota untuk sekedar berolahraga pagi sambil memasukkan infaq ke kotak amal masjid. Dena masih berusaha mencari pekerjaan, ia memasukkan beberapa lamaran kerja. Hingga sampailah ia di sebuah Toko kerudung yang mempunyai brand terkenal dalam negeri. Dena menitipkan CV nya ke security yang ada di sana. Dia berharap secepatnya akan ada panggilan untuknya bekerja di sana. Dena pulang dan masih menjalankan rutinitas seperti biasanya. Untuk bertahan dalam masa-masa sulitnya, Dena selalu bekerja jika ada yang menyuruhnya membantu pekerjaan di rumah mereka. Suatu ketika pada waktu Ashar, panggilan tidak terjawab dengan menampilkan nomor kantor terlewat di layar handphone Dena. Dia berpikir apakah mungkin ini panggilannya untuk bekerja. Dia segera mengisi pulsa di handphonenya untuk menelepon kembali nomor itu. Benar saja, itu adalah Toko kerudung yang akan memanggil Dena untuk menjadi freelance di sana. Walaupun hanya untuk beberapa bulan namun Dena merasa senang karena akan ada kesempatan untuknya bekerja dan mendapatkan uang. Dena sujud syukur mendapatkan berita bahagia itu. Ia meminta restu dari ibunya berharap ini menjadi awal yang baik untuk kehidupan mereka. Hari ini adalah hari pertama Dena berstatus sebagai freelance. Ia mengenakan seragam berwarna putih dengan rok hitam. Ada hampir 20 orang freelance yang dipekerjakan. Dena dan 5 orang temannya bertugas menjual kerudung di bazar yang diadakan di sebuah Sekolah Dasar. Banyak anak-anak sekolah yang tertarik dan membeli karena harga kerudungnya sedang mendapatkan diskon 25%. Dena dan teman-temannya cukup kewalahan hari ini. Esok hari mereka akan kembali mengadakan Bazar di sebuah gedung Islamic Center. Yang membuat Dena senang bekerja di tempatnya sekarang adalah waktu kerja menggunakan sistem shift. "Mah, Dena pulang." Ucap Dena sambil mencari keberadaan ibunya. Ibunya senang melihat Dena pulang. Di tempat kerjanya sekarang, Dena pulang tidak terlalu malam. Ketika bekerja di Toko Komputer dulu, jam kerja Dena tidak teratur, ia pergi pagi pulang malam bahkan bisa sampai tengah malam, karena Dena sering mempunyai tugas stock opname. "Dena, Mamah sudah siapkan makan untukmu," ucap ibunya. "Terimakasih Mah. Dena mau mandi dulu," jawab Dena. Adik perempuan Dena sekarang yang menggantikan Dena bekerja di warung Bu Pipit. Dia bisa mendapatkan uang jajan untuk sekolah dan membeli keperluan lain. Sedangkan yang bungsu, sewaktu kelas satu sampai kelas tiga Sekolah Dasar sering di asuh oleh keluarga yang menganggap ia anak angkatnya. Namun jauh di lubuk hati Dena, Dena ingin keluarganya utuh. Karena menurut Dena, bagaimanapun keluarga adalah tempat terhangat untuk saling berbagi satu sama lain. Namun yang namanya anak-anak, sedang masa-masanya suka bermain-main. Apalagi memang sering terjadi pada anak bungsu, diganggu oleh kakaknya. Adik kedua Dena yang perempuan, bernama Diandra. Dia sering sekali mengganggu adik bungsunya yang bernama Arka. Arka jadi sering dibawa keluarga angkatnya, karena merasa tidak betah di rumah. Di rumah kecil berukuran 4 X 7 m², Dena dan keluarganya hidup bersama. 2 ruangan dengan sekat tanpa pintu, serta dapur yang menyatu dengan ruang kamar mandi. Setelah lima tahun tinggal di rumah ini, banyak sekali dinding bilik yang sudah berlubang di sana-sini. Bahkan binatang tikus, katak, sering masuk rumah. Kadang yang Dena takutkan bersama keluarganya adalah ular, karena rumah Dena ini bersampingan dengan sebuah gunung. Keesokan harinya Dena kembali bekerja di Toko Kerudung yang masih mengadakan Bazar di beberapa tempat. Baru untuk lusa Dena dan 5 temannya bisa mulai bekerja di Toko. Di tempat Bazar, para freelance yang ikut bazar ini akan mendapatkan komisi 20% dari hasil penjualan nanti. Dena senang karena dengan begitu ia bisa mendapatkan uang tambahan. Teman-teman Dena yang ada di bazar, kebanyakan umurnya masih di bawah Dena. Hingga Dena tidak ragu-ragu jika mengajak ngobrol dengan mereka. Namun jika bersama dengan orang yang populer dan berkelompok entah kenapa Dena selalu merasa tidak nyaman, mungkin karena sifat introvert dalam dirinya. Beberapa hari ini karena Dena menikmati hari-harinya, perasaan Dena selalu bahagia. Ia benar-benar merasakan ketulusan saat ia bekerja. Visi bekerja sebagai ibadah sangat berbekas di hati Dena. Ia merasa senang karena Yang Kuasa memberikan kesempatan Dena bekerja di sini.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN