07

1079 Kata
"Tian, amankan anak Panti asuhan yang bernama Saskia." "Baik bos. Ada berita bagus Bos, aku berhasil mendapatkan tiketnya, tidak mau pergi sekarang?" Suara diseberang bertanya. Lucas menatap ke arah ranjangnya, menatap Clara yang tertidur pulas dengan nafas terputus-putus, mungkin karena demamnya. "Lain kali saja." "Tapi susah mendapatkannya lagi, Bos. Kita harus mengurus tiket VIP jika ingin berlangganan tetap." Suara di seberang terdengar keberatan. Lucas melirik sekali lagi ke arah Clara, menimang-nimang untuk meninggalkan Clara dalam keadaan sakit. "Baiklah," katanya pada akhirnya. Lalu Lucas menutup telponnya. Ia menghampiri Clara, mengukur suhu tubuhnya. Demamnya tinggi sekali. Lucas mengeluarkan ponselnya, kembali menelpon seseorang. "Datang kesini sekarang," katanya tanpa basa basi, dan langsung menutup ponselnya tanpa memberi waktu lawan diseberangnya untuk berbicara. Lucas menunduk, mencium kening panas Clara sebelum melangkah pergi. Jika tidak ingin meninggalkan Clara lama-lama, ia harus segera menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Tempat yang akan didatanginya Klub yang terkenal. Masuk urutan ketiga dalam mendapatkan penghasilan jutaan Dollar dalam sebulan. Paradise. Nama Klubnya, tempat dunia gelap itu berada. Lucas tidak terlalu suka menghabiskan waktu ke Klub. Baginya Klub itu hanya untuk orang-orang yang berputus asa atau orang yang kesepian, yang membutuhkan hiburan dan perhatian. Ia lebih suka menyewa seseorang untuk menyiksanya, hanya untuk menyiksa, Lucas tidak terlalu suka bergonta ganti pasangan. Ia bukan jenis orang yang dengan mudahnya celup sana sini. Menurutnya, hal itu harus dilakukan dengan orang yang dicintainya. Dan untuk masalah Clara, ia hanya hilang kendali sesaat, tidak ada yang lain. Lucas menghentikan mobilnya, memakirkannya lalu berjalan masuk. Suara musik yang kuat langsung menyapa gendang telinganya. Matanya disuguhkan dengan pemandangan yang memuakkan. Para wanita seksi hilir mudik, dan para hidung belang yang kurang belaian. Ia mengedarkan pandangannya, dan matanya menangkap seseorang yang memegang bir sambil terseyum menggoda ke cewek seksi dihadapannya. Lucas berjalan menghampirnya. "Lupa akan tugasmu, Sebastian?" Sebastian terperanjat, lalu nyengir menatap Lucas. "Bos," ujarnya terkaget. Lucas menggerakkan dagunya. Menyuruh Sebastian menunjukkan jalan menuju tempat rahasia dari Klub ini. Mereka berjalan menuju ruangan VVIP yang berada di paling ujung dari Klub itu. Sebastian berbincang dengan penjaganya, menunjukkan kartu mereka dan menunjukkan bawaan mereka. Penjaganya juga memeriksa seluruh tubuh mereka. Dilarang membawa ponsel dan alat elektronik yang lain. Setelah merasa cukup, para penjaga itu membawa mereka ke pintu yang berada di ruangan itu. Pintu itu tidak langsung menghubungkan mereka dengan dunia bawah, mereka masih harus melewati lorong panjang yang gelap dan terasa dingin. Setelah itu, mereka menaiki lift besi. Cukup? belum. Mereka berjalan lagi sekitar beberapa meter dan akan melihat penjaga berbadan besar berdiri dikedua sisi pintu. Pintunya berwarna kuning keemasan. Sebelum masuk pintu itu, Sebastian memberikan topeng rubah berbulu, yang di desain khusus untuk Lucas. Kebanyakan pengunjung dunia bawah dari kalangan atas, mereka akan memakai topeng agar identitasnya tidak ketahuan. Pejabat, pembisnis besar, menteri dan juga artis-artis papan atas yang terkenal. Sebagian dari mereka lebih senang menonton acara perlelangan dan sebagian yang lain datang untuk membeli yang dilelang. Mereka melangkah masuk dan langsung merasakan hawa dunia yang berbeda. Jika bagian atas para wanitanya memakai pakaian seksi maka wanita disini tidak berbusana. Busana paling sopan hanya berbikini. Lampunya temaram, suara musik tidak terdengar jelas, hanya terdengar suara dengung orang yang berbicara. "Ayo cepat!" Lucas menoleh ke asal suara dan matanya menatap tak percaya. Segerombolan para wanita berjalan telanjang tanpa benang sehelai pun, tangan dan kaki mereka dirantai, tatapan matanya kosong, lurus kedepan. Jika ada yang salah melangkah atau keluar dari barisan maka cambuk yang kasarnya lima kali lipat dari cambuk Lucas menghantam punggung mereka. Badannya tidak ada yang mulus, rambutnya kusut, kurus tidak terurus. Mereka hidup tapi seolah mati, bagaikan lembu atau hewan ternak yang lain. Sebenarnya dunia apa ini? Para wanita yang bagaikan mayat hidup itu di masukkan ke ruangan tempat perlelangan. Lucas mengikutinya ke sana, ingin melihat seperti apa cara mereka bermain. Jika Clara tidak dibelinya mungkin saja Clara akan berada di antara para manusia yang bagaikan mayat hidup itu. "Di mulai dari sekarang!" Wanita bertubuh langsing yang sayangnya sudah tidak mulus lagi maju kedepan, menatap penonton dengan mata kosong. Para penonton bersorak, mengucapkan harga mereka. "Hei, kami ingin melihat Vaginanya." Teriak salah satu penonton yang memakai topeng singa. Yang lain menyoraki, menyetujui permintaan lelaki bertopeng singa. Para penjaga yang memegang cambuk kasar memegang wanita di panggung, melebarkan kedua kakinya agar Vaginanya terlihat lebih jelas. Jantung Lucas berpacu cepat melihatnya, tidak seperti penonton lain yang merasa b*******h, perasaannya malah bercampur aduk. Marah, kesal, dan geram tidak tau mau berbuat apa. Ia mengepalkan kedua tangannya, tidak terbayang jika wanita itu adalah Clara. Penonton bersorak saat melihat v****a wanita itu dan tawaran harga mulai kembali dilaksanakan, kini lebih tinggi. Lucas berbalik, pergi meninggalkan pelelangan yang membuat dadanya terasa nyeri. Darimana mereka mendapatkan para wanita itu? pertanyaan pertama Lucas, dan bagaimana cara mereka membuat para wanita itu seperti patung berjalan? tidak memberi respon pada keadaan sekitar, itulah pertanyaan Lucas yang kedua. Dan pertanyaan lain semakin banyak ketika Lucas menjelajah dunia bawah Klub Paradise. Ia berjalan memasuki lorong, dan di sisi kanan kirinya di isi dengan para wanita yang menjadi bahan amukan para penyuka b**m. Benda-benda b**m di sini lebih sadis dan lebih kasar dan tajam. Para pemainnya juga tak tanggung-tanggung jika mencambuk. Sekali cambuk maka punggung bisa luka dan berdarah. Lucas sendiri termasuk dalam kategori penyuka b**m, tapi biarpun bergitu, ia tetap tidak tega jika melihat mereka yang menjadi sasarannya terluka karena ulahnya. Mainannya sekarang Clara, dan Lucas selalu merasa bersalah jika sudah memukul Clara, meskipun merasa bersalah Lucas tak pernah bisa menghilangkan hobinya. Ketika memasuki lorong b**m yang terdengar hanya suara jeritan kesakitan, itu bagi ruangan yang kelas ekonomi. Jika kelas VIP ruangannya akan kedap suara. Satu yang mengerikan dari b**m di tempat ini, mereka boleh menyiksanya sampai mati. Ketika kita menyewa seseorang, maka boleh melakukan apa saja dan nyawa juga termasuk ke dalam kesepakatan. Ada juga ruangan terbuka. Mereka akan menyiksa dan berhubungan di ruangan tanpa ada dinding, dilihat banyak orang, bahkan ini lebih mengerikan. Satu Submisive akan di siksa dengan banyak para Dominan, biasanya para Submisive akan lebih banyak yang mati di ruangan terbuka. Sepertinya cukup melihat dunia bawah di Klub ini, harus perlahan jika ingin menghancurkan. Lucas menepuk pundak Sebastian yang sedari tadi mengekorinya ke mana saja ia pergi. Sebastian terkejut, seakan tersadar dengan lamunan panjangnya. "Cukup sampai disini." Sebastian mengangguk, lalu mereka melangkah keluar. "Sebastian, urus secara perlahan." Sebastian mengangkat empat jarinya, hormat. "Baik Bos." katanya mantap. Lucas tersenyum tipis. Ia menaiki mobilnya dan melaju dalam kecepatan tinggi. Setelah sampai di rumahnya, Lucas berjalan dengan tergesa-gesa ke kamarnya. Ingin melihat apakah Liona sudah mengobati Clara. Lucas membuka pintu kamarnya, pertama kali didengarnya adalah erangan Clara, kebiasaan Clara jika sudah demam. "Nggh...ngghh..." Bau antiseptik memenuhi kamarnya, Clara di infus dengan infus mini. Lucas mendekat, menatap lama wajah Clara yang memerah karena demam. Dikecupnya pelan kening Clara, panas dahi Clara menyambar bibirnya. "Maaf ya, sayang."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN