Bab 30

2116 Kata
Hellen duduk terdiam di tempat yang berada di lorong bangunan tersebut. Gadis itu telah menyelesaikan laporan mengenai detail kejadian sebagai saksi mata yang sesungguhnya di tempat itu. Kini para polisi sibuk berlalu lalang di tempat kejadian untuk merekam jejak tersebut. Sementara sebagian polisi yang lain sudah berpencar memasuki area hutan untuk mencari keberadaan Danny yang sepertinya telah dibawa oleh monster tersebut.   Hellen dibiarkan tetap berada di sana agar gadis itu tidak menjadi bahan makanan para warga di luar lorong yang lapar akan informasi dari kejadian malam ini. Hellen perlu menunggu kedua orang tuanya untuk datang menjemput dan mengawalnya pulang agar gadis itu bisa beristirahat dengan tenang di rumahnya sendiri.   Hellen sendiri menolak untuk diantar pulang karena gadis itu sebenarnya masih ingin berada lebih lama di sana, karena itu Hellen meminta orang tuanya yang datang menjemput agar Hellen bisa memiliki waktu lebih lama untuk mendapatkan kabar lebih mengenai Danny.   “Hellen!” seru seseorang yang suaranya terdengar familiar di telinga Hellen. Hellen mengangkat wajahnya kemudian dan menoleh ke arah asal suara yang memanggil namanya itu. Ada Mom dan Daddynya yang akhirnya sampai di lokasi untuk menjemputnya. Wajah keduanya sama-sama menunjukkan raut wajah cemas ketika melihat wajah Hellen yang begitu pucat dan nampak tidak baik-baik saja saat ini. Mereka berdua langsung berlari mendekati Hellen dan memeluk gadis itu dengan lembut.   “Hellen, apa yang telah terjadi? Kenapa kau bisa berada di tangan polisi?” tanya ibu Hellen setelah melepaskan pelukannya. Diperhatikannya wajah gadis itu yang sudah sembab dan lesu. Ibu Hellen langsung mengusap wajah gadis itu untuk membersihkan cairan yang membasahi wajah Hellen.   Melihat keberadaan kedua orang tuanya saat ini membuat Hellen kembali berlinangan air mata.   “Mom, Dad hiks hiks Danny telah pergi. Monster itu telah memakan Danny Mom hiks hiks. Danny telah mempertaruhkan nyawanya untuk melindungiku hiks hiks, apa yang harus kulakukan Mom? Dad?” racau Hellen sekali lagi di sela isak tangisnya. Ucapan Hellen seketika menimbulkan tanda tanya besar di kepala Ayah dan Ibunya itu.   “Apa yang sebenarnya terjadi?” gumam ayah Hellen yang kini saling berpandangan dengan penuh tanya dengan ibu Hellen.   “Permisi Tuan John, bisa kita bicara sebentar?” ujar salah satu pihak kepolisian yang telah berdiri di dekat mereka dan memanggil ayah Hellen. Ayah dan ibu Hellen langsung menoleh ke arahnya. Polisi itu langsung membawa kedua orang tua Hellen untuk sedikit menjauh dari Hellen dan menceritakan apa yang telah terjadi di tempat ini.   Dengan penuh perhatian pasangan suami istri itu mendengarkan tiap detail cerita yang dilontarkan pihak polisi itu, sesuai apa yang tengah diceritakan oleh Hellen. Baik ayah maupun ibu Hellen sama-sama melempar wajah terkejut sekaligus tidak percaya mendengar semua detail kejadian itu. Ibu Hellen sampai menutup mulutnya yang melongo lebar dengan kedua tangan saking terkejutnya. Sesekali mereka akan menoleh ke arah Hellen yang kini terlihat begitu terpuruk dengan menangis tiada henti sembari memeluk kedua lututnya.   Merasa tidak sanggup menahan kemalangan yang terjadi pada kedua anak itu seketika membuat ibu Hellen meneteskan air mata dan berakhir memeluk tubuh Hellen lagi dengan penuh kasih. Kedua anak dan ibu itu saling berpelukan satu sama lain dengan erat sembari menangis bersama. Mereka berdua saling menguatkan satu sama lain.   Di lain sisi tidak dipungkiri bahwa ayah dan ibu Hellen merasa begitu bersyukur karena tidak terjadi apa pun pada anak gadis mereka berkat pengorbanan yang dilakukan oleh Danny. Meski begitu, mereka juga tetap merasa prihatin akan nasib dari anak tetangga mereka yang sudah dianggap mereka sebagai anak kandung sendiri juga.   Di sana mereka tidak bisa menemukan Dave dan menguatkan pria itu, karena Dave sendiri juga tengah meluncur ke lapangan untuk mencari sendiri anak kandungnya, Danny, yang telah menjadi korban dari monster tersebut. Tidak bisa dibayangkan betapa rapuhnya hati Dave saat ini yang harus mencari sendiri mayat anak satu-satunya.   Sementara Laura, ibu kandung Danny kemungkinan masih belum mengetahui apa yang tengah terjadi pada anak mereka. Betapa malangnya wanita itu jika nanti akhirnya mengetahui apa yang tengah terjadi saat ini. Ibu Hellen tidak bisa membayangkan betapa terlukanya hati Laura karena telah kehilangan anak yang paling dicintainya itu.   Ayah Hellen yang merasa ikut bersedih akhirnya datang menguatkan istri dan anaknya. Pria paruh baya itu sebenarnya ingin ikut membantu pencarian malam ini, namun selain pihak polisi masih belum mengijinkan untuk ikut mencari karena dinilai terlalu berbahaya jika berurusan dengan monster yang tidak diketahui di malam hari, ayah Hellen juga memikirkan betapa hancur dan depresinya anak gadisnya saat ini yang pasti masih begitu trauma akan apa yang baru saja terjadi, akhirnya membuat pria itu mengurungkan niatnya.   Tuan John akhirnya membawa anak gadis dan istrinya pulang ke rumah mereka untuk menenangkan diri sembari menunggu kabar baru mengenai Danny. Mereka lebih memilih untuk menutup mulut lebih dulu dari Laura selaku ibu kandung Danny karena merasa tidak berhak untuk mengatakan situasinya secara langsung. Mereka menyerahkan situasi sulit itu pada Dave selaku suami Laura dan berharap yang terbaik untuk keluarga tersebut.   Sepanjang malam pihak polisi sibuk menelusuri area hutan dalam cuaca yang begitu dingin itu. Butir-butir salju yang begitu kecil mulai jatuh ke bumi, semakin mempersulit pihak pencari untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut karena jejak untuk menemukan Danny bisa saja akan terhapus oleh salju. Namun mereka tetap tidak menyerah untuk mencari, terutama Dave sendiri.   Dave bertekad untuk menemukan jejak anak kandungnya itu walau sebenarnya jejak darah itu sudah terputus di tengah hutan. Tidak ada apa pun lagi yang bisa membantu mereka untuk lebih mudah menemukan jejak Danny berada, dan itu sangat disayangkan. Kini mereka hanya mencari lewat insting dan strategi militer yang dipakai untuk mencari jejak seseorang.   Sementara itu, di rumah mereka Laura duduk sendirian melipat baju kering sembari menunggu kedatangan suami dan anaknya pulang ke rumah. Wanita itu melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan angka 11 malam. Merasa Danny tidak kunjung pulang ke rumah setelah anak itu ijin keluar rumah beberapa jam yang lalu membuat Laura mendesah lelah.   Wanita itu mulai mencemaskan anak semata wayangnya yang tidak kunjung datang. Ingin menelpon Danny untuk menanyakan keberadaannya di mana, namun Laura ingat bahwa ponsel Danny baru saja rusak entah karena apa. Dengan pelan Laura datang mendekati jendela rumah untuk melihat ke luar. Wanita itu cukup terkejut ketika melihat butiran salju telah jatuh membasahi keadaan jalan di luar. Salju pertama di musim itu. Pantas saja dirinya merasa cukup dingin malam ini.   Srek! Srek! Suara walkie talkie yang tersimpan di pinggang Dave terdengar.   “Koordinat A-2 kosong, ganti!” Suara itu lalu bersahutan dengan suara laporan yang lainnya yang mengatakan bahwa di tempat tersebut mereka tidak menemukan jejak apa pun. Dave mendengarkan dengan lekat semua info itu sembari tetap fokus mencari jejak sekecil apa pun yang menunjukkan keberadaan anak semata wayangnya tersebut.   Dia tidak memedulikan sama sekali betapa cuaca di hutan tersebut terasa begitu dingin hingga seperti menusuk kulit meski dirinya telah memakai pakaian tebal seperti itu. Dave masih tetap melanjutkan langkah kakinya dengan hati-hati sembari melihat ke sekitar area tersebut dengan lekat. Memperhatikan area yang dinilai berbahaya itu karena diprediksi terdapat monster yang telah menyerang Danny dan Hellen bersembunyi di sana.     Hingga hari menjelang pagi, Laura yang berakhir jatuh tertidur di atas sofa karena menunggu suami dan anaknya pulang samar-samar mendengar suara kunci pintu rumah tengah diputar. Secara perlahan Laura membuka kedua kelopak matanya. Wanita itu mulai memfokuskan diri sembari mengumpulkan nyawanya yang masih belum penuh terkumpul. Dirinya cukup terkejut ketika melihat ke sekitar bahwa ternyata dirinya jatuh tertidur di tempat itu dan hari telah menjelang siang.   Cklek! Akhirnya suara pintu rumah telah dibuka. Laura langsung menoleh ke arah pintu rumahnya. Wanita itu membangkitkan tubuh untuk melihat siapa yang datang. Dalam hati wanita itu berharap Danny sudah tiba di rumah karena dirinya mengkhawatirkan anak itu yang tidak pulang sepanjang malam.   Laura hendak melangkahkan kaki menuju ruang depan untuk menyambut siapa gerangan yang memasuki rumah mereka, ketika akhirnya suara itu terdengar.   “Mom!” Seketika hati Laura merasa lega mendengar suara Danny yang memanggil namanya. Tidak lama kemudian muncul sosok Danny yang memasuki rumah sembari mencari kehadirannya. Danny langsung tersenyum lebar ketika anak itu akhirnya melihat Laura berada.   Pria itu langsung menghampiri Laura dan memeluknya dengan erat, begitu juga dengan Laura yang tidak kalah erat memeluknya. Di belakang Danny, Laura bisa melihat Dave yang juga menunjukkan diri di depannya setelah menutup kembali pintu rumah mereka. Dave yang melihat istri dan anaknya saling berpelukan erat itu juga ikut tersenyum bahagia. Laura melempar senyum manis untuk Dave yang telah membawa Danny pulang.   “Ke mana saja kau Danny? Mom mencarimu sepanjang malam dan kau baru pulang pagi ini huh?” omel Laura kemudian setelah melepas pelukan mereka, yang langsung menimbulkan cengiran di bibir anak semata wayangnya itu. Dave datang menghampiri mereka berdua lalu mengacak dengan gemas kepala Danny karena telah membuat Laura khawatir sepanjang malam.   “Danny ...” gumam Laura.   “Danny.”   Laura langsung tersentak kaget dari tidurnya ketika dirinya samar-samar mendengar suara pintu rumah tengah dibuka. Wanita itu mengerjapkan kedua mata beberapa kali untuk mengumpulkan nyawanya. Mata Laura langsung menoleh ke arah sekitar di mana dirinya ternyata tengah jatuh tertidur di atas sofa setelah menunggu semalaman anak dan suaminya yang tidak kunjung pulang.   Hal ini sama seperti mimpi yang baru saja dialaminya. Jantung Laura terasa berdetak begitu kencang dan tidak tenang entah karena terbangun secara tiba-tiba atau karena hal lainnya. Laura yang tidak lama kemudian mendengar suara seseorang memasuki rumah, segera menoleh ke belakang menuju pintu rumah berada.   Wanita itu bangkit berdiri di tengah-tengah ruangan seperti dirinya yang ada dalam mimpi yang dialaminya. Laura menanti siapa yang datang itu, dan langsung bernapas lega ketika melihat Dave akhrinya menunjukkan batang hidungnya. Pria paruh baya itu menghentikan langkah ketika melihat Laura yang nampak menyambut kedatangannya.   “Dave,” panggil Laura. Segera wanita itu datang menghampiri Dave dan memeluknya dengan erat.   “Dave, apa kau melihat Danny? Anak itu tidak pulang sepanjang malam dan aku tidak bisa menelponnya karena ponsel Danny baru saja rusak,” tanya Laura selepas pelukan mereka terlepas. Laura menatap wajah Dave yang lebih tinggi darinya.   Pria itu nampak terlihat berbeda di mata Laura. Wajah Dave terlihat begitu lesu dan lelah. Laura juga baru menyadari bahwa tubuh Dave saat ini terasa begitu dingin dan hal itu membuat Laura semakin bertanya-tanya ada apa gerangan?   “Dave, apa kau baik-baik saja? Kenapa hanya diam saja? Tubuhmu juga dingin.” Laura mengusap kedua lengan Dave untuk menghangatkannya. “Apa kau di luar sepanjang malam huh?” Laura tidak henti menanyakan kondisi pria itu.   “Dave, ayo duduk. Aku akan mengambilkan minuman hangat untukmu, ya?” bujuk Laura yang lalu menarik tangan pria itu untuk mengarahkannya duduk di sofa. Namun tubuh Dave tidak ikut bergerak mengikuti tarikan tangan Laura hingga membuat wanita itu kembali menoleh ke arahnya.   Laura semakin bingung akan sikap Dave saat ini. Anak lelakinya tidak kunjung pulang sejak semalam, dan kini suaminya bertingkah aneh sejak kepulangan pria itu bertugas semalaman. Perasaan Laura mulai terasa tidak tenang.   “Dave, ada apa? Apa yang terjadi? Coba katakan padaku agar aku mengerti, hm?” bujuk Laura sekali lagi yang lalu menghadap ke arah Dave kembali. Dave sendiri masih terdiam di tempat dengan tatapan lesu ke arahnya membuat Laura semakin merasa cemas. Ditangkupnya kedua pipi Dave dan diusapnya dengan lembut pipi itu dengan jemari tangan Laura yang lentik.   “Dave, apa kau baik-baik saja? Katakan padaku apa yang terjadi. Jangan seperti ini Dave. Kau membuatku takut,” pinta Laura sekali lagi dengan lebih lembut. Kelembutan Laura itu nampaknya semakin membuat hati Dave merasa berat untuk mengatakannya.   Pria itu menghela napas dengan berat lalu mengadahkan wajahnya ke atas, berusaha untuk menahan genangan air mata yang begitu ingin meluap saat ini. Hingga akhirnya pria itu tidak bisa menahan bulir air mata lagi.   “Laura,” panggil Dave kemudian yang lalu menarik tubuh Laura mendekat dan memeluknya dengan erat. Laura yang mendapat perlakuan seperti itu menjadi bingung sendiri akan tingkah suaminya. Dengan patuh wanita itu membalas pelukan Dave.   “Dave?” panggil Laura yang sarat akan nada penuh tanya. Dalam pelukan mereka Laura bisa merasakan tubuh Dave yang gemetar. Laura akhirnya menyadari bahwa pria itu tengah menangis dalam diam dalam pelukan mereka. Hal itu semakin membuat Laura bingung setengah mati.   Dave bukanlah pria yang mudah menangis. Dave adalah pria yang tenang dan kuat. Melihat keadaan pria itu saat ini membuat Laura tentu merasa cemas sekaligus takut. Terakhir kali Laura melihat Dave menangis adalah saat dulu Laura menemani Dave yang bertemu ibu Dave di saat-saat terakhir beliau. Kini Dave kembali menangis di depannya dan itu sontak membuat Laura menjadi takut.   “Dave,” panggil Laura sekali lagi, meminta penjelasan untuk pria itu.   “Laura, Laura maafkan aku. Maafkan aku. Aku tidak bisa menemukan tubuh Danny, maafkan aku Laura,” ucap Dave kemudian yang suaranya terdengar bergetar karena pria itu mencoba keras menahan isak tangisnya. Ucapan Dave itu seketika membuat Laura membeku di tempat.   “Tu—tubuh Danny kau bilang? Apa maksudmu Dave?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN