Bab 29

1852 Kata
Hellen berlari dengan lebih cepat dibanding pria paruh baya yang tengah membawa kapak sembari mengikutinya dari belakang itu. Mereka berlari melewati mini market yang tadi sempat didatangi oleh Hellen. Di sana, pria kasir itu kebetulan tengah menoleh ke luar pintu kaca dan melihat kedua manusia berbeda gender itu berlarian di luar.   Terlebih dengan keberadaan seorang pria yang membawa kapak di belakang Hellen sontak membuat karyawan mini market itu langsung mengerutkan kening karena bingung. Buru-buru pria itu berlari keluar toko untuk melihat lebih jelas apa yang terjadi pada gadis itu.   “Hei!” seru pria kasir itu mencoba memanggil mereka berdua, namun Hellen dan pria bernama Edy itu tetap berlari lurus ke depan, tidak memedulikan teriakan pria itu. Pria kasir itu mengingat kembali ucapan Hellen waktu lalu yang mengatakan tentang seekor monster yang menyerang temannya. Hal itu membuat dirinya mulai membuatnya merasa semakin penasaran akan cerita tersebut.   Alhasil dengan cepat pria kasir itu berlari ke dalam untuk mengambil kunci dan mengunci pintu tokonya untuk sementara waktu. Setelah memastika semua aman, pria itu ikut berlari mengejar Hellen dan Edy yang sudah cukup jauh berada di depan sana.   Hellen dan Edy akhirnya tiba di taman itu. mereka berhenti di tempat sembari mengatur napas masing-masing. Dari kejauhan terlihat pria kasir yang ikut mengejar mereka hampir tiba. Hellen menoleh ke arah Edy.   “Di sana Tuan!” seru Hellen. Hellen menunjuk ke arah lorong yang dimasukinya bersama Danny tadi. “Teman saya ada di sana bersama monster itu!” jelasnya.   Edy menoleh ke arah lorong yang gelap tersebut. Tangannya yang memegang sebuah kapak cukup besar kini mengerat dan bersiap untuk melawan sesuatu yang dianggap berbahaya itu.   “Ayo cepat kita ke sana!” ucap Edy dengan tegas. Hellen mengangguk mengiyakan. Setelahnya mereka berdua kembali berlari menuju lorong tersebut dan memasukinya. Tidak beberapa lama pria kasir itu akhirnya sampai di taman yang ditempati Hellen tadi. Pria itu bisa melihat Hellen dan pria kapak tersebut baru saja memasuki lorong bangunan yang terlihat gelap di sana.   Muncul rasa ragu untuk pria kasir itu tetap mengikuti mereka berdua, namun kemudian segera ditepisnya. Pria kasir itu kembali berlari mengejar Hellen dan pria kapak tadi. Ketika dirinya sudah berada dekat dengan pintu lorong, terdengar mobil yang melaju kencang mendekati tempat itu.   Pria kasir itu berhenti dan terkejut melihat mobil polisi yang baru saja tiba itu. Mobil milik Dave, ayah kandung Danny. Pria itu dan teman kerjanya segera keluar dari mobil dan mendekati pria kasir tersebut. Melihat kedatangan polisi itu seketika membuat pria kasir tersebut semakin yakin bahwa gadis itu tidak mengada-ada akan ceritanya.   “Di sana! Aku melihat gadis itu memasuki lorong ini!” ucap pria kasir itu langsung menunjuk tempat Hellen berada tanpa diminta kedua polisi itu. Segera Dave dan teman kerjanya berlari mengejar Hellen. Lorong yang cukup panjang dan gelap itu dilewatinya secepat mungkin, hingga Dave akhirnya bisa melihat siluet dua orang yang berdiri tidak jauh dari ujung lorong. Dave mempercepat langkah kakinya. Begitu juga dengan teman kerja dan pria kasir yang mengikutinya dari belakang itu.   “HELLEN!” panggil Dave yang perlu beberapa meter lagi sampai di tempat gadis itu. Edy yang mendengar suara dari Dave lalu menoleh ke belakang dan melihat pria itu akhirnya sampai di dekat mereka. Edy bergerak minggir ke samping, mempersilahkan Dave mendekati Hellen yang berada di depannya.   “Hellen,” panggil Dave sekali lagi dengan suara lebih lembut. Pria paruh baya itu semakin datang mendekati Hellen. Gadis itu nampak menundukkan kepala dalam-dalam. Tidak lama kemudian Hellen menoleh dengan pelan ke belakang, untuk melihat Dave. Seketika pria itu langsung terpaku di tempat melihat derai air mata Hellen yang sudah banjir di depannya.   “Paman, hiks hiks paman, Danny ...” isak tangis Hellen semakin membuat Dave tidak sabar. Pria itu akhirnya semakin mempercepat langkah kakinya melewati ujung lorong dan langsung membeku di tempat. Kedua matanya langsung melebar ketika melihat kondisi dari lokasi kejadian dengan lebih jelas. Ternyata di balik tubuh Hellen, genangan darah dalam jumlah banyak sudah mengotori lantai di sana.   “Oh My God!” gumam pria kasir di belakangnya yang baru saja tiba di tempat bersama dengan teman kerja Dave. Mereka semua sama-sama terpaku di tempat melihat banyaknya genangan darah yang berceceran di sana.   Sebagian terciprat ke sana dan ke mari, dan yang paling membuatnya terlihat mengerikan adalah jejak darah yang terseret ke arah luar tempat itu, membekas di dinding tembok dan juga dinding kawat, mengarah pada semak belukar di balik dinding kawat. Jika dilihat dari bagaimana darah tersebut menyebar, sepertinya telah terjadi perlawanan antara Danny dengan monster itu.   Adegan yang bisa diterima adalah mereka berdua sempat melakukan pergulatan di atas lantai, lalu monster itu sempat melempar tubuh Danny yang berlumuran darah ke tembok sehingga menimbulkan bekas darah di sana. Tubuh Danny yang melemas jatuh merosot ke lantai kembali, dan monster itu akhirnya menyeret tubuh Danny yang melemas menuju pagar kawat, dan membawanya naik, lalu kabur melewati semak-semak belukar menuju area hutan.   Semua itu juga dibuktikan dengan bekas darah yang tertempel di dinding kawat dan tetesan darah yang juga jatuh di atas tanah dan ada yang menempel di semak-semak, mengarah pada area hutan. Segera teman Dave meraih alat panggilnya untuk melaporkan keadaan di sana untuk meminta bantuan. Dave sendiri masih mencerna apa yang terjadi. Dirinya mengingat kembali cerita Hellen yang menyebut nama Danny anaknya. Segera pria itu menghampiri Hellen dan meraih kedua lengan gadis itu.   “Hellen, di mana Danny?! Di mana dia?!” tanya Dave dengan tegas.   “Hikh hiks paman, monster itu memakan Danny. Dia—dia mencabik bahu Danny terakhir kali aku melihatnya. Dan sekarang Danny tidak ada. Bagaimana ini Paman? Tolong selamatkan Danny hiks, tolong selamatkan dia,” pinta Hellen dengan isak tangisnya.   Gadis itu merosot lemas ke bawah dan menangis sekencang-kencangnya di tempat itu. Sementara Dave sendiri masih begitu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, terlebih melihat genangan darah yang ada di depan matanya. Genangan darah yang kemungkinan adalah milik anak kandungnya sendiri.   Rasa sakit dan sesak dalam dadanya seketika membuat tubuh Dave gemetar. Seketika ingatan Dave langsung mengarah pada tiap korban dari kasus yang sama. Semua korban berakhir tragis di tangan pelaku yang diprediksi Dave adalah seekor monster itu.   “Hiks hiks Danny, Danny maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan aku,” racau Hellen yang kini benar-benar jatuh dalam rasa penyesalan yang mendalam akan kematian Danny.   “Dave, aku sudah menelpon mereka. Sebentar lagi tim pencari akan tiba di tempat,” lapor teman kerja Dave di sebelah pria itu. Mendengar suara temannya, Dave lalu mengerjapkan kedua matanya beberapa kali untuk menyadarkan diri. Benar, belum tentu Danny benar-benar telah tiada.   Untuk yang pertama, mereka harus bisa menemukan tubuh Danny lebih dulu dan mencari monster yang menyerang Danny dan Hellen itu. Dave bergerak mendekati Hellen kembali. Pria itu berjongkok di depan Hellen yang sudah terduduk lemas di atas tanah. Gadis itu masih menangis terisak menyalahkan diri sendiri akan kematian Danny dengan kepala yang menunduk dalam.   Dave merasa sulit untuk berkata pada awalnya, namun kemudian pria paruh baya itu menghela napas dengan berat. Ditepuknya dengan lembut pundak kecil Hellen.   “Jangan menangis Hellen. Semua akan baik-baik saja. Aku akan mencari Danny setelah ini dan menyelamatkannya. Kau lebih baik pulang ke rumah dan tunggu kabar selanjutnya. Jika mungkin aku juga membutuhkan keteranganmu nanti di kepolisian, aku akan mengubungimu kembali, kau mengerti kan?” ucap Dave sekaligus menyarankan gadis itu pulang untuk menenangkan diri. Tapi Hellen langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat.   “Tidak paman. Aku ingin mencari Danny juga. Aku harus menemukan Danny, Paman!” Hellen menatap Dave dengan pandangan memelas. Namun semua itu tidak berguna di mata Dave saat ini.   “Ini adalah tugas kepolisian untuk mencarinya. Ini juga sangat berbahaya untuk gadis sepertimu Hellen. Lebih baik kau pulang saja. Orang tuamu pasti tengah mengkhawatirkan keberadaanmu saat ini.”   “Paman,”   “Tidak apa. Percayalah pada Paman. Aku pasti akan menemukan anakku kembali, oke?!” Dave berusaha membujuk Hellen untuk mendengarkan sarannya.   “Hiks hiks.” Hellen kembali terisak mendengar janji itu. Seharusnya ini tidak boleh terjadi. Seharusnya dirinya mendengarkan ucapan Danny yang memperingatinya untuk lebih berhati-hati tadi. Seharusnya dirinya mampu menahan diri dan mendengarkan larangan Danny. Seharusnya ... seharusnya dirinya tidak perlu meninggalkan Danny sendirian tadi.   Hellen merasa itu adalah kebodohannya yang paling besar. Hellen sudah jelas melihat raut wajah ketakutan di wajah Danny ketika menyuruhnya untuk pergi. Hellen tahu bahwa sebenarnya Danny tidak ingi ditinggal sendiri, tapi dirinya justru melangkah pergi. Hellen terlalu bodoh dan jahat untuk Danny.   Hellen tidak bisa menahan diri untuk tidak menyalahkan diri sendiri atas kematian Danny. Walau mereka masih belum jelas mengetahui kondisi Danny saat ini, tapi Hellen sudah merasa yakin bahwa ini adalah perpisahan dirinya dengan Danny. Melihat bagaimana parahnya luka Danny saat terakhir kali dilihatnya tadi, Hellen merasa putus asa dan tidak bisa berharap lebih. Karena itu, dirinya hanya bisa menangis saat ini.   Mobil polisi yang lain kembali datang di tempat kejadian. Suara sirine dari mobil tersebut, juga berkumpulnya banyak polisi, dan orang di sekitar tempat itu berhasil menimbulkan perhatian beberapa warga yang akhirnya menyadari ada sesuatu yang tidak beres.   Satu per satu warga yang menyadari adanya kejadian penting di tempat itu datang mendekat untuk mencari tahu lebih lanjut. Bahkan lorong bangunan itu juga diberikan tanda pembatas agar warga tidak datang mendekati tempat tersebut. Hal itu semakin menimbukan kecurigaan yang lebih besar di benak para warga.   Beberapa polisi yang bertugas bergerak menelusuri area sekitar bangunan tersebut termasuk dengan arah semak-semak belukar. Mereka tidak segan memanjat dinding kawat untuk mencari tahu lebih lanjut. Satu-satunya jejak yang mereka bisa ikuti adalah tetesan darah segar yang diduga adalah milik Danny, yang menetes menuju arah semak-semak belukar semakin dalam.   Dengan jejak itu mereka berpikir bahwa monster yang menyerang Danny telah membawa tubuh Danny menuju ke area hutan. Sebagian juga tengah memeriksa identitas darah yang menggenang di sana hanya untuk memastikan bahwa genangan darah itu adalah benar milik Danny.   Sementara Hellen sendiri yang masih bersikeras untuk berada di sana kini akhirnya ikut membantu jalannya penyelidikan tersebut dengan meberikan keterangan yang lebih detail pada pihak petugas. Hellen telah diberikan selimut yang cukup hangat untuk melindungi tubuhnya yang menggigil kedinginan sekaligus ketakutan.   Membutuhkan beberapa waktu untuk Hellen akhirnya bisa menenangkan diri meski tidak begitu baik hingga akhirnya bisa berpikir dengan lebih jernih dan menceritakan dengan detail apa yang telah terjadi pada mereka berdua.   Hellen dan Danny melihat seseorang melangkah terhuyung menuju tempat kejadian dan mencoba untuk membantunya. Namun tanpa diduga mereka mendapat serangan seperti itu. Baik dari segi kecepatan, tingkah laku, bentuk, wajah, dan suara dari makhluk itu, Hellen berusaha mendeskripsikan dengan sedetail mungkin agar pihak polisi bisa mencari tahu lebih lanjut dan segera menemukan Danny.   Hanya itu yang paling diharapkan oleh Hellen saat ini. Sementara di luar lorong tersebut, beberapa warga sudah berkumpul di sana dan saling berkasak-kusuk ingin mencari tahu lebih lanjut. Berkat penjelasan dari pria kasir dan pria yang bernama Edy itu akhirnya para warga bisa mengetahui lebih jauh bahaya apa yang baru saja mengancam Hellen dan Danny.   Hal itu seketika membuat para warga merasa takut dan heboh sendiri. Sebelumnya kasus yang serupa bisa ditutupi karena tidak ada saksi hidup yang bisa menceritakan kronologinya dengan jelas di depan para warga. Namun sekarang berita telah tersebar, dan pastinya hal ini akan menjadi gempar di antara warga sekitar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN