Bab 57

2531 Kata
Tok! Tok! Tok! Suara pintu diketuk dari luar. Seseorang melangkah datang menghampiri pintu tersebut dan membukanya.   “Oh Hellen,” sapa Mom dengan antusias.   “Selamat sore bibi Laura. Aku datang untuk menemui Danny, Bi.” Hellen tidak kalah antusiasnya dengan Mom. Mereka berdua terlihat senang. Pintu rumah kembali ditutup setelah Hellen memasuki rumah kami. Kedua wanita itu berbeda generasi itu melangkah bersama semakin masuk ke dalam ruangan.   “Danny ada di kamarnya Hellen. Apa kalian akan belajar bersama?”   “Ya Bi. Aku dengar Danny akan memulai sekolahnya kembali, karena itu aku sudah menyiapkan beberapa catatan pelajaran penting untuk Danny.”   “Oh Hellen terima kasih Sayang. Kau sangat membantu Danny.”   “Itu bukan masalah besar Bibi. Serahkan saja padaku.” Hellen nampak begitu semangat sore ini entah kenapa. Dan hal itu sepertinya juga membuat Mom ikut bersemangat sore ini. “Paman Dave di mana Bi? Aku tidak melihatnya.”   “Aku di sini, Hellen.” Suara kursi roda terdengar dari arah kamar Mom dan Dad setelahnya. Suara itu bergerak keluar menuju Hellen dan Mom.   “Oh, hai paman. Apa aku telah mengganggumu?”   “Tentu tidak, Hellen. Aku hanya baru saja selesai membersihkan diri di dalam. Senang kau datang.”   “Ah benarkah? Pantas saja paman terlihat lebih luar biasa sekarang.”   “Hahahaha,” tawa Dad terdengar begitu renyah yang disusul dengan tawa yang lainnya.   “Hellen, apa kau ingin masuk ke kamar Danny? Aku rasa anak itu sudah menunggumu di atas,” tawar Mom dengan santai. Mom tentu sudah terbiasa dengan kedekatanku dan Hellen selama ini. Membuatku tersenyum kecil mendengarnya.   “Boleh Bi. Kalau begitu Hellen akan pergi ke atas sekarang. Sampai nanti Bi, Paman.”   “Ya. Aku akan mengirim makanan ringan untuk kalian nanti,”   “Itu bagus. Terima kasih Bibi Laura!” seru Hellen yang terdengar semakin semangat. Langkah kaki Hellen mulai terdengar menapaki satu per satu anakan tangga menuju kamarku yang berada di lantai atas. Di dalam kamar mandi aku berdiri diam menikmati tiap suara yang terdengar dari interaksi mereka semua, dan menanti dengan tenang langkah kaki Hellen yang menuju ke kamarku sekarang.   Kemampuan dari indera pendengaranku yang tajam ini masih terasa menakjubkan bagiku. Aku seolah bisa mengetahui apa yang terjadi di sekitarku tanpa perlu melihat secara langsung. Seperti saat ini. Aku bisa mendengar suara langkah kaki Hellen yang sedari tadi sibuk mondar-mandir di kamarnya sendiri, yang berada tepat di seberang kamarku, lalu langkah kaki itu bergerak turun ke lantai bawah menuju ke luar rumah, dan berdiri di depan pintu rumahku.   Lalu semua interaksi yang terjadi di bawah semakin terdengar jelas di indera telingaku yang tajam hingga akhirnya Hellen sampai ke atas dan membuka pintu kamarku. Aku bisa mendengar suara langkah kaki Hellen yang berjalan melambat di tengah ruangan kamar, dan berhenti di tempat. Sebelum kemudian beralih mendekati ranjang dan merebahkan diri di sana setelah meletakkan tas yang tengah dibawanya di atas meja.   Nampaknya Hellen telah mendengar gemericik air yang tengah kunyalakan saat ini dan memutuskan untuk menungguku selesai di sana. Aku kembali tersenyum simpul. Entah kenapa aku merasa seperti seorang penguntit sekarang, walau aku tidak berencana untuk memata-matai pergerakan Hellen secara sengaja.   Aku merasa malu sendiri, namun aku juga merasa senang. Aku merasa aku telah menjadi semakin dekat dengan Hellen karena aku bisa melihat apa saja aktifitas yang gadis itu lakukan sepanjang hari ini. Termasuk dengan urusan kamar mandi. Aku cukup merasa bersalah pada gadis itu karena telah menguntitnya tanpa kuingin. Tapi aku sendiri juga tidak tahu apa yang bisa kulakukan dengan telinga tajamku ini.   Ini bukannya aku bisa mengatur jangkauan pendengaranku sesuka hati, karena itu, aku tidak akan memberi detail lebih kepada Hellen tentang bagaimana jauhnya kemampuan superku ini bekerja. Hellen pasti akan membunuhku karena tidak bisa menanggung rasa malu, jika gadis itu tahu bahwa aku bisa mendengar semua yang dilakukannya sepanjang hari ini. Memikirkan hal itu seketika membuatku terkekeh geli.   Aku membiarkan Hellen menungguku dengan santai di atas ranjang sementara aku sendiri masih menikmati aliran air hangat yang memanjakan tubuhku dari ujung kepala hingga ujung kaki saat ini. Lagi pula jadwal pertemuan kita masih belum waktunya. Hellen saja yang datang lebih cepat dari waktu yang kami janjikan tadi.   Tidak akan membutuhkan waktu yang lama sampai aku akhirnya mematikan pancuran air yang membasahi tubuhku itu. Kedua tanganku bergerak menyugar rambut basahku ke belakang dan menyapu air yang membasahi wajahku. Setelahnya aku menarik handuk bersih untuk mengeringkan tubuh dan menutupi bagian bawahku. Sementara handuk yang lainnya kugunakan untuk mengeringkan rambutku. Aku bergerak membuka pintu kamar mandi dan keluar dengan santai menemui Hellen.   Suara pintu yang terbuka tidak membuat gadis itu langsung menoleh ke arahku. Aku bisa melihat langsung dengan mataku bagaimana Hellen menyamankan diri berbaring di atas ranjangku dengan menutup kedua matanya saat ini. Aku tersenyum kecil sembari menggelengkan kepala.   Hellen selalu pintar bersikap santai di kamar orang lain, tidak perduli jika itu merupakan kamar seorang pria sekalipun sepertiku. Jika itu kepadaku, maka semua akan baik-baik saja karena aku akan berusaha menjaga Hellen sebagai seorang gadis. Kecuali gadis itu sendiri yang meminta tentunya.   Jika Hellen sendiri yang meminta, rasanya aku akan sulit menolak makanan lezat yang tersaji di depan mataku. Kurasa itu adalah hal yang wajar bagi seorang pria bukan? Tapi kuharap Hellen tidak bersikap terbuka seperti ini pada pria yang lain, terutama pada Jason. Mungkin aku bisa menjadi marah jika dia melakukan itu.   Jason adalah serigala liar yang berbahaya bagi seorang wanita, terutama untuk Hellen yang selama ini selalu berusaha kujaga layaknya gadisku sendiri. Tentu saja aku tidak akan terima jika Jason melakukan hal yang tidak-tidak pada Hellen. Aku menarik napas dalam lalu menghembuskannya dengan panjang. Berusaha mengatur emosiku yang sempai meningkat, hanya karena memikirkan kelakuan b***t Jason.   Memikirkan pria itu sungguh membuat emosiku tidak beraturan. Entah kenapa aku sangat membenci pria itu, dan aku tahu bahwa Jason juga memiliki perasaan yang sama sepertiku. Entah sejak kapan kami berdua saling membenci satu sama lain dan memulai pertempuran tak kasat mata ini. Aku sungguh tidak ingin memikirkannya. Aku hanya akan fokus pada Hellen yang berada di dalam kamarku sekarang. Setelah itu aku kembali melangkahkan kaki sesantai mungkin.   “Kupikir kita sepakat dengan aku yang datang ke tempatmu Hellen?” sapaku dengan santai yang langsung membuat Hellen membuka kedua matanya kembali. Gadis itu mengangkat kepalanya untuk menoleh ke arahku, dan detik kemudian gadis itu langsung terpaku melihatku. Aku menyadari Hellen tengah terpesona dengan bentuk tubuh atasku yang kini nampak bidang dan telanjang di depan matanya.   “Wow,” ucap Hellen yang lebih seperti sebuah bisikan. Mataku bergerak dari tubuhku sendiri berganti ke arah Hellen lagi dan memerhatikan gadis itu. Satu alisku terangkat ke atas melihat Hellen yang seakan berubah menjadi serigala betina yang lapar. Aku tersenyum miring dibuatnya. Jadi sekarang tubuhku bisa membuat Hellen berekspresi seperti ini? Batinku merasa bangga.   “Kau terlihat seperti ingin memakanku Hellen,” candaku sekaligus menyindir gadis itu.   “Tubuhmu benar-benar luar biasa Danny,” balas Hellen tanpa berniat menyembunyikan pikiran mesumnya dariku. Membuatku tertawa geli mendengarnya.   “Kau terdengar seperti wanita perayu sekarang.”   “Bagaimanapun juga aku seorang gadis yang suka barang seksi, jika kau lupa Danny.” Hellen nampak begitu santai menanggapi sindiranku itu. Kini gadis itu beralih mendudukkan diri di pinggir ranjang sembari memerhatikan diriku dengan lekat yang membuka lemari dan mengambil kaos baru.   Aku akan memakainya. Namun terhenti ketika aku menangkap mata Hellen yang masih terlihat begitu antusias memerhatikan diriku yang hendak memakai baju. Aku semakin terkekeh geli melihatnya.   “Apa kau akan tetap melihatku seperti gadis m***m Hellen?” sindirku pada gadis itu. Hellen menanggapiku dengan tidak kalah santai.   “Aku sudah terbiasa melihat kau membuka baju di depanku Danny. Apa bedanya?”   “Bedanya adalah sekarang kau melihatku seperti gadis lapar,” jawabku dengan singkat. Terdengar suara kekehan kecil dari Hellen yang sepertinya menyetujui ucapanku itu. Aku sendiri kembali melanjutkan kegiatan memakai bajuku di depan Hellen. Lalu celanaku. Sebelum memakainya, aku menyempatkan diri untuk menoleh ke arah gadis itu.   Hellen masih berusaha mengatur tawanya karena perbincangan kami tadi, namun setelah tatapan kami bertemu kembali, gadis itu juga paham apa yang perlu dilakukannya saat ini.   “Baiklah, baiklah. Aku mengerti Danny.” Hellen membalikkan tubuh dan memberikan ruang untukku berganti baju. Aku tersenyum melihatnya. Sejujurnya aku tidak pernah mengganti baju di depan gadis lain selain Hellen selama ini. Itu pun karena aku juga terpaksa melakukannya.   Sikap Hellen yang selama ini terlihat acuh tak acuh pada tubuh kurusku, membuatku juga ikut acuh tak acuh pada kehadiran Hellen. Aku hanya berpikir bahwa bagaimanapun aku telanjang di depan Hellen, gadis itu tidak akan pernah tertarik dengan tubuh kurus dan lemah seperti milikku itu. Namun untuk sekarang, dengan tubuh sempurna seperti ini, entah kenapa aku menjadi sedikit merasa malu.   Hellen menunjukkan ketertarikan secara terang-terangan pada tubuh ini, dan itu mau tidak mau membuatku merasa lebih peduli dengan keadaan tubuhku sendiri. Ini seperti kau akan merasa sayang jika harus memperlihatkan sesuatu yang indah pada orang yang kau suka, tanpa mendapat imbalan sama sekali dari itu.   Setidaknya aku ingin bersikap sedikit mahal di depan Hellen yang mulai menunjukkan ketertarikannya pada tubuhku. Astaga, apa yang kupikirkan saat ini? Sejak kapan aku bisa berpikir sepicik ini kepada Hellen? Aku merasa salah, namun aku juga tidak ingin mengabaikan perasaan picik ini begitu saja.   Sepertinya keinginanku untuk memiliki Hellen menjadi lebih besar dari sebelumnya. Aku benar-benar mulai serakah akan kelebihanku ini. Ini tidak bagus bukan? Tapi sayangnya aku justru tetap menikmati keadaan ini.   Aku telah selesai berpakaian. Kini aku kembali menggosok rambut basahku dan menghampiri Hellen dengan santai. Aku mengambil tempat duduk di sebelahnya dan membuat gadis itu menoleh kembali ke arahku. Mata kami bertemu dan saling menyusuri dengan lekat. Gerakan tanganku yang menggosok rambut basah dengan menggunakan handuk, kini memelan hingga akhirnya berhenti karena ikut terpaku dengan tatapan mata Hellen saat ini.   Aku seperti tahu bahwa gadis itu sengaja ingin menggodaku lewat tatapan matanya yang lurus ke arahku. Apa aku terlihat setampan itu di mata Hellen sekarang? Tanpa sadar wajah kami mulai mendekat secara perlahan.   Haruskah aku menciumnya? Pertanyaan nakal itu mau tidak mau terlintas dalam pikiranku begitu saja. Apa lagi yang akan dilakukan oleh sepasang muda-mudi setelah mereka saling berpandangan dengan lekat seperti ini.   Mataku bergulir dari kedua mata Hellen menuju bibir segar gadis itu. Sudah lama aku selalu memerhatikan bibir itu secara diam-diam. Mungkin ini adalah salah satu kesempatanku untuk bisa merasakan tekstur lembut dari bibir Hellen, iya kan? Aku sibuk berpikir lamat dalam kepala sembari memerhatikan bibir itu dengan intens hingga waktu beberapa saat telah berlalu di antara kam berdua.   “Haruskah kita memulai pelajarannya?” tawarku secara tiba-tiba yang langsung membuat Hellen mengerjapkan kedua matanya. Aku meringis dalam hati. Pada akhirnya aku tetap menjadi seorang pengecut.   Aku hanya memilih untuk mengalihkan pandangan mata dari gadis itu menuju tas ransel Hellen yang ada di atas meja. Aku memilih untuk menghindar darinya. Betapa bodohnya aku yang telah melewatkan kesempatan manis ini. Dalam hati aku berteriak sekencang mungkin merutuki kebodohanku sendiri.   Bagaimanapun juga Hellen adalah gadis pertamaku. Gadis yang selama ini berhasil menarik perhatianku dan gadis yang paling dekat denganku. Mencium Hellen di saat seperti ini hanya akan membuatku menjadi gugup setengah mati dan menghancurkan semuanya. Aku tidak ingin membuat keadaan di antara kita menjadi canggung setelahnya. Aku terlalu takut untuk melakukan kesalahan itu di depan Hellen.   Ahh bodohnya aku. Kulihat Hellen juga bertingkah tidak biasanya. Gadis itu sedikit terkejut dengan tawaran belajar dariku tadi dan mulai menjadi salah tingkah. Aku hanya berpura-pura untuk tidak menyadari sikap Hellen sekarang, agar tidak semakin membuat suasana di antara kita menjadi lebih canggung.   “Ya, tentu. Ayo mulai belajarnya,” jawab Hellen kemudian. Aku kembali bergerak bangkit dari duduk untuk menaruh handuk yang kugunakan di atas sampiran. Lalu melangkah menuju meja belajarku untuk membawa beberapa buku sekaligus mengambil tas ransel Hellen.   Hellen masih duduk diam memerhatikan tiap pergerakanku. Aku membawa mereka semua menuju meja santai yang berada di sudut yang lain, dan mendudukkan diri di depan meja itu. Hellen ikut bangkit dan menghampiriku. Gadis itu mendudukkan diri di atas bantal kursi yang tidak jauh dariku dan mulai membuka tas ransel yang dibawanya. Kami berdua akhirnya mulai belajar bersama.   Kota sore itu cukup dipenuhi banyak warga yang melakukan perjalanan baik dari segi transportasi maupun dengan pejalan kaki. Salju yang sudah terlihat menyusut membuat jalan di sana menjadi lebih mudah. Sisanya beberapa petugas terlihat sibuk membersihkan sisa-sisa salju yang menumpuk untuk mempermudah pengguna jalan.   Semua terlihat berjalan seperti hari-hari biasa. Tanpa mereka sadari bahwa ada sesuatu yang asing tengah bergerak menelusuri area bawah yang merupakan saluran air di sana. Seorang gadis kecil yang tengah duduk santai di pinggir jendela menikmati makanannya bersama dengan keluarga lalu menoleh ke arah jalan raya dan memerhatikan pejalan kaki yang lewat.   Gadis kecil itu nampak senang dan antusias melihat pemandangan di luar kafe dengan makanan lezat yang tengah dinikmatinya. Sementara kedua orang tuanya tengah asik berbincang satu sama lain dengan keluarga yang lain yang juga ikut berkumpul bersama mereka.   Ketika gadis kecil itu tengah asik memerhatikan suasana di luar ruangan dari jendela, tanpa sengaja gadis kecil tersebut melihat pergerakan kecil dari penutup lubang tempat saluran air yang berada di seberang jalan. Gadis kecil itu seketika menyatukan kedua alisnya dengan raut wajah heran memerhatikan itu.   Nampak penutup lubang bergerak membuka kecil dan menunjukkan sebuah tangan asing yang berbentuk panjang dengan kuku tajam ke luar, nampak mengerikan. Sebelumnya tidak ada yang menyadari kejadian itu karena semua orang nampak begitu fokus dengan apa yang tengah dilakukan masing-masing dari mereka saat ini.   Gadis kecil itu lalu melihat bayangan kedua mata besar yang terlihat dari celah penutup yang sedikit terbuka itu. Gadis kecil merasa takut melihatnya. Gadis itu langsung menarik ujung baju yang dikenakan ibunya, meminta perhatian.   “Mom! Mom lihat itu!” seru gadis kecil itu kemudian. Ibu gadis itu langsung menoleh ke arahnya dengan wajah bingung.   “Ada apa, Sayang? Kenapa kau berteriak?” tanya wanita tersebut.   “Mom lihat di sana! Sesuatu muncul dari lubang itu!” seru gadis kecil berusaha menjelaskan apa yang baru saja dilihatnya dengan menunjuk lubang tersebut. Namun ketika gadis kecil itu melihat kembali, penutup lubang di sana sudah tertutup kembali. Membuat dirinya heran sekaligus bingung, begitu juga dengan beberapa orang di dekatnya yang ikut menoleh ke tempat yang ditunjuk. Tidak ada apa pun yang aneh di sana.   “Ada apa? Mom tidak melihat ada yang aneh Sayang,” ujar ibunya dengan berusaha sesabar mungkin.   “Tapi—“ Tiba-tiba mereka semua langsung dikejutkan dengan suara teriakan ynag begitu kencang dari dalam kafe, lebih tepatnya di bagian dapur.   “KYAAA Tolong! Ada monster, tolong!”   “Kyaa!”   “Ha? Ada apa? Ada apa?!”   Suara teriakan itu saling bersahut-sahutan dari bagian dalam dan langsung membuat semua orang di bagian luar dapur  menjadi panik. Terlebih ketika terdengar suara barang-barang yang dilempar sana-sini dengan begitu berisik disertai kobaran api yang mulai membesar.   Hal selanjutnya yang lebih mengerikan adalah munculnya makhluk asing yang terlihat mengerikan seperti monster, melompat ke atas meja kasir yang berhubungan dengan area dapur. Monster itu dengan mengerikan bertengger di atas meja dan memerhatikan semua orang yang ada di sana.   Di satu tangannya terdapat seorang wanita yang sudah tidak sadarkan diri dengan darah segar keluar dari mulut dan beberapa bagian tubuhnya. Seketika semua orang yang masih tersisa di tempat dan melihat kejadian itu langsung berhamburan keluar dari tempat tersebut, termasuk dengan gadis kecil dan keluarganya tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN