Bab 28

1575 Kata
Hellen berlari sekuat mungkin memaksa kakinya untuk meninggalkan tempat itu. Kedua air matanya tidak henti menangis, mengeluarkan air mata untuk keselamatan Danny, teman masa kecilnya, orang yang berarti baginya. Dengan kasar Hellen menghapus lelehan air matanya untuk kesekian kali dengan punggung tangan agar tidak mengganggu pandangan matanya di area gelap itu.   Dalam hati Hellen bertekad untuk segera keluar dari tempat itu dan mencari bantuan pada siapa pun yang ada. Dirinya harus bisa menolong Danny. Dirinya harus kembali dengan membawa bantuan untuk menyelamatkan Danny. Hellen tidak ingin semuanya terlambat dan membuat dirinya menyesal setengah mati.   Di depan sana, hanya perlu beberapa meter saja untuk Hellen berlari hingga akhirnya sampai di luar gedung kosong itu. Dan Hellen berhasil membuat itu. Napas Hellen nampak tersengal-sengal. Udara menjadi semakin dingin dari sebelumnya, bahkan kini gadis itu bisa melihat uap udara yang keluar dari bibirnya sendiri. Hellen tidak memedulikan betapa dinginnya saat itu.   Setibanya dirinya di luar kembali, Hellen langsung melarikan kedua matanya bergerak liar ke sana dan ke mari mencari bantuan yang bisa dimintanya. Sayang sekali taman itu sudah kosong dan sepi akan pengunjung. Melihat betapa sepinya tempat itu membuat Hellen berteriak frustasi.   “TOLONG! TOLONG! SIAPA SAJA TOLONG KAMI!” teriak Hellen kemudian dengan sepenuh hati. Namun tidak ada siapa pun yang bisa merespon suaranya. Cuaca semakin dingin, tentu tidak banyak orang yang akan ke luar rumah saat ini. Hellen merasa bingung. Tidak ada cara lain selain gadis itu mau tidak mau harus melangkah semakin menjauh dari tempat tersebut untuk mencari bantuan.   Hellen menoleh ke arah belakang di mana lorong panjang yang tadi dilewatinya berada. Kini lorong itu terlihat semakin mengerikan di mata Hellen. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Hellen masih tidak bisa rela jika harus meninggalkan Danny sendirian di dalam sana, tapi jika dirinya tidak segera meminta bantuan, Danny akan menjadi dalam bahaya. Hellen tidak mau hal itu terjadi.   Akhirnya dengan terpaksa Hellen kembali berlari meninggalkan tempat itu untuk mencari bantuan. Sembari berlari Hellen sibuk mencari kantong celananya dan meraih ponsel yang dibawanya tadi. Gadis itu dengan cepat mencari kontak Dave, ayah Danny yang seorang polisi. Hellen berniat menelpon Dave untuk mencari bantuan.   Menunggu suara sambungan hingga beberapa detik dan gagal membuat Hellen menjadi geram sendiri. Tidak putus asa gadis itu mencoba kembali menelpon Dave. Sampai panggilan ke sekian bahkan Dave tidak kunjung menjawab panggilannya. Hellen kembali menangis terisak di jalan yang dilaluinya.   Hellen merasa frustasi sekaligus putus asa karena tidak bisa mendapatkan jawaban dari Dave di saat-saat penting seperti ini. Mungkin pria itu tengah menjalankan tugas penting sehingga tidak bisa menerima panggilan apa pun. Tapi tetap saja ini membuat Hellen merasa marah karena menyangkut hidup dan matinya Danny, anak kandung Dave sendiri. Tubuh Hellen masih tidak berhenti gemetar namun gadis itu tetap berusaha memaksa tubuhnya untuk bergerak lebih.   “TOLONG! AKU MOHON TOLONG KAMI!” teriak Hellen dengan sekencang mungkin sepanjang dirinya berlari. Langkah kaki Hellen akhirnya sampai di tempat mini market yang tadi dikunjunginya bersama Danny. Dengan tergesa-gesa gadis itu berlari memasuki mini market dan langsung menghampiri meja kasir, di mana seorang pria bertubuh tinggi dan kurus tengah berdiri di belakang kasir.   Mini market itu ternyata juga tidak kalah sepinya dengan jalan di luar sana dan itu tidak menguntungkan Hellen yang tengah meminta bantuan. Hellen sampai menubruk depan kasir karena terlalu panik mencari bantuan, dan berhasil mengejutkan pria itu.   “Tolong! Aku mohon tolong kami! Selamatkan Danny!” pinta Hellen yang langsung membuat pria itu mengernyitkan kening dengan wajah heran sekaligus bingung.   “Hei apa yang kau katakan, Nona?” balasnya.   “Temanku telah diserang oleh monster Pak. Dia butuh pertolongan sekarang, jika tidak dia bisa mati! Aku mohon tolong kami hiks hiks,” jelas Hellen. Hellen kembali mengusap air matanya yang mengalir dengan punggung tangan.   “Apa? Monster? Apa kau gila Nona?”   “AKU TIDAK GILA!” bentak Hellen dengan keras karena merasa marah dan kesal dianggap gila oleh orang tersebut. Bagaimana bisa orang itu menganggapnya gila jika dirinya mengatakan hal yang sebenarnya?   “Ayo ikut aku dan selamatkan Danny!” pinta Hellen dengan lebih pelan setelah membentaknya. Namun sepertinya pria itu masih tidak bisa mempercayai ucapan Hellen dan justru memandangnya dengan tatapan merendahkan. Hellen tahu bahwa pria itu hanya menganggap dirinya sebagai gadis yang gila saat ini dan itu membuat Hellen semakin frustasi sekaligus geram.   “f**k YOU!” umpat Hellen seketika melampiaskan amarahnya. Gadis itu kembali berlari menuju pintu keluar bermaksud mencari pertolongan yang lain. di belakangnya terdengar seruan pria kasir tad yang juga membalas umpatan Hellen dengan umpatan yang lainnya. Namun Hellen sendiri tidak mempedulikan pria itu lagi. Gadis itu tidak memiliki waktu lebih untuk sekedar membalikkan kepala untuk membalasnya.  Dengan kasar Hellen menutup pintu mini market kembali lalu berdiri tidak jauh dari tempat itu. Hellen menyugar rambut panjangnya ke belakang sembari mencoba menenangkan diri untuk sejenak. Gadis itu kemudian kembali berlari hendak menuju salah satu rumah terdekat di sekitar untuk meminta pertolongan. Namun detik kemudian ponsel miliknya tiba-tiba berdering.   Hellen tersentak kaget dan dengan sigap memeriksa ponselnya. Tertulis nama Dave yang tengah balas menelponnya. Kedua mata Hellen sontak membulat lebar. Buru-buru gadis itu menjawab telpon dari Dave.   “Hall—“   “PAMAN! PAMAN DAVE TOLONG KAMI!” sahut Hellen dengan cepat dan tidak membiarkan Dave melanjutkan sapaannya tadi.   “Paman cepat datang ke sini, aku mohon hiks hiks! Danny, monster itu memakan Danny ...”   “Hallo Hellen, tenanglah Nak. Ada apa dengan kalian berdua? Tidak, yang lebih penting di mana sekarang kalian?” tanya Dave dari seberang telepon. Pria itu berusaha menyuruh Hellen untuk tetap tenang agar dirinya bisa mendapatkan informasi yang lebih jelas.   “Di—di taman komplek sebelah Paman. Tolong cepat selamatkan Danny,” pinta Hellen dengan suara yang terdengar begitu memelas.   “Baiklah Hellen. Kau tunggu kami di sana. Jangan mencoba untuk mendekati tempat bahaya jika kau yakin tidak bisa melawannya. Aku akan segera ke sana secepatnya, oke?!” tegas Dave. Hellen menganggukkan kepala secara otomatis meski hal itu tidak akan bisa dilihat oleh Dave dengan mata.   “Iya Paman.” Sambungan telepon akhirnya terputus. Hellen kembali menoleh ke sana dan kemari untuk mencari bantuan. Gadis itu lanjut menghampiri rumah terdekat dan langsung menggedornya dengan kencang.   “TOLONG! TOLONG SAYA TUAN!” teriak Hellen mencoba meminta pertolongan pada tuan rumah. Beberapa kali Hellen berteriak hingga akhirnya pintu rumah terbuka dari dalam.   “Siapa kau?!” seorang pria paruh baya muncul dari dalam rumah. Di belakangnya terdapat anak dan istrinya yang juga ikut mengintip dari sana.   “Tuan, tuan saya mohon tolong saya! Teman saya diserang oleh makhluk aneh. Dia ada di belakang bangunan tua sana Tuan!”   “Makhluk aneh apa maksudmu?” tanya pria itu. Reaksinya tidak jauh berbeda dengan reaksi dari pria kasir tadi.   “Saya tidak tahu makhluk apa itu, tapi wajahnya seperti monster. Tuan teman saya bisa mati jika tidak ada yang menolongnya!” Hellen memohon dengan sangat pada pria itu. namun sepertinya pria itu masih memandangnya dengan ragu.   “Bicara apa kau ini sebenarnya?”   “Mom, dia bilang Monster? Aku ingin melihatnya Mom! Aku ingin lihat!”   “Ya, aku juga ingin melihat monster itu Dad!” terdengar rengekan dari kedua anak mereka yang justru terlihat begitu antusias ingin melihat monster yang dimaksud Hellen. Mereka tidak tahu betapa berbahayanya monster yang telah menyerang Hellen dan Danny itu.   “Edy, sudahlah. Tidak ada monster seperti itu. Lihat anak-anak jadi meminta yang aneh-aneh seperti ini!” omel istrinya yang kini memandang sebal pada Hellen karena telah membuat kedua anak kecilnya merengek tidak jelas seperti itu di malam hari. Melihat itu Hellen langsung panik. Dia takut pria tersebut lebih memilih untu mengabaikan permintaan tolongnya. Kedua mata Hellen mulai mengeluarkan air matanya lagi.   “Tidak! Monster itu benar-benar ada Tuan. Dia sedang menyerang teman saya sekarang di belakang gedung itu. Saya mohon tolong kami!” pinta Hellen dengan sepenuh hati. Pria paruh baya itu melihat Hellen dengan wajah ragu namun juga terlihat mulai iba karena air mata Hellen. Tidak lama kemudian akhirnya pria itu menghela napas dengan berat.   “Seperti apa makhluk itu? kau yakin dia bukan manusia?” tanya pria itu kemudian. hellen akhirnya sedikit bernapas lega karena tahu bahwa pria itu akan mau membantunya.   “Tidak. Dia monster. Dia bahkan memakan bahu Danny. Kita harus cepat menolong teman saya Tuan. Saya juga sudah menelpon polisi, dan dia akan sampai sebentar lagi. Tapi saya rasa lebih banyak orang akan jauh lebih baik bukan?” jelas Hellen.   “Melin, bawakan kapakku sekarang!” pinta pria itu kepada istrinya.   “Ck!” wanita bernama melin itu hanya bisa mendecak kesal ketika suaminya lebih mendengarkan ucapan Hellen dari pada dirinya. Namun tetap wanita itu berlalu pergi untuk mengambil senjata tajam yang dipinta oleh pria tersebut.   Tidak membutuhkan waktu lama bagi wanita bernama Melin itu datang dengan barangnya dan juga mantel panjang untuk suaminya. Edy segera meraih kapak itu dan memakai mantelnya. Lalu melangkah keluar rumah. Sebelum dia benar-benar pergi, Edy menoleh kembali ke arah istri dan anak-anaknya.   “Kalian jaga rumah dan tutup pintunya dengan rapat, mengerti?!” pesannya yang kemudian dibalas anggukan kepala oleh mereka bertiga. Setelah itu Edy melangkah pergi bersama dengan Hellen menuju taman. sementara itu, setelah sambungan telepon dari Hellen terputus, Dave yang tengah berada dalam mobil patrolinya menoleh ke arah samping di mana teman kerjanya berada. Mereka saling berpandangan sejenak mencerna apa yang terjadi lalu menganggukkan kepala mengerti. Dengan sigap Dave bersiap menghidupkan mesin mobil sedangkan teman kerjanya sibuk menelpon teman mereka yang lain untuk mengabarkan keadaan. Segera mobil itu melaju kencang menuju tempat Hellen berada.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN