Bab 27

2405 Kata
Aku masih tidak mengerti apa yang saat ini tengah terjadi. Rasanya kedua mataku masih terkunci dengan rapat pada mata kuning dengan pupil hitam yang berbentuk lonjong dan menyipit seperti mata hewan buas yang ada tepat di hadapanku saat ini.   Wajahnya memiliki bulu-bulu halus yang cukup panjang berwarna merah dan memenuhi seluruh wajah dan tubuhnya yang terlihat begitu kurus, seperti rambut dari seorang bayi yang baru lahir. Hidung dan bibirnya menyerupai moncong hewan dengan gigi-gigi yang nampak runcing dan beberapa taring tajam yang memanjang. Gigi runcing itu memiliki cairan berwarna merah yang berasal dari tubuhku yang menempel berkat gigitan di bahuku.   Krek! Krek!   “GRHHH!” geramnya. Telingaku bisa mendengar suara geraman sekaligus kunyahan yang diciptakan dari gigitan itu. Aku tahu bahwa makhluk aneh ini tengah berusaha mengunyah daging dan tulang-tulangku. Dia berusaha memakan tubuhku, dan untuk beberapa saat aku hanya bisa terdiam di tempat melihat hal itu.   Aku begitu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Pikiranku bahkan masih berusaha mencerna kehadiran makhluk itu yang menempel di belakangku. Aku tidak merasakan sama sekali langkah kaki atau mendengar gerak-gerik apa pun sebelumnya, dan makhluk itu sudah berada di belakangku, menempel pada tubuhku. Gerak-geriknya pastilah sangat cepat sehingga aku dan Hellen tidak bisa mengikuti kecepatannya.   Dan yang lebih membuatku terheran sekaligus terkejut saat ini adalah, aku masih tidak merasakan rasa sakit dari gigitan yang tengah dibuat makhluk itu saat ini pada bahuku. Berapa pun banyaknya darah yang mengucur deras dari luka gigitan yang menetes ke bawah sampai menggenang seperti apa yang kulihat saat ini, aku tetap tidak merasakan rasa sakit itu. Itu yang paling membuatku terkejut setengah mati.   Mungkinkah tubuhku sudah mati rasa dengan rasa sakit? Bagaimana jika aku kehabisan darah karena luka ini? Apa aku akan mati? Aku merasa linglung seketika memikirkan hal itu hingga membuatku hanya bisa terdiam di tempat menatap makhluk itu.   “Hiks DANNY! DANNY SADARLAH! APA YANG KAU LAKUKAN?!” Indera pendengaranku menangkap suara Hellen yang berusaha memanggilku kembali. Dengan gerakan tidak yakin aku menolehkan pandangan ke arah Hellen yang berdiri di depan, tidak jauh dariku. Aku bisa melihat gadis itu menangis ketakutan sembari menatapku.   Kedua tangannya berada di depan bibir menutup mulutnya yang masih terbuka lebar saking terkejutnya dengan apa yang tengah gadis itu lihat. Mata Hellen nampak bergilir bergantian menatapku dan menatap makhluk yang tengah menggigitku saat ini.   “DANNY CEPAT LAKUKAN SESUATU! JANGAN DIAM SAJA!” teriak Hellen sekali lagi. Gadis itu mencoba menyadarkanku yang masih terlihat ling lung saat ini. “Huh?” Aku bergumam kecil dan mulai merespon Hellen. Napasku mulai memberat, begitu juga dengan pandangan mataku yang nampak sedikit goyah. Aku segera mengedipkan kedua mataku beberapa kali untuk memfokuskan diri. Bahkan tubuhku semakin terhuyung ke sana dan kemari karena tidak bisa menapakkan kaki dengan tegak. Waktu masih berjalan lambat dan tubuhku sudah seperti boneka tanpa jiwa saat ini.   “DANNY!” jerit Hellen sekali lagi yang disertai isak tangisnya. Tentu saja Hellen akan menangis. Gadis itu pasti akan takut setengah mati saat ini. Tidak ada siapa pun di sekitar sini yang bisa menolong kami berdua. Sedangkan aku sudah berada dalam cengkeraman makhluk aneh ini. Memikirkan makhluk apa gerangan yang tengah menyerangku saat ini, membuatku mengingat kembali kasus yang tengah diperiksa oleh Dad.   Aku yakin, makhluk inilah yang sedang dicari oleh Dad selama ini. Bagaimana ini? Bagaimana aku bisa menangkap makhluk ini dan membawanya sebagai hadiah untuk Dad? Aku ingin sekali menunjukkan makhluk ini sebagai pembuktian di hadapan Dad bahwa prediksiku selama ini adalah benar adanya.   Bukan manusia atau pun hewan yang telah menyerang semua korban itu, melainkan alien. Bukankah makhluk ini lebih mirip alien? Manusia bukan, hewan pun juga terlihat bukan. Dia seperti goblin, atau manusia serigala yang kurus kering kerontang dengan kedua telinga yang lebih mirip seperti kelelawar. Nampak lebar.   “Hahhh ... hahhh ...” Aku bisa mendengar suara napasku sendiri yang terdengar keras. Sepertinya aku sudah kehabisan darah tanpa kusadari. Apa sebentar lagi aku akan mati? Pandangan mataku sudah berkunang-kunang. Secara perlahan kedua lututku menjadi lemas, dan akhirnya jatuh ke tanah.   “DANNY! TIDAK! BERTAHANLAH! TOLONG! TOLONG KAMI, AKU MOHON!” Hellen semakin berteriak histeris di tempat meminta pertolongan. Sepertinya rasa takut yang melanda Hellen membuat pikiran gadis itu menjadi tumpul. Bagaimana bisa dia mencari pertolongan di tempat kosong seperti ini?   Gadis itu terlihat begitu bingung sekarang. Ingin meminta pertolongan di luar sana, namun sepertinya Hellen begitu takut untuk meninggalkanku sendirian, menjadi mangsa dari makhluk aneh ini. Tubuh atasku juga ikut roboh ke depan, namun dengan setengah mati aku berusaha menyangga tubuh atasku dengan kedua tangan sebelum berhasil menyentuh tanah.   Crunch! Crunch! Dari pandangan mataku yang sudah memburam aku bisa melihat makhluk aneh ini mengunyah semakin kuat bahuku hingga terdengar bunyi retakan tulang di tiap kunyahannya. Sekali lagi, aku tidak bisa merasakan sakit apa pun dari kunyahan pada tubuhku itu. Ini aneh sekali. Kejadiannya sama ketika luka jahit di lenganku itu terbuka.   Aku hanya bisa melihat darahku sendiri mengucur deras ke luar tanpa merasakan rasa sakit sama sekali pada luka itu. Awalnya aku merasa ini sungguh menakjubkan. Aku seperti manusia super bukan? Sampai akhirnya aku melihat sendiri bagaimana makhluk ini dengan nikmat mengunyah tubuhku tanpa aku bisa merasakan rasa sakit sama sekali dari kejadian ini.   Mau tidak mau aku juga menjadi takut. Aku takut tidak bisa menyadari batasku, batas sensor tubuhku. Harus sampai sejauh mana makhluk ini mengunyah tubuhku dan akhirnya membuatku tersadar kemudian bahwa aku telah mati? Aku tidak ingin tetap tersadar dan melihat tubuhku sendiri semakin lama semakin habis dimakan oleh makhluk seperti dia.   “b******k! PERGI KAU! MENJAUH DARI TUBUH DANNY, DASAR MAKHLUK JELEK!” umpat Hellen secara tiba-tiba.   DUAGH! DUGH! Aku tersentak kaget ketika melihat Hellen yang melempar pukulan sekuat mungkin pada makhluk yang memelukku saat ini. Hellen ternyata berhasil menemukan sebuah besi panjang di dalam tumpukan sampah bangunan untuk dipakainya sebagai sebuah senjata. Berkali-kali gadis itu memukulkan tongkat besi itu dengan kuat pada makhluk tersebut.  “KAING! GRHHH!” Ringikan makhluk ini langsung terdengar ketika mendapat pukulan kuat dari Hellen. Sepertinya dia merasa terganggu akan ulah Hellen. Tapi melihat geraman kasar dari makhluk ini yang merasa terganggu, bukannya aku merasa lega, justru aku merasa takut. Takut akan keselamatan Hellen.   Hellen? Bagaimana dengan Hellen? Bagaimana jika makhluk itu berganti menyerang Hellen? Pikiranku tertuju pada hal itu. Aku menjadi panik sendiri. Di saat aku sibuk mencemaskan Hellen yang masih mencoba menjauhkan makhluk yang menempel pada tubuhku, makhluk ini justru bergerak cepat merobek daging di bahuku dengan kuat. Membuatku terkejut, sedangkan Hellen langsung membeku di tempat dan menatap horor makhluk ini.   Darah segarku langsung muncrat semakin banyak, menggenang di bawahku. Dari genangan darah itu, mataku bergulir kembali ke arah Hellen yang kini masih terpaku di tempat menatap ngeri makhluk tersebut. Makhluk ini mendongakkan wajah ke atas dengan gigi tajam yang menggigit sebagian dagingku.   Glup! Suara makhluk itu menelan bulat dagingku. Aku bisa melihat raut wajah kenikmatan yang tercipta dari makhluk ini. Moncongnya dipenuhi oleh darah segar dan itu membuatnya terlihat menakutkan sekaligus menjijikkan.   Bruk! Mataku bergulir kembali ke arah Hellen yang ternyata sudah jatuh terduduk di tempat. Tubuhnya menggigil ketakutan dengan mata yang tidak bisa mengalihkan pandang dari makhluk tersebut. Aku tahu Hellen pasti tidak akan bisa menggerakkan kakinya yang melemas seperti jelly. Tapi dia tetap perlu berlari. Hellen harus bisa pergi dari tempat ini, menyelamatkan diri meski harus tanpaku.   “Ah .. ah ...” Hellen tidak bisa mengeluarkan suaranya dengan benar karena rasa takut yang kini tengah melanda dirinya. Air mata bahkan tidak henti jatuh berderai membasahi kedua pipinya yang sehalus batu pualam. Aku merasa kasihan dengan gadis itu. Aku ingin menyuruh Hellen lari tanpaku, tapi aku sendiri juga tengah melemas hanya untuk mengucapkan sepatah kata saja. Dadaku sudah mulai terasa sesak.   Graup! Aku sedikit terdorong ke depan dan tersentak kaget ketika merasakan makhluk ini kembali menggigit bagian dagingku yang lain. Makhluk ini berusaha kembali memakanku di hadapan Hellen. Nampaknya makhluk ini tidak memedulikan kehadiran gadis itu saat ini.   “K—KYAAA! AGGH! AHHHH!” jerit Hellen seketika dengan kencang. Aku memejamkan kedua mata dengan rapat sembari menggigit bibir bawahku dengan kuat. Bukan karena merasakan sakit yang teramat sangat. Melainkan aku sangat mengkhawatirkan Hellen. Gadis itu nampak begitu trauma saat ini melihat kejadian mengerikan yang ada di hadapannya. Aku benar-benar tidak bisa membiarkan hal ini tetap berlanjut.   Bagaimana pun juga aku harus membuat Hellen tersadar dan segera pergi dari tempat ini. Dengan penuh tekad itu, aku mulai menggerakkan satu tanganku yang bebas untuk menahan kepala makhluk ini. Aku mencoba mendorong sekuat mungkin wajah mengerikan itu pergi dari bahuku walau dengan tenaga yang tidak berarti apa-apa.   “Ugh Hellen,” panggilku pada gadis itu. Mata Hellen menoleh dan menatap kedua mataku dengan pancaran rasa takut. Sembari tetap mendorong wajah makhluk ini, aku menatap lekat Hellen.   “Hik Danny, Danny!” sambut Hellen dengan suara yang bergetar.   “Hellen, pergilah,” pintaku dengan sepenuh hati. Mendengar itu Hellen langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat.   “Tidak, tidak! Jangan katakan hal itu Danny! Bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendiri dengan keadaan seperti itu!”   “Hellen, pergilah. Aku akan baik-baik saja. Selamatkan dirimu, dan carilah pertolongan di luar sana,” bujukku dengan sebijak mungkin. Hellen terpaku akan usulku itu. Gadis itu nampak berpikir sejenak untuk mengambil keputusan yang tepat. Aku tahu Hellen merasa ragu dan takut untuk meninggalkanku sendiri, namun tidak ada pilihan lain selain itu. Karena itu Hellen menundukkan pandangannya dan semakin terisak keras di tempat.   “Danny aku takut hik hik!” Aku merasa cukup tersentuh karena Hellen bersikeras ingin menemaniku di tempat mengerikan ini. Sejujurnya aku juga merasa begitu takut saat ini. Bagaimana bisa aku tidak takut ketika melihat dagingku sendiri dikunyah dengan nikmat oleh makhluk asing seperti ini? Aku rasanya hampir gila.   Aku ingin berteriak kencang meluapkan rasa sakit dan takut, tapi aku juga bingung karena aku tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Aku lebih takut pada diriku sendiri.   “Tidak. Jangan berpikir berlebihan Hellen. Pergilah dan cari bantuan. Panggil orang sebanyak mungkin untuk menolongku dari makhluk sialan ini. Kau ingin menolongku bukan?” Hellen mengangguk kecil di sela tangisnya.   “Kalau begitu pergilah. Jangan kembali dengan tangan kosong. Jangan kembali jika kau tidak menemukan siapa pun yang bisa membantumu nanti. Ugh!” Aku merasakan dorongan balasan dari makhluk ini pada tanganku. Makhluk ini mulai mencoba melawanku.   “Pergilah Hellen. Aku akan menahan makhluk ini di sini, larilah secepat mungkin, dan kau jangan pernah menoleh ke belakang lagi, apa kau mengerti?!”   “Danny ...” Hellen nampak masih ragu akan ucapanku. Aku sendiri hanya bisa melempar senyum kecil ke arahnya. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan pada makhluk ini untuk mencegahnya agar tidak mengejar Hellen nanti, tapi setidaknya aku ingin bersikap seperti layaknya seorang pria yang ingin melindungi seorang gadis penting di sisa akhir hidupku.   “Pergi Hellen! Cepat pergi!” seruku lebih tegas pada gadis itu. Tanganku sendiri bergerak mencengkeram dengan erat kedua tangan makhluk ini yang masih memelukku dengan erat. Aku mencoba menahan pergerakan makhluk ini. Mendengar seruanku itu, Hellen dengan lemas mencoba membangkitkan tubuhnya kembali.   Mata kami masih saling bertemu pandang dan aku bisa melihat tatapan mata Hellen yang seolah mengetahui bahwa ini adalah perpisahan terakhir kita berdua. Gadis itu menatapku seolah dia takut jika tidak bisa bertemu denganku lagi.   Aku sendiri pada akhirnya tidak bisa menyembunyikan ketakutanku lagi. Air mataku ikut meluncur dengan deras membalas tatapan Hellen. Aku merasa bodoh karena tidak bisa bersikap tegar di detik-detik terakhir yang mungkin adalah waktu perpisahan kita berdua. Melihat aku menangis saat ini seketika membuat Hellen kembali terisak histeris.   “Hik Danny, Danny! Hik hik Danny maafkan aku! Danny maafkan aku hiks!” racau Hellen di sela tangisnya lagi. Ucapan Hellen itu berhasil membuatku tersadar bahwa selain gadis itu merasa takut, Hellen pasti tengah menyesali keputusannya tadi yang mengajakku ke tempat ini.   Oh gadis yang malang. Hellen mungkin tidak akan bisa hidup tenang setelah ini. Gadis itu pasti akan diliputi rasa penyesalan yang teramat dalam atas kepergianku nanti.   “Hik hik pergilah Hellen. Selamatkan dirimu,” pintaku sekali lagi. Hellen menggelengkan kepalanya untuk menolak permintaanku, namun gadis itu tetap menuruti ucapanku. Dengan langkah berat Hellen mulai membalikkan diri dariku.   “Aku hiks aku pasti akan kembali dengan membawa bantuan Danny. Kau harus kuat! Kau harus bertahan dan tunggu kedatanganku, oke?! Kau mengerti kan Danny?!” ujar Hellen yang kembali menghadapkan setengah tubuhnya lagi ke arahku. Aku hanya bisa menatap Hellen dalam diam. Aku merasa tidak yakin apa aku benar-benar bisa bertahan selama itu. Apa aku bisa bertahan hingga bantuan datang nanti? Aku tidak yakin.   “Danny kenapa kau hanya diam saja?! Jawab aku!” bentak Hellen dengan tidak sabar karena gadis itu tidak kunjung mendengar jawabanku.   “Danny jawab aku! Kumohon berjanjilah padaku kalau kau akan bertahan dan menungguku, oke?!” pinta Hellen. Kini suara gadis itu terdengar begitu sarat akan permohonan. Mataku terasa menggelap dan berat, dan aku berusaha untuk tetap menjaga kesadaranku hingga Hellen benar-benar berhasil pergi dari tempat ini. Bahkan suara gadis itu terdengar menggema dan mulai tidak jelas di indera pendengaranku.   “Hahh hahhh ya, aku berjanji ...” balasku dengan sekuat tenaga. Aku mencoba keras membalas ucapan Hellen agar gadis itu cepat pergi dari tempat ini sebelum batas terakhirku tiba.   “Pergilah Hellen, aku mohon,” lanjutku pada gadis itu. Kali ini Hellen tidak bisa mengatakan apa-apa lagi selain hanya bisa pasrah mengikuti permintaanku. Satu tangannya yang masih memegang tongkat besi itu tidak memiliki tenaga lagi untuk membawanya. Akhirnya tongkat besi itu jatuh begitu saja menimbulkan suara gaduh di tempat sepi itu.   Sudut mataku menangkap pergerakan kedua telinga makhluk asing ini yang merespon suara gaduh dari tongkat besi tersebut. Aku langsung tersadar dan panik karena kunyahan makhluk ini pada tubuhku berhenti, berganti dengan mata besarnya yang menonjol ke depan mulai bergerak melirik ke arah Hellen.   Napasku langsung tertahan melihat tanda bahaya itu. Makhluk ini mulai mengincar Hellen yang masih tidak jauh dari kami. Segera aku mengeratkan kuncianku pada kedua tangan makhluk ini agar tidak pergi mengejar Hellen.   “HELEN CEPAT PERGI DARI SINI!” teriakku sekencang mungkin, mencoba memperingati gadis itu. Hellen yang terkejut langsung menoleh kembali ke arahku dan melihat makhluk ini sudah mulai mencoba melepaskan diri dariku.   Dengan wajah takut dan panik Hellen akhirnya memaksa kedua kakinya untuk berlari secepat mungkin memasuki gelapnya lorong bangunan yang telah kami lewati tadi, meninggalkanku sendiri bersama dengan makhluk ini. Aku yang sekuat mungkin berusaha menahan pergerakan makhluk asing ini kini melempar pandang bangga pada Hellen di sela kuncianku yang baru saja bertindak dengan pintar.   “Bagus Hellen. Kau gadis yang pintar,” pujiku dengan lirih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN