Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan pintu dari depan pintu rumahnya. Nyonya John melangkahkan kaki menuju pintu rumah untuk membuka pintu tersebut. Ketika nyonya John telah membuka pintu itu barulah dirinya langsung terpaku di tempat karena dirinya langsung bersitatap dengan kedua mata sendu milik Laura.
Nyonya John cukup terkejut melihatnya. Dirinya bisa memprediksi bahwa keluarga Peter cepat atau lambat pasti akan datang ke rumahnya untuk membicarakan masalah bencana yang menimpa anak mereka. Namun tetap saja, bagaimanapun nyonya John menyiapkan diri untuk menghadapi keluarga Peter, dirinya tetap merasa gugup ketika pada akhirnya mereka bertemu.
Dilihatnya Laura yang sudah dikenalnya lama kini nampak tidak sesegar biasanya. Wanita cantik itu terlihat begitu mengenaskan dengan wajah pucat dan sembab. Nampak jelas bahwa wanita itu telah mendapat serangan kesedihan yang mendalam atas kematian Danny, anak semata wayang mereka.
Nyonya John pikir Laura akan datang bersama dengan suami tampannya, Dave. Namun wanita itu tidak melihat seseorang pun berdiri di sebelah Laura saat ini. Laura datang sendiri untuk mengunjungi rumah keluarga John.
“Nyonya Laura,” sapa nyonya John dengan sesopan mungkin. Nyonya John berusaha menyambut sebaik mungkin kedatangan Laura, tetangga yang sudah seperti keluarga bagi mereka itu. Mendengar sapaan nyonya John, Laura melempar senyum lembut sebaik mungkin. Sejujurnya wanita itu masih merasa tidak mudah untuk beramah tamah dengan orang lain, mengingat suasana hatinya yang sedang tidak baik-baik saja saat ini. Namun Laura masih ingin mendengar langsung kejadian yang sebenarnya, yang telah menimpa Danny malam itu.
“Selamat siang, nyonya John. Bisakah saya masuk?” pinta Laura dengan sesopan mungkin. Mendengar permintaan itu sontak membuat nyonya John menjadi canggung dan salah tingkah. Nyonya John tersadar bahwa dirinya telah berlaku tidak sopan dengan tamu mereka. Segera wanita paruh baya itu menggeser tubuh ke samping untuk mempersilahkan Laura memasuki rumahnya.
“Ah ya, maaf. Silahkan masuk nyonya Laura,” ujar nyonya John kemudian. Barulah Laura bergerak memasuki rumah tersebut. Dirinya melangkah lebih dalam bersama dengan nyonya John setelah wanita itu kembali menutup pintu rumah mereka.
“Nyonya Laura, kami cukup prihatin atas kejadian yang menimpa anak anda,” ujar nyonya John kemudian selama perjalanan mereka menuju ruang tengah. Laura menghentikan langkah setelah mendengar ucapan itu. Dirinya berbalik menghadap ke arah nyonya John.
Melihat bagaimana nyonya John menundukkan pandangan darinya membuat Laura tersenyum tipis. Dirinya tahu bahwa nyonya John mengucapkannya dengan sepenuh hati. Dirinya juga tahu bahwa kemungkinan nyonya John juga merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Danny. Setidaknya Laura bisa melihat ketulusan yang ditunjukkan oleh keluarga John saat ini, dan itu cukup membuatnya sedikit lega.
“Terima kasih nyonya John. Saya datang ke sini sebenarnya ingin bertemu dengan Hellen. Bisakah saya bertemu dengan dia?” pinta Laura kemudian. Nyonya John menatap Laura dengan pandangan ragu. Pasalnya nyonya John takut bahwa Laura akan menyalahkan Hellen dan memarahi gadis itu dalam kejadian yang menimpa Danny semalam.
Nyonya John sendiri sudah begitu kasihan dengan kondisi Hellen saat ini, yang tiada henti menangis dan menyalahkan diri sendiri atas kematian Danny. Nyonya John tidak ingin kedatangan Laura semakin memperparah kondisi mental putri mereka.
“Nyonya Laura, tolong jangan menyalahkan semua pada putri kami. Dia juga salah satu korban dari kejadian semalam. Hellen tidak—“
“Nyonya John, saya hanya ingin mendengar cerita itu secara langsung dari bibir Hellen. Karena dia adalah satu-satunya saksi yang melihat kejadian itu,” potong Laura dengan mencoba setenang mungkin. Namun sepertinya ketenangan yang ditunjukkan Laura saat ini justru membuat nyonya John semakin tidak yakin.
Nyonya John justru merasa ketenangan Laura itu merupakan ketenangan dari sebuah badai yang akan datang. Hingga untuk beberapa saat kedua wanita itu hanya bisa saling pandang dalam diam di tempat, mencoba menyelami isi pikiran satu sama lain dengan lamat.
“Bibi Laura.” Suara manis yang terdengar pelan itu seketika menghentikan aksi saling pandang memandang di antara kedua wanita tersebut. Laura langsung menoleh ke arah asal suara yang telah memanggil namanya itu.
Di sana, di ujung tangga, Laura bisa melihat sosok Hellen dengan penampilan kusut dan wajah pucatnya kini berdiri di tempat dan menatap sendu ke arahnya. Di sebelahnya terdapat sosok tuan John yang menemani gadis itu. Melihat keadaan Hellen yang tidak jauh mengenaskan darinya itu seketika membuat air mata Laura kembali merebak. Laura langsung mengetahui bahwa Hellen juga menderita karena kepergian Danny.
Dengan langkah pelan namun mantap Laura bergerak menghampiri gadis itu. Tiap langkah yang dilalui Laura menuju tempat Hellen terasa begitu berat bagi wanita itu. Laura ingin mendengar secara langsung kejadian yang sebenarnya dari mulut Hellen, namun dirinya juga merasa masih tidak sanggup untuk mendengar cerita tersebut.
Laura masih mengharapkan sebuah keajaiban terjadi dan Danny bisa kembali dalam pelukannya dalam keadaan selamat. Perasaan berat yang tengah dirasakan Laura itu tidak jauh berbeda dengan perasaan Hellen saat ini. Hellen menunggu tiap langkah yang ditapaki oleh kaki Laura bagai sebuah hukuman kematian bagi gadis itu.
Hellen hanya bisa menundukkan pandangannya ke arah kaki Laura yang semakin mendekat ke arahnya. Hingga akhirnya kaki tersebut berdiri tepat di depannya, barulah Hellen memberanikan diri untuk menatap wajah Laura. Dari kedekatan jarak di antara mereka berdua saat ini, semakin membuat Laura bisa melihat dengan jelas pancaran ketakutan dalam tatapan mata gadis itu. Bahkan kedua mata Hellen saat ini sudah membasah dan siap untuk menumpahkan air matanya kembali.
“Bibi Laura,” gumam Hellen sekali lagi sebelum akhirnya gadis itu tidak bisa menahan isak tangisnya di hadapan Laura. “Hiks bibi Laura, maafkan aku. Maafkan aku. Aku mohon maafkan aku,” racau gadis itu dengan meminta maaf berkali-kali kepadanya.
“Oh Hellen,” gumam Laura yang langsung tersentuh akan ucapan permintaan maaf gadis itu, yang menunjukkan sarat akan rasa penyesalan untuk Danny. Laura sempat mendengar dari Dave yang mengatakan bahwa Hellen tidak henti menyalahkan diri atas peristiwa yang menimpa mereka. Namun dirinya tetap ingin melihat sendiri bagaimana kondisi gadis itu.
Dan inilah hasilnya. Laura tidak menyangka bahwa kondisi Hellen akan menjadi separah ini. Gadis itu terlihat begitu pucat dan kurus hanya dalam waktu semalam saja, membuat Laura menjadi tidak tega. Dengan cepat Laura langsung meraih tubuh kurus Hellen untuk dipeluknya dengan erat.
Seketika gadis itu semakin menangis terisak dalam pelukannya. Begitu juga dengan Laura yang tidak bisa menahan air matanya kembali di depan keluarga John. Nyonya John sendiri ikut menangis melihatnya, sedangkan tuan John hanya bisa menatap sendu dan prihatin pada mereka berdua.
“Bibi Laura, maafkan aku. Aku telah bersalah. Aku tidak seharusnya mengajak Danny ke tempat itu hiks. Maafkan aku bibi Laura. Maafkan aku,” ucap Hellen lagi di sela tangisnya. Laura sendiri ikut menangis sembari memeluk tubuh Hellen. Mengusap kepala gadis itu dan membagi kesedihan mereka berdua.
“Hellen, aku datang ke sini hanya ingin mendengar cerita yang sebenarnya darimu. Aku tidak akan menyalahkanmu, oke? Karena itu, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri dan ceritakan semuanya padaku,” ujar Laura dengan selembut mungkin agar gadis itu tidak semakin merasa bersalah atas kejadian itu. Namun gadis itu menggelengkan kepalanya dalam pelukan Laura, seolah menyangkal bahwa semua ini bukan kesalahannya.
“Hellen, tolong jangan seperti ini. Jangan membuatku semakin bersedih karena kejadian yang menimpa anakku sendiri. Aku hanya ingin mendengar detailnya darimu Hellen. Tolong biarkan aku mendengar cerita tentang perjuangan anakku sendiri. Ini juga tidak mudah untukku, Hellen,” bujuk Laura dengan sepenuh hati.
Laura bisa merasa bahwa gadis itu terdiam dalam pelukannya, walau masih terdengar suara isak tangis gadis itu. Lalu secara perlahan Hellen merenggangkan pelukan mereka berdua dan memandang sendu ke arah Laura. Laura yang melihat ada secercah harapan untuknya bisa mendengar cerita itu dari Hellen segera mengusap air matanya sendiri dan memandang gadis itu dengan lekat.
“Kau bisa menceritakan semua detailnya padaku kan?” pinta Laura sekali lagi dengan sepenuh hati pada Hellen. Akhirnya Hellen menganggukkan kepala dengan lemah menjawab permintaan Laura. Melihat anggukan itu sontak membuat senyum pedih Laura terlihat. Dengan lembut wanita itu membantu mengusap air mata Hellen.
Di dalam rumah, lebih tepatnya di dalam gudang, Dave tengah sibuk mempersiapkan beberapa alat persenjataan untuk dirinya memulai pencarian sekaligus perburuan siang ini. Beberapa alat-alat berat dan tumpul dimasukkannya ke dalam sebuah tas besar. Tidak lupa senjata tajam dan bahkan senjata api berikut isinya ikut masuk ke dalam tas tersebut.
Dave dengan cermat dan teliti memeriksa semua senjata itu sebelum dikemasnya dengan rapi dalam tas utama. Sebagian telah dimasukkan ke dalam tas kecil yang dipersiapkannya untuk mempermudah dirinya melindungi diri nanti. Beberapa bahan makanan dan minuman dibawanya hanya secukupnya. Dave lebih fokus mengisi persediaan minuman.
Beberapa obat penting juga telah disiapkannya. Semua barang yang dibutuhkan Dave tengah dipersiapkan pria itu sendiri dengan teliti dan terampil. Menunjukkan terbiasanya pria itu dalam menghadapi hal seperti ini. Beruntung Dave merupakan salah satu personil kepolisian yang cukup handal dalam melakukan tugas seperti ini.
Itu juga salah satu alasan Dave ditunjuk sebagai ketua dari penyelidikan kasus monster tersebut sebelumnya. Dave bertekad dalam hati, jika dirinya tidak bisa menyelamatkan Danny nanti, maka setidaknya dirinya harus bisa membawa tubuh Danny meski hanya seujung jari pun. Semua ini dilakukannya demi Laura, satu-satunya keluarga penting yang dia punya sekarang.
Di dalam rumah John, Laura sendiri mendengar dengan penuh perhatian tiap kata yang dilontarkan Hellen mengenai keberanian anaknya ketika berhadapan dengan monster itu. Laura begitu bangga sekaligus bersedih ketika Hellen menceritakan bagaimana Danny memperjuangkan gadis itu untuk bisa pergi meninggalkan dirinya. Laura tahu bahwa Danny menyuruh Hellen pergi karena Danny ingin menyelamatkan gadis itu.
Laura tidak henti meneteskan air mata membayangkan perjuangan Danny dalam menghadapi monster itu, juga ketakutan yang tengah dirasakan anak itu ketika dirinya hanya bisa pasrah menerima serangan monster tersebut, tanpa bisa melakukan perlawanan yang berarti.
Tapi setidaknya keinginan terakhir Danny yang ingin menyelamatkan Hellen bisa terwujud, dan Laura benar-benar merasa bangga akan jiwa kepahlawanan Danny tersebut. Mereka yang berada di tempat itu saling menguatkan satu sama lain hingga cerita dari Hellen akhirnya berakhir. Laura mengusap lelehan air matanya dengan lebih tegar.
“Bagaimana dengan pencarian Danny semalam? Kenapa kau tidak datang bersama tuan Peter, Nyonya? Apa mereka belum menemukan petunjuk?” tanya nyonya John kemudian yang langsung mendapat tatapan tajam dari tuan John.
“Rachel!” tegurnya. Seketika nyonya John merasa bersalah karena telah menanyakan hal sensitif itu.
“Maafkan aku,” sesalnya kemudian. Laura bisa memaklumi itu.
“Dave sudah pulang dari pencarian semalam, siang tadi. Dia bilang, mereka memutuskan untuk menghentikan pencarian,” jelas Laura dengan singkat.
“Apa? Kenapa begitu Bibi?!” seru Hellen seketika dengan wajah marah sekaligus tidak terima mendengar keputusan itu. Laura sendiri hanya bisa tersenyum kecut. Ekspresi Hellen tidak jauh berbeda dengan dirinya tadi.
“Dave bilang kasus mengenai monster itu sudah dialihkan oleh petugas khusus. Dan mereka tidak bisa melanjutkan pencarian karena merasa tempat itu dianggap berbahaya. Mereka telah memprediksi bahwa monster itu bukan hanya satu, dan hutan itu dianggap sebagai sarang dari para monster itu. Karena mereka tidak memiliki persiapan yang matang, akhirnya pencarian dihentikan demi keselamatan semua anggota.”
“Astaga,” gumam nyonya John dengan terperangah tidak percaya.
“Lalu, lalu bagaimana dengan Danny, Bibi? Bukankah kita harus tetap mencarinya? Kita harus menyelamatkan Danny, Bibi!” suara Hellen kembali bergetar dan siap untuk menumpahkan air matanya lagi. Bahkan suara gadis itu terdengar samar, kehabisan suara karena seringnya gadis itu menangis sepanjang malam tadi.
“Dave berencana melanjutkan pencarian sendiri, Hellen.”
“Apa?!” Kini tuan John nampak begitu terkejut mendengarnya. “Tapi itu sangat berbahaya, Nyonya. Bahkan pasukan khusus harus menahan diri seperti itu agar tidak terjadi sesuatu yang sulit.”
“Aku ikut, Bibi! Aku juga akan membantu Paman mencari Danny!” sahut Hellen dengan penuh tekad. Sontak semua mata langsung memandang gadis itu dengan wajah terkejut, terutama kedua orang tua Hellen.
"Tidak Hellen! Kau tidak boleh melakukan hal itu!" larang nyonya John seketika dengan nada tegas. Hellen seketika menunjukkan ekspresi tidak terima dengan larangan tersebut.
"Mom aku harus ikut! Aku ingin menyelamatkan Danny! Aku juga perlu ikut andil dalam pencarian ini Mom!" balas Hellen dengan penuh tekad.
"Hellen, jangan bersikap keterlaluan! Dengarkan kata Mommymu, dan jangan membantah. Kau masih kecil, dan kau seorang gadis Hellen. Apa yang bisa kau lakukan untuk melindungi diri nanti?! Kau tidak memiliki kemampuan dan ketrampilan di alam liar seperti itu. Kau hanya akan menjadi beban untuk tuan Peter nanti!" ucap tuan John dengan tidak kalah tegas.
Mendengar kata beban itu sontak membuat Hellen tidak bisa berkata-kata lagi. Hellen menundukkan kepala karena dirinya merasa ucapan itu memang benar adanya. Hellen tidak memiliki ketrampilan apa pun untuk hidup di alam liar. Dirinya hanya akan menjadi beban untuk paman Dave nanti. Laura sendiri yang melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi berat seperti itu hanya bisa terdiam. Laura tahu perasaan Hellen yang ingin mencari Danny sama seperti dirinya tadi. Namun Laura sendiri juga tidak bisa melakukan apa-apa.
"Tidak apa-apa Hellen. Biar aku saja yang mencari Danny. Daddymu benar jika kau juga ikut denganku, aku tidak akan bisa bergerak dengan bebas nanti karena aku sendiri juga tidak tahu apa yang akan kuhadapi di dalam hutan nanti," celetuk Dave yang ternyata sudah berdiri tidak jauh dari mereka dengan pakaian dan persiapan yang sudah matang. Semua mata kini menoleh ke arah Dave.
"Paman Dave!" seru Hellen dengan lebih antusias melihat kehadiran pria paruh baya itu sudah selesai akan persiapannya. Laura sendiri segera menghampiri Dave, yang lalu diikuti dengan keluarga John.
"Apa kau sudah siap dengan persiapanmu Dave?" tanya Laura memastikan kembali persiapan pria itu. Dave mengangguk kecil. Diusapnya pipi pucat Laura dengan lembut.
"Aku akan berangkat sekarang Laura. Sebelum hari menjadi malam nanti," pamit Dave. Laura menatap pria itu dengan lekat. Rasanya wanita itu menjadi berat untuk melepas kepergian Dave. Namun Laura sendiri juga memikirkan Danny, anak mereka.
"Dave, berjanjilah untuk hati-hati. Berjanjilah untuk pulang dengan selamat. Kau tahu aku akan menunggumu di rumah bukan?" pinta Laura dengan wajah serius menuntut jawaban pria itu. Dave membalasnya dengan anggukan kepala.
"Ya, aku mengerti Laura. Aku berjanji akan kembali dengan selamat dan menemuimu," tegas Dave. "Kalau begitu aku akan pamit sekarang." Setelahnya Dave mencium kening Laura dengan penuh pengkhayatan, seolah dirinya meminta doa pada istri kecilnya itu untuk keselamatannya nanti. Lalu dilanjut dengan memberikan kecupan kecil di bibir wanita itu. setelah itu Dave mulai berbalik badan hendak melangkah pergi.
"Dave!" panggil Laura tiba-tiba. Dave kembali menoleh ke arahnya. Laura menatap Dave dengan lekat. Setelah itu tanpa diduga Laura berlari ke arahnya dan memeluk tubuh Dave dengan erat, seolah tidak ingin melepaskannya. Membuat Dave tersentak kaget.
"Laura," gumam Dave di sela pelukan mereka.
"Berjanjilah Dave. Berjanjilah kau akan kembali dalam pelukanku. Jika nanti, jika nanti terasa begitu berat," Laura berusaha menyiapkan hati untuk melanjutkan ucapannya. "Maka lepaskan saja. Aku akan berusaha menerimanya Dave. Karena itu, aku mohon, tolong jangan paksakan dirimu. Kembalilah saja dalam pelukanku, kau mengerti maksudku kan?"
Dave tertegun mendengar ucapan Laura. Dirinya mengerti dengan baik maksud dari ucapan wanita itu, namun tetap dirinya juga ikut merasa berat untuk memilih bersikap seperti yang diinginkan oleh Laura. Dave semakin mengeratkan pelukan mereka.
"Ya, aku mengerti Laura," jawab pria itu pada akhirnya. Setelahnya Dave benar-benar melangkah pergi meninggalkan Laura dan keluarga John.