Janisa mengumpat kesal dan ia menatap lembaran kertas yang berserakan dikamarnya. Ia menghela napasnya membaca poin-poin yang harus ia rubah atas permintaan Rayhan dosen killernya. Janisa mengingat bagaimana rayuannya ternyata tidak memiliki pengaruh pada sikap Rayhan dan hanya menambah masalah baru baginya. Bagaimana tidak ia merasa jantungnya berdetak dengan kencang saat membayangkan bagaimana bibir lembut Rayhan yang ia ciium dengan mengesampikan rasa malu yang ia miliki. "Astaga bibir aku udah nggak perawan...gila, untung saja Pak Rayhan nggak punya istri kalau punya, aku bisa mampus diamuk istrinya," kesal Jansia menyesali perbuatannya dan ia melangkahkan kakinya mendekati kaca lalu menatap bibirnya dikaca. Ia mengelus bibirnya dengan pelan lalu ia kembali teringat bagaimana bibirn