Pagi ini setelah berkutat dengan mata kuliah yang diajarkan Rayhan, Janisa merasa sangat bosan apalagi melihat ekspresi Rayhan yang datar dan sok cool hingga membuat beberapa mahasiswi berteriak histeris karena kagum melihat ketampanan Rayhan. Entah mengapa Rayhan menjadi idola para mahasiswi, pada hal bagi Janisa para mahasiswi yang menyukai Rayhan adalah deretan perempuan bodoh yang terlalu mengagumi sosok Rayhan. Janisa saat ini duduk dibangku taman dan ia melihat pengajuan proposal untuk skripsi yang akan ia serahkan kepada ketua jurusannya. Jika dalam satu tahun ini ia tidak lulus kuliah, ia akan menerima hukuman dari Jagadta Hutama Kamandaka kakak sulungnya yang galak. Apalagi Jagadta telah memotong sebagian uang jajannya dan itu membuatnya sulit untuk menyisikan tabungannya dan merencanakan pergi menonton konser Oppa kesayangannya.
Janisa mengambil ponselnya dan ia membuka pesan digrubnya. Ia tersenyum saat melihat lagu baru Oppa kesayangannya ternyata telah dirilis dan Janisa segera membuka akun tak tik miliknya. Ia meletakkan ponselnya dibangku dan ia belajar gerakan tarian lagu Oppa kesayangannya itu. Janisa dengan lincah membuat video cover dance itu diiringi musik dan seperti biasa pasti ia akan mendapatkan love yang banyak dari fans-fansnya di tak tik. Janisa memang terkenal sebagai artis Tak tik dan celebgrramm yang memiliki pengikut yang cukup banyak.
Rayhan melewati taman dan ia menghentikan langkahnya saat melihat seorang perempuan berjoget sambil melihat kearah ponselnya yang berada dibangku. Perempuan cantik yang menjadi mahasiswanya ini terlihat centil ketika berjoget seperti itu. Rayhan melangkahkan kakinya dengan santai melewati Janisa membuat Rayhan terlihat di video yang sedang Janisa rekam. Jansia segera mengambil ponselnya dan ia membuka mulutnya saat melihat video yang baru saja ia buat dan terdapat penampakan seorang laki-laki yang melewatinya dengan santai.
"Dasar kurang ajar," ucap Jansia kesal, baginya video yang tadi ia buat terlihat sempurna jika tidak ada Rayhan. "Harusnya berhenti dong tunggu sebentar, ini orang ngeselin banget sih," ucap Janisa. Tanpa banyak pikir Janisa segera menguploadnya. Janisa melihat Rayhan yang saat ini menghentikan langkahnya dan ia sedang berbincang dengan seorang dosen cantik di kampus ini. "Dasar laki-laki genit nggak bisa ngelihat yang bening dikit."
Janisa melangkahkan kakinya menuju ruang administrasi jurusan untuk menyerahkan proposalnya. Ia melewati Rayhan dan Dosen cantik itu, ia tak peduli ketika Rayhan melihatnya dengan dahi yang berkerut. 'Memang hanya Bapak saja yang sok cuek bebek dan ngelewatin aku begitu saja,' Batin Janisa.
"Janis," suara berat itu membuat Jansia menghentikan langkahnya dan Janisa membalik tubuhnya menatap Rayhan yang saat ini sedang menatapnya dengan dingin.
"Iya Pak," ucap Janisa.
Rayhan melangkahkan kakinya mendekati Janisa membuat dosen cantik menatap Jansia dengan tatapan sinis. Rayhan memberikan jas miliknya membuat Jansia bingung. "Rok yang kamu pakai tembus, sebaiknya kamu segera pulang!" Ucap Rayhan membuat Janisa membuka mulutnya dan ia menepuk jidatnya. Ia merasa sangat bodoh karena lupa memakai pembalut pada hal ia tahu jika ia sedang datang bulan hari ini.
"Astaga Pak aku lupa pakai pembalut makanya tembus," ucap Janisa dan ia segera menutup mulutnya karena merasa bodoh telah menjelaskan ini semua kepada Rayhan. Jansia segera menutupi roknya dengan jas milik Rayhan.
Rayhan mengerutkan dahinya dan ia merasa aneh dengan mahasiswinya yang satu ini. Rayhan melangkahkan kakinya meninggalkan Janisa yang saat ini terlihat sangat malu. Janisa mempercepat langkahnya masuk kepadamu ruang Administrasi dan segera meletakan berkasnya di atas meja, lalu ia keluar dari ruangan Adiministrasi. Janisa menghembuskan napasnya dan ia harus percaya diri karena ia telah menutupi pinggangnya dengan jas milik Rayhan. Janisa melanhkagkan kakinya menuju mobilnya dan ia masuk kedalam mobil lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah.
"Gue sial banget sih dan ini benar-benar memalukan mana ada hutang budi sama dosen sombong, hmmm....tapi dia baik sih mau pinjamin aku jasnya," ucap Janisa.
Beberapa menit kemudian Janisa sampai di Rumah dan ia melihat Maminya sedang berbincang dengan Tantenya. Janisa mendekati mereka dan ia menyebikkan bibirnya membuat sang Mami merasa ada yang aneh dengan putri bungsunya ini. "Assalamuaikum," ucap Janisa dengan ekspresinya yang kesal dan terlihat tidak bersahabat.
"Waalaikumsalam," ucap Alin dan Rita.
"Kamu kenapa cemberut gitu nak?" Tanya Rita sambil menatap Alin dengan tatapan menyelidik.
"Janisa malu banget Mi," ucap Janisa.
"Kok bisa? Emang malunya kenapa nak?" Tanya Rita.
"Paling Janis buat masalah di kampus," ucap Alin.
"Nggak gitu Tan, ini masalah yang benar-benar memalukan tahu," kesal Janisa membuat Alin tersenyum karena biasanya Janisa yang jahil memang pantas dikerjai teman-temanya.
"Terus kamu kenapa?" Tanya Rita. "Tumben anak Mama kesal banget biasanya orang yang kesal sama kamu," ucap Rita. Alin menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Rita. Jansia menatap Alin dengan kesa, jika saja Alin bukanlah adik kandung Papinya mungkin ia akan mengajak Alin berkelahi satu lawan satu karena Alin yang telah ia anggap sebagai sobatnya ternyata menghianatinya dengan ikut memojokkannya.
"Janisa kan biang masalah Mbak, bukan biang keringat," ucap Alin.
"Tante, harusnya dengerin dulu, masalahnya suatu hal yang memalukan," ucap Janisa.
"Terus apa yang membuat kamu kesal kayak gini?" Tanya Alin.
"Gini ceritanya, aku lupa pakai pembalut terus tembus Mi dan Dosenku ngelihat. Dia pinjamin aku jasnya dia buat nutupi ini," tunjuk Janisa pada bagian belakang roknya yang tembus.
Rita tersenyum "Dosen kamu baik ternyata," ucap Rita.
"Iya itu namanya dia baik sama kamu makanya dia kasih pinjam kamu, Jas buat nutupin yang tembus," ucap Alin.
"Mami dan Tante nggak ngerti sih, malu tahu...mau dimana muka aku mau diletakan dimana Mi, Tan. Dosenku ini Dosen killer dan dia menyebalkan banget," ucap Janisa.
"Tunggu...tunggu Jan, ini pasti bukan dosen biasa kan makanya kamu malu banget. Ini Dosen pasti masih muda iya kan? coba kalau Bapak-Bapak seumuran Papi kamu, pasti reaksi kamu nggak kayak gini," jelas Alin membuat Janisa menyebikkan bibirnya karena kesal. "Benar kan tembakan Tante," ucap Alin dengan tatapan menggoda.
"Dia nggak ganteng dan dia jelek," ucap Janisa.
Alin mengangkat sebelah alisanya dan ia menggelengkan kepalanya "Nggak mungkin nggak ganteng, kamu pasti ada rasa gimana gitu makanya kamu malu banget gitu, lihat Mbak muka Janis merah banget. Malu-malu tapi mau," goda Alin.
"Tan, beneran dia jelek dan nggak patut dipuji," kesal Janis dan ia kembali mengingat bagaimana wajah tampan Rayhan yang memukau membuatnya memang harus mengakui jika kadar ketampan Rayhan sangat luar biasa. "Lagian dia bukan tipe Janis," ucap Janisa.
Alin dan Rita saling berpandangan dan keduanya menggelengkan kepalanya. Keduanya sangat mengerti sikap Jansia, jika seseorang yang telah membuat malu hingga salah tingkah seperti ini pasti laki-laki istimewa bagi Janisa. "Mana ganteng sama Oppa-Oppa kamu?" Tanya Rita.
"Loh kok gitu sih Mi pertanyaannya?" Kesal Janisa dan ia menghembuskan napas beratnya. "Makanya Janisa males curhat sama Tante dan Mami. Bukanya meringankan beban dipikiran Janis tapi membuat Janis tambah kesa," jelas Janisa.
"Nggak boleh ngambek gitu loh Jan sama kita, rugi kamu kalau ngambek sama Tante dan Mama kamu," ucap Rita.
"Rugi apaan," kesal Janisa menyebikkan bibirnya. "Tante sama Mama aja nggak ngebantu Janis buat nambahin uang jajan Janis, Janis butuh uang buat nonton konser," ucap Janisa. Rita menghembuskan napasnya dan ia meminta Janisa duduk disampingnya membuat Janisa menggelengkan kepalanya. "Rok aku tembus," ucap Janisa.
Alin berdiri dan ia menarik jas yang berada dipinggang Janisa hingga terlepas. "Astaga ini jas mahal Janis," ucap Alin yang mengetahui jika harga jas milik Rayhan harganya sangat mahal. "Ini pasti dosen kamu orang kaya Jan, Jan kalau dia bibit bebet dan bobotnya jelas, tante setuju kok kamu sama Pak Dosen. Apalagi Dosen itu pintar dan dia kan menyebalkan kata kamu tadi, jadi cocok dong sama kamu yang juga menyebalkan," goda Alin karena ia merasa sangat senang karena berhasil membuat Janisa kesal.
"Janis ke kamar aja, mandi dulu malas banget dengerin Tante yang sengaja banget, buat Janisa darah tinggi," ucap Janisa dan ia segera melangkahkan kakinya meninggalkan Rita dan Alin yang terkekeh geli melihat kekesalan Janisa.