16

1754 Kata

POV Melani Aku mengangkat wajah, menatap Arman yang tersenyum kecil padaku, dengan gerak bibir mengatakan agar tak ambil pusing pada sikap bapak. Kini aku ganti memandang bapak, ia menyuap dengan wajah cemberut. "Minta pakis disayurkan terong. Buuu, i-buuu," kata bapak dengan suara dipanjang-panjangkan. Ibu tersenyum. Ia menepuk jidatnya. "Lupa, Pak, malah ibu masukkan kulkas pakisnya," sahutnya sambil melirikku. Aku nyengir. Kalau aku tahu cara matikan kompor, tentu aku matikan saat mencium bau gosong. "Bu, Buu." Bapak menggeleng-gelengkan kepala. "Bapak pagi-pagi sekali cari pakis, malah tidak dimasakkan. Bu, Ibuuu." Ibu tersenyum. "Maklum, Pak, ibu ini sudah tua. Ibu rewang dulu. Nduk, makan yang banyak." Ibu mengedip padaku. Aku mengangguk, sangat tak nyaman saat bertemu pandang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN