9

713 Kata

Aku mengikuti Arman menuju kapal sambil sesekali menyentak napas kasar. Dia nyebelin banget ternyata orangnya. Ia segera ke loket, aku menoleh kanan kiri mencari toilet. Di mana ya toilet? Benar-benar gak nyanan banget pakai pempes. Seperti ada yang mengganjal, posisinya gak pas lagi jadi membuat gatal. Ingin menggaruk, tapi malu karena banyak orang. Nasib, nasiib. Adakah yang lebih menyiksa dari ini? Gatal tapi tak bisa menggaruknya. Pengen rasanya, iiiih, menggaruk. Hehe "Kenapa, Mbak?" Arman mengernyit heran. "Toilet di mana, Ar?" tanyaku resah. Duuh, gatal banget. Kalau gak ada orang, pasti sudah kubenarkan posisi yang gak pas ini. "Nanti di kapal ada toilet, Mbak. Ayo, nanti keburu berangkat, nunggu lagi lama harus menunggu setengah jam-an." "Iih, udah gak tahan, nih. Mana toilet?

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN