5

682 Kata
Mama dan ayah hanya diam memandangiku saat aku masuk ke dalam, menjatuhkan tubuh di sofa seberang mereka duduk. Aku sangat kesal pada Arman, tapi tersenyum kecil pada ayah yang terus memandangiku. "Sebenarnya kamu dan Arya ada masalah apa?" "Hanya kesalahpahaman sedikit kok, Yah." Aku tentu tak.imhin mengatakan alasannya. Kalau ayah sampai tahu aku ditalak, bisa-bisa Mas Hadi dipecat. Akhir-akhir ini, ayah suka mengeluh pekerjaan Mas Hadi yang kurang memuaskan. Aku menggigit bibir bagian dalam saat merasakan perut melilit dan sedikit nyeri. Ini pasti karena aku belum sarapan. Jarum jam di pergelangan tangan telah menunjukkan pukul 10 lewat. "Bibi masak apa, Ma?" tanyaku sambil lalu. Aku menuju dapur lalu menggeser kursi ke belakang dan mendudukinya. Di hadapanku ada ayam panggang, semir jengkol dan sambal telur balado. Semua ini adalah makanan kesukaan ayah. "Mel, nanti suruh suamimu ke sini. Ayah ingin bicara." Uhuk! Aku yang baru menyuap tersedak karena kaget. "Ada yang ingon ayah bicarakan adanya." Mana mungkin aku menyampaikan pesan ayah? Jangankan menemuinya, hanya untuk mengirim pesan WA padanya saja aku ogah. Ayah duduk di sampingku,aku kikuk karena terus dipandanginya. "Tumben doa tidak mengantarmu? Kalian ada masalah?" Aku menggeleng cepat. "Biasanya, kemanapun ada kamu selalu ada dia." "Ini kan jam kantor, Yaaah," sahutku gemas. "Tapi Adi tidak ke kantor hari ini." Aku menatsp ayah penuh selidik. Apa jangan-jangan Mas Adi kencan dengan perempuan itu? Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuatku luar biasa jengkel. Aku tak berselera melanjutkan makan maka aku berdiri, melambai pada ayah kemudian melangkah tergesa menuju mobil. Kusuruh Pak Budi ke arah Kampung Melayu, rumah Mas Adi yang kuberikan waktu itu. Pak Budi mengangguk patuh. Saat mobil melewati warung bakso di pinggir jalan yang menjadi tempat favoritku dan Mad Hadi, aku menarik napas, rasa menyakitkan menyeruak ke d**a. Dulu,aku nggak banget makan di pinggir jalan, tapi setelah kenal Mas Adi, aku jadi kecanduan makan bakso di tempat tadi. Mas Adi itu orangnya baik. Aku bertemu dengannya saat dia sedang mengamen di lampu merah kebon nanas, tiap mobil yang aku kendarai berhenti di lampu merah, dia pasti sedang mengamen. Lama-lama, aku penasaran dengannya dan mengikutinya sampai ke rumahnya, aku melihat ia menyalami tangan ibunya, dan mengusap sayang kepala adik kembarnya. Dari situ aku kagum, dan akhirnya aku memberanikan diri minta nomer telepon Mas Adi. Kami sering berkomunikasi, aku menembaknya jadi pacarku, menjalani hubungan hampir satu tahun dan akhirnya nikah. Selama ini, Mas Adi memperlakukanku dengan baik. Aku pun memperlakukannya bak raja, memanjakannya, dan memberikan ia uang yang banyak agaras Adi senang. Ia pun terlibat senang, itu membuatku sangat sangat bahagia memiliki suami rupawan sepertinya. Soal Mas Adi selingkuh, itu bukan masalah besar karena aku tahu ia melakukannya agar punya anak. Nanti lihat begitu aku hamil, ia akan mengemis cinta padaku. Aku menurunkan jendela saat tiba di jalan depan rumah Mas Adi. Aku mau masuk tapi digelayuti ragu. Mas Adi pasti akan berpikir aku tak bisa hidup tanpanya kalau sampai masuk ke rumah itu. Apa sebaiknya kirim SMS saja? Menyampaikan pesan ayah dan berbasa-basi menanyakan ia sekarang ada di mana. Maka aku pun mengeluarkan HP. Aku tersenyum saat membaca status WA Mas Adi Jaya Semoga dia tak kenapa-kenapa. Tuhan, tolong lindungi dia, yang tercinta Itu statusnya kemarin. Aku lagi-lagi tersenyum, membaca status WAnya berkali-kali dan mencrenhotnya untuk dilihat jika aku sedang sedih. Dengan membaca statusnya, aku akan meyakinkan diri pada diri sendiri bahwa aku pasti bisa kembali mendapatnya, asal aku hamil. Mas Adi meninggalkanku karena aku tak juga memberinya anak. Deg! Jantungku nyaris lompat dan dadaku berdebar keras saat k****a status Mas Adi berikutnya. Isinya sungguh membuat hatiku remuk Tiga bulan menuju hari H, sungguh mendebarkan. Tidak ada foto apa pun di statusnya, tapi itu membuatku curiga. Aku yakin maksudnya, ia akan menikah. Jahatnya. Pokoknya, aku harus segera dapat lelaki tangguh agar bisa kembali pada Mas Adi dalam keadaan hamil. Di benakku membayang wajah Arman, aku menggeleng dan menyentak napas. Lelaki itu sok suci, jadi mana mau? Sebaiknya aku segera cari lelaki lain. Tak akan kubiarkan Mas Adi sampai menikah. Aku membuka grup cari jodoh di sss, menggunggah fotoku dengan tulisan, Kencan, yuk? Minat, WA. Ini memang gila, tapi waktuku tinggal sedikit saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN