Esok hari telah tiba tetapi Cinka bersama kedua adiknya masih diselimuti rasa cemas dan khawatir. Hal ini karena adik bungsu mereka, Zoya tak kunjung pulang. Mereka sudah mencari Zoya tetapi belum membuahkan hasil. Hari ini mereka akan kembali mencari Zoya sampai ketemu.
“Zoya gimana kak,” ucap Olivia sambil menangis.
“Hari ini kita cari Zoya lagi,” ucap Cinka.
Hiks..hiks..
“Kok kalian nangis?” tanya Cinka.
“Gimana kita gak nangis, Zoya hilang kak. Hilang,” ucap Olivia.
“Meskipun Zoya sering bikin aku kesel tapi kan dia satu-satunya adik yang aku punya dan aku gak mau kehilangan dia,” ucap Sarah yang juga menangis.
“Kakak tahu bagaimana perasaan kalian sekarang karena kakak juga merasakannya. Siapa sih yang gak sedih kalau saudaranya hilang? Kakak mana sih yang gak cemas kalau adiknya gak pulang? Kakak ngerti itu tapi kakak minta kalian harus tegar dan jangan mikir yang aneh-aneh,” ucap Cinka.
“Yang penting kita harus berdoa dan berusaha. Kita doakan Zoya semoga dimanapun dia berada sekarang, dia tetap baik-baik aja. Selain berdoa, kita juga harus berusaha mencari Zoya sampai dia ketemu.” imbuhnya.
“Kita mau cari kemana lagi kak?” tanya Olivia.
“Kita ke sekolahannya Zoya aja barangkali teman atau gurunya ada yang tahu dimana keberadaan Zoya sekarang,” ucap Cinka.
Tak berpikir lama, Cinka langsung pergi ke sekolah Zoya bersama dengan Sarah dan Olivia. Cinka berharap teman atau guru Zoya mengetahui dimana keberadaan Zoya sekarang atau setidaknya diantara mereka ada yang tahu kemana terakhir kalinya Zoya meninggalkan sekolah.
Di Sekolah
Sesampainya di sekolah, Cinka bersama dengan Sarah dan Olivia masuk ke area sekolahan. Kehadiran mereka menjadi pusat perhatian para siswa dan siswi disana. Ketiga perempuan bersaudara itu dianggap memiliki paras yang sangat cantik ditunjang dengan penampilan yang sempurna.
Cinka menyadari bahwa dirinya dan kedua adiknya menjadi pusat perhatian murid-murid yang melihat mereka. Hal ini karena banyak murid yang memperhatikan dirinya dan juga kedua adiknya. Namun, Cinka tak peduli dengan itu karena tujuan utamanya ke sekolah adalah mencari Zoya.
“Kita langsung tanya sama gurunya apa gimana kak?” tanya Sarah.
“Coba kita tanya sama salah satu murid di sekolah ini aja dulu. Kalau murid-murid disini gak ada yang tahu baru kita tanya sama gurunya. Kalau gurunya gak tau juga terpaksa kita harus lapor ke polisi supaya Zoya cepat ketemu,” ucap Cinka.
Mereka bertanya kepada beberapa murid disana tetapi kebanyakan tak ada yang tahu kemana Zoya pergi. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan Lili, salah satu siswa yang duduk di kelas yang sama dengan Zoya.
“Dek, dek,” ucap Cinka memanggil seorang siswi yang berjalan melewatinya.
Karena dipanggil, siswa tersebut berbalik badan “Ada apa ya kak?”
“Kamu kenal sama Zoya gak? Dia anak kelas XI IPA” tanya Cinka.
“Ohhh Zoya, kenal dong kak soalnya dia temen sekelasku. Kalau boleh tahu ada apa ya mencari Zoya?” tanya siswi bernama Lili itu.
“Kami kakak-kakaknya Zoya dan kami kesini untuk mencari Zoya. Udah dari kemarin Zoya gak pulang. Kami udah mencoba menghubungi Zoya tapi nomernya gak aktif. Kemarin kami juga udah nyari Zoya sampai malam tapi Zoya juga masih belum ketemu. Makannya kita kesini barangkali ada yang tahu dimana Zoya sekarang,” ucap Olivia.
“Pantesan hari ini Zoya gak masuk kelas ternyata belum pulang toh dari kemarin,” ucap Lili.
“Kamu tau gak dimana Zoya sekarang atau setidaknya kamu tau gak terakhir kali Zoya pergi kemana?” tanya Sarah.
“Kebetulan kemarin aku ketemu Zoya dan aku lihat dia nangis. Aku tanya kenapa dia gak jawab. Aku ajak dia pulang bareng tapi dia juga gak kamu. Terus aku tanya dia kemana dan dia jawab kalau dia pergi ke rumah Viko,” ucap Lili.
“Viko? Siapa itu Viko?” tanya Sarah.
“Viko itu teman sekelas kami yang baru meninggal kemarin. Setahuku Zoya deket banget sama Viko bahkan kalau gak salah mereka udah jadian. Makannya pas denger kabar Viko meninggal, Zoya kelihatan sedih banget. Kemungkinan sih dia emang ke rumah Viko,” ucap Lili.
“Apa sekarang dia masih di rumah Viko?” tanya Sarah.
“Kalau itu aku gak tau kak karena aku gak ngikutin Zoya kemarin. Coba deh kakak ke rumah Viko aja siapa tahu Zoya masih ada disana,” ucap Lili.
“Rumah Viko dimana?” tanya Cinka.
Lili pun memberikan alamat rumah Viko, “Jadi disitu kak rumahnya.”
“Kita langsung kesana aja kak,” ucap Olivia pada Cinka.
“Iya. Setelah ini kita kesana,” jawab Cinka pada Olivia.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, Cinka bergegas untuk menuju kesana “Makasih ya kamu udah bantu kita dengan ngasih informasi ini.”
“Sama-sama kak. Semoga Zoya cepat ketemu dan bisa bersekolah lagi,” ucap Lili.
“Aamiin,”
Di Parkiran
Saat berada di parkiran, ada seorang pria yang juga seorang guru menghampiri Cinka dan kedua adiknya. Dia adalah Bagus, guru sekaligus wali kelas Zoya. Bagus belum pernah melihat mereka sebelumnya, sehingga Bagus penasaran tentang siapa mereka dan mengapa mereka ada disini.
“Selamat pagi,” ucap Bagus pada Cinka dan kedua adiknya.
“Pagi,” jawab Cinka.
“Maaf, kalian ini siapa ya? Apa kalian mau melamar menjadi guru disini?” tanya Bagus.
“Bukan. Kami kesini ingin mencari adik kami,” ucap Sarah.
“Adik kalian? Siapa?” tanya Bagus.
“Zoya,” ucap Olivia.
“Zoya anak kelas XI IPA?” tanya Bagus.
“Iya pak. Apa bapak tahu dimana Zoya sekarang?” jawab Sarah.
Bagus memuji Cinka dan adik-adiknya, “Saya gak nyangka loh ternyata Zoya punya kakak-kakak yang sangat cantik seperti dirinya. Wah… adik dan kakak ternyata sama, sama-sama cantik.”
“Tolong jangan membahas topik lain ya pak. Kami kesini mencari Zoya jadi kami mohon kerjasamanya,” ucap Cinka.
“Jadi Zoya hilang? Pantesan tadi pas saya absen dia gak ada. Kira-kira Zoya hilangnya dimana?” tanya Bagus
“Bapak ini gimana sih. Kalau kami tahu dimana Zoya sekarang kami gak akan mencarinya apalagi sampai mencarinya ke sekolah,” ucap Cinka.
“Jangan panggil bapak dong saya masih muda lho. Mungkin akan lebih baik kalau kita kenalin dulu. Kenalin saya Bagus dan saya wali kelas Zoya,” ucap Bagus mengajak Cinka dan kedua adiknya bersalaman.
“Udah gak usah diladenin kak. Kita harus nyari Zoya sekarang,” bisik Olivia pada Cinka.
“Maaf ya kami buru-buru dan kami gak ada waktu untuk sesuatu yang tidak penting,” ucap Cinka kemudian bergegas masuk ke mobil.
“Tapi kenalan itu penting lho. Setelah kenalan kan kita bisa nyari Zoya bareng-bareng,” ucap Bagus tetapi tak dihiraukan oleh Cinka dan kedua adiknya.
Di Rumah Viko
Sesampainya di rumah Viko, Cinka, Sarah, dan Olivia keluar dari mobil dan masuk ke halaman rumah Viko. Cinka sempat tidak enak dengan pemilik rumah karena Sarah dan Olivia sedikit tidak sopan saat ke rumah mereka. Untungnya, sang pemilik rumah tidak marah.
“Zoya, Zoya! Kakak tahu kamu ada disini. Ayo pulang,” teriak Sarah.
“Kita udah ada disini. Ayo kita pulang sekolah,” ucap Olivia.
“Olivia, Sarah, kalian apa-apaan sih. Jangan teriak-teriak gitu ah gak sopan apalagi yang punya rumah sedang berduka,” ucap Cinka.
“Habisnya kita pengen Zoya cepet-cepet pulang kak,” ucap Sarah.
“Tapi gak gini juga caranya. Kita kan tamu, jadi kita gak boleh sewenang-wenang disini. Kita harus bersikap sopan dimanapun kita berada,” ucap Cinka.
Tak lama kemudian, kakak Viko, Pandu keluar dan bertanya “Maaf. Ada apa ya?”
“Tolong suruh Zoya pulang,” ucap Olivia.
“Disini gak ada Zoya,” ucap Pandu.
“Halah.. Gak usah bohong. Kita tahu Zoya ada didalam kan,” ucap Sarah.
Pandu mengatakan, “Enggak. Ngapain juga saya bohong. Kemarin Zoya emang kesini tapi gak lama, cuma sebentar aja dia disini. Setelah itu dia pergi, saya pikir dia udah pulang.”
“Zoya gak pulang dari kemarin. Kita juga udah coba menghubungi nomernya tapi gak aktif,” ucap Cinka.
“Maaf, kalau boleh tahu, kalian ini siapanya Zoya?” tanya Pandu.
“Kami kakak-kakaknya Zoya dan saya yang sulung. Sebelumnya saya mau minta maaf atas ketidaksopanan kedua adik saya ini saat ada disini,” ucap Cinka.
“Gak apa-apa. Saya maklumi mereka bersikap seperti itu mungkin karena sangking cemas dan khawatirnya mereka sama Zoya,” ucap Pandu.
“Kalau Zoya gak ada disini, kita harus cari kemana lagi kak?” tanya Olivia yang kembali menangis karena Zoya tidak ada disana.
“Iya kak. Kita harus cari Zoya kemana lagi,” ucap Sarah pada Cinka.
Cinka kemudian bertanya pada Pandu, “Apa kamu tahu Zoya kemarin terakhir pergi kemana?”
“Kemarin sih dia bilang mau pergi ke makam adik saya, Viko. Tapi apa mungkin dia masih ada disana sekarang,” ucap Pandu.
“Mungkin aja. Kita harus kesana,” ucap Olivia.
“Kamu bisa gak nolongin kita buat nganterin kita ke makam Viko? Kita gak begitu tahu daerah sini jadi kita takut nyasar,” ucap Cinka.
“Boleh. Saya bisa mengantarkan kalian,” ucap Pandu.
“Makasih ya,” ucap Cinka.
Sebelum pergi ke makam, Pandu mengambil sebuah kado yang ia temukan dari kamar Viko. Pandu tidak tahu apa isinya dan tidak mau juga untuk membuka kado tersebut. Hal ini karena meskipun Viko sudah meninggal, tetapi tetap saja Pandu tidak berhak membuka kado tersebut.
Karena melihat ada foto Zoya di bungkus kado tersebut, Pandu yakin bahwa kado itu sengaja Viko siapkan untuk Zoya. Oleh sebab itu, Pandu mengambil kado tersebut dan akan diberikan kepada Zoya, jikalau nanti ia bertemu dengan Zoya.