Jangan Tinggalkan Aku

1401 Kata
“Sebenarnya apa Viko?” tanya Zoya. Viko mengeluarkan dua gelang dari saku bajunya, kemudian memberikannya kepada Zoya “Sebenarnya aku mau ngasih ini.” “Gelang?” tanya Zoya. Viko menganggukan kepala, “Gelang ini satu buat kamu dan satu buat aku.” “Tapi waktu itu kan kamu udah pernah ngasih aku kalung,” ucap Zoya. “Gak apa-apa dong biar kamu punya banyak kenang-kenangan dari aku,” ucap Viko. “Makasih ya,” ucap Zoya. “Sama-sama,” ucap Viko. Selain gelang sederhana yang ia berikan kepada Zoya, Viko juga sudah menyiapkan hadiah lain. Namun, hadiah yang telah ia bungkus kado tersebut masih ia simpan di kamarnya. Rencannya, Viko akan memberikan kado itu tepat di hari ulang tahun Zoya pada tanggal 17 nanti. ***** Keesokan harinya, Viko tidak masuk sekolah. Hal ini membuat Zoya heran mengapa Viko tidak masuk sekolah padahal kemarin dia baik-baik saja. Disamping itu, Viko juga tidak memberi kabar bahwa hari ini dia tidak berangkat ke sekolah. Padahal biasanya Viko selalu menghubungi Zoya jika ia tidak berangkat sekolah. Sebelum pulang sekolah, Pak Bagus, selaku wali kelas menyampaikan kabar duka kepada seluruh siswa. Pak Bagus mengabarkan bahwa Viko, murid kelas XI jurusan IPA meninggal dunia akibat kecelakaan. Mendengar itu, Zoya dan semua murid di kelas langsung syok dan tidak menyangka jika murid yang dikabarkan meninggal itu adalah Viko. Sebelum mempersilahkan siswa dan siswi pulang, Pak Bagus menyampaikan “Anak-anak, ibu mau menyampaikan kabar duka. Teman kalian, Viko Dwirangga meninggal dunia.” “Bapak serius? Viko teman kita udah gak ada?” tanya salah seorang siswa. “Tentu saja bapak serius. Bapak tidak mungkin bercanda dengan sesuatu yang berhubungan dengan kematian. Jadi apa yang bapak sampaikan sudah dipastikan kebenarannya. Bapak mendapatkan kabar ini dari Pak Rahman (Kepala Sekolah) dan Pak Rahman meminta bapak memberitahukan kabar ini kepada kalian,” ucap Pak Bagus. “Nanti bapak juga akan memberitahukan kabar ini kepada seluruh siswa, guru, dan karyawan di sekolah ini. Rencananya Pak Rahman ingin mengajak para guru, karyawan, dan perwakilan murid untuk melayat ke rumah Viko. Kemungkinan besok kita akan ke rumahnya,” imbuhnya. “Kalau boleh tahu Viko meninggalnya kenapa Pak?” tanya salah seorang murid. “Berdasarkan informasi yang bapak dapatkan, Viko meninggal karena kecelakaan tadi malam. Dia ikut balap liar dan nahasnya motor yang dia kendarai menabrak truk pengangkut batu. Akibat kejadian tersebut Viko meninggal ditempat. Viko sempat dilarikan ke rumah sakit tapi nyawanya tidak tertolong,” ucap Pak Bagus. “Ini menjadi pelajaran untuk kita semua terutama para remaja seperti kalian ini untuk lebih berhati-hati dijalan. Disamping itu, tidak usahlah ikut balap liar segala karena itu bisa berbahaya bukan hanya untuk diri kita sendiri tapi juga untuk pengguna jalan lain,” imbuhnya. “Aksi kebut-kebutan dengan beradu kecepatan sepeda motor di jalan raya sangat beresiko dan dapat berakibat fatal jika kita tidak berhati-hati. Bahkan jika kita sudah berhati-hati sekalipun kemungkinan kecelakaan akan selalu ada,” pungkasnya. “Kasihan banget ya si Viko. Mana masih muda lagi,” ucap siswa lain. “Iya ya kasihan si Viko. Kok bisa-bisanya sih dia ikut balap liar,” ucap siswa lain. Mari kita doakan semoga Viko mendapatkan diampuni segala kesalahan serta mendapat tempat terbaik disisi Nya. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan Aamiin,” ucap Pak Bagus. Hati Zoya mulai tidak tenang begitu mengetahui bahwa Viko sudah tidak ada. Sedari tadi Zoya hanya diam karena memikirkan Viko yang sekarang sudah pergi untuk selama-lamanya. Disamping itu, Zoya teringat kalung dan gelang yang Viko berikan. Zoya juga teringat apa yang Viko ucapkan kemarin. “Aku bener-bener gak nyangka Vik. Kenapa kamu pergi secepat ini. Aku belum siap kehilangan kamu Vik,” ucap Zoya sambil melihat gelang pemberian Viko yang ia pakai. ***** Setelah jam pulang sekolah, Zoya langsung berangkat ke rumah Viko. Zoya berharap apa yang Pak Bagus katakan tadi tidaklah benar. Zoya juga berharap bahwa apa yang tadi ia dengar hanyalah berita bohong. Namun, pada akhirnya Zoya harus bisa menerima kenyataan bahwa Viko sudah tiada. Ketika sampai di rumah Viko, Zoya melihat banyak orang melayat. Ada juga bendera kuning sebagai tanda kematian yang terdapat di depan rumah Viko. Zoya benar-benar tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Pandu, kakak Viko menghampiri Zoya dan memintanya untuk mengikhlaskan kepergian Viko. “Zoya,” ucap Pandu pada Zoya yang berdiri tepat di pinggir jalan dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. “Kak, semua ini gak bener kan. Viko masih hidup kan kak,” ucap Zoya tetapi Pandu hanya diam. Pandu merasa berat untuk mengatakan pada Zoya bahwa Viko sudah meninggal dunia. “Jawab aku kak. Viko masih hidup kan!” ucap Zoya. “Zoy, kalau Viko punya salah sama kamu, tolong dimaafkan ya. Yang Viko butuhkan sekarang hanyalah doa,” ucap Pandu. “Kak, kenapa Viko pergi kak. Kenapa,” ucap Zoya yang sedari tadi tak henti-hentinya menangis. “Viko udah gak ada Zoy. Abang minta kamu ikhlaskan kepergian Viko supaya dia tenang disana,” ucap Pandu. “Gak kak, aku belum siap kehilangan Viko. Aku baru jadian dua minggu sama dia tapi kenapa dia malah pergi ninggalin aku. Aku masih butuh Viko,” ucap Zoya. Pandu mengatakan, “Sejatinya kita ini milik Allah dan kita pasti akan kembali lagi pada Allah. Jadi kamu gak boleh sedih berlarut-larut karena apa yang terjadi ini udah menjadi takdir dari Allah. Ikhlaskan, doakan, dan maafkan apapun kesalahan yang pernah Viko lakukan sama kamu.” “Aku mau ketemu Viko untuk yang terakhir kalinya bang,” ucap Zoya. “Viko sudah dimakamkan tadi pagi,” ucap Pandu. “Bahkan melihat wajahnya untuk yang terakhir kalinya saja aku gak bisa,” ucap Zoya. “Kalau kamu sayang sama Viko, ikhlaskan dia. Kalau kamu mau Viko tenang, maafkan kesalahannya. Kalau kamu mau Viko bahagia disana, doakan dia. Karena yang Viko butuhkan saat ini hanya doa sekali lagi abang tegaskan doa,” ucap Pandu. “Iya bang. Aku akan berusaha mengikhlaskan Viko meskipun berat,” ucap Zoya kemudian ia pergi. “Kamu mau kemana?” tanya Pandu. “Aku mau ke makam Viko bang. Aku mau mendoakan Viko disana,” ucap Zoya kemudian berjalan menuju tempat pemakaman Viko. Di Makam Sesampainya di makam, Zoya duduk disamping makam Viko. Air mata Zoya pecah begitu melihat sebuah makam bertuliskan nama Viko disana. Zoya teringat sikap dan perilaku Viko kemarin saat mengajaknya ke taman dan memberinya gelang. Pada saat itu, Zoya melihat bahwa ada yang berbeda dengan Viko. Namun, Zoya tidak menyangka jika itu adalah pertanda kepergian Viko untuk selama-lamanya. Zoya juga tidak merasa bahwa itu adalah firasat jika Viko akan meninggalkannya. “Aku bener-bener gak nyangka kamu pergi secepat ini Vik. Aku pikir kita akan menghabiskan masa muda bersama, tapi ternyata aku salah. Kamu ninggalin aku pas aku lagi sayang-sayangnya sama kamu. Jujur aku belum siap kehilangan kamu tapi aku juga gak bisa menolak takdir,” ucap Zoya di makam Viko. “Aku cuma bisa bilang makasih sama kamu karena kamu udah pernah menjadi bagian dalam hidupku, kamu udah pernah mewarnai hidupku, dan kamu jugalah yang bikin hidupku gak kesepian lagi. Aku tahu dunia kita sudah berbeda tapi rasaku sama kamu akan tetap sama. I love you,” imbuhnya. Hari mulai gelap tetapi Zoya tak kunjung meninggalkan makam Viko. Bahkan Zoya juga tidak ingat untuk pulang ke rumahnya. Yang Zoya ingat hanyalah Viko, kenangan bersama Viko, dan harapan untuk bersama Viko. Di Rumah Cinka Waktu menunjukkan pukul 19.00 malam tetapi Zoya tak kunjung pulang juga. Hal ini membuat Cinka dan kedua adiknya khawatir dengan Zoya. Mereka sudah berkali-kali menghubungi nomer Zoya tetapi tidak aktif. Takut terjadi apa-apa, mereka langsung mencari Zoya. “Sar, kamu lihat adek gak?” tanya Cinka pada Sarah yang sedang bermain ponselnya. “Palingan juga di kamarnya kak,” ucap Sarah. “Gak ada Sar. Kakak udah cari ke kamarnya gak ada. Ayo bantu nyari adek,” ucap Cinka. Setelah itu Cinka dan Sarah menghampiri Olivia yang sedang membaca majalah di ruang keluarga, “Liv, kamu lihat adek gak?” “Loh bukannya udah pulang?” tanya Olivia. “Kalau udah pulang kakak gak bakal nyariin,” ucap Cinka. “Terus sekarang adek dimana?” tanya Olivia. “Sekarang kalian berdua bantuin kakak nemuin adek,” ucap Cinka. Tak berlama-lama, Cinka langsung mengambil mobilnya dan mengajak kedua adiknya untuk menemukan Zoya. Mereka telah menyusuri beberapa tempat tetapi tak menemukan Zoya. Mereka mencari Zoya hingga larut malam namun Zoya tak kunjung ditemukan. Karena sudah malam, mereka menghentikan pencariannya dan melanjutkan besok.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN