Sudut bibir Leonard mulai terangkat, pertanda ada sesuatu dalam otaknya yang membuat pria itu bisa menarik sebuah kesimpulan. Langkah kakinya memelan. Ia menekan sesutu dari benda yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Benda itu seperti arloji namun dengan fungsi berbeda. Seketika suara 'tit' kecil yang sejak tadi berbunyi, ikut berhenti. Semilir angin bertiup menerpa wajah Victoria yang telah di banjiri peluh. Sepasang kelopak matanya tak ingin terbuka. Tak ingin menelan kenyataan yang semakin dekat ke arahnya. Ia benar-benar terjebak. Lagi dan lagi. Jika dia menyerang, pasti tenaga pria itu akan dengan mudah memblokir semua pergerakannya. Dalam keheningan yang memanjang, pikirannya masih melayang, hingga membuat deru napas gadis itu menggila dengan degup jantung yang teramat kuat