Bab 10 - Ada apa di Private Room

1108 Kata
Waktu pulang kerja akhirnya datang. Seperti biasa, Ceria akan tampil maksimal agar tidak mempermalukan atasannya. Dia masih mengenakan seragam kerja, merapikan rambut dan memoles makeup-nya kembali. Memakai tipis minimalis yang membuatnya terlihat memesona. Kali ini dia memakai lipstik peach agak oranye, menambah cerah wajahnya yang sudah merona dengan sapuan blush on. Mencerminkan penampilan wanita karier yang elegan dan penuh percaya diri. Sementara itu, Mark yang jangkung terlihat semakin gagah dengan mengenakan jas resmi, warna jas yang senada dengan blazer yang dipakai Ceria. Lelaki itu tidak perlu melakukan apa pun terhadap wajahnya, hanya mencuci muka saja sudah terlihat segar. Mereka bergegas menuju tempat yang sudah dipesan oleh Ceria. Selama perjalanan, Ceria melihat waktu yang berputar, berdasarkan informasi dari Bagja, perusahaannya baru akan memulai acara pada pukul tujuh malam. Beruntung, semua seolah berpihak, mereka tiba di tempat setengah jam sebelum acara dimulai. Ceria pun memesan tempatnya untuk pukul tujuh malam. Sebuah ruangan biliar dengan fasilitas karaoke yang dipesannya. Letak ruangannya sengaja bersebelahan dengan tempat perayaan pesta ulang tahun perusahaan Bagja. Pandangan Ceria berputar mencari-cari sosok lelaki yang tadi pagi ditinggalkannya. Terlihat lelaki itu tengah duduk, pastinya bersebelahan dengan gadis itu lagi, siapa lagi kalau bukan Sisy. Ceria menjaga mood-nya agar tetap baik. Dalam jarak beberapa meter lagi mereka melewati tempat Bagja, wanita itu menjadi semakin pintar memanfaatkan situasi. Ceria sengaja membuat kakinya seolah tersandung sehingga dengan spontan Mark menahan tubuhnya yang terhuyung. Mata Bagja membulat melihat lengan Mark yang memegang bahu istrinya, dengan postur tubuh yang lebih tinggi, pria itu terlihat sedang merangkul. Sudut mata Ceria melihat raut muka yang sudah berubah, dengan sopan dia meminta Mark melepaskan pegangannya. Mereka berjalan seolah tidak tahu jika ada Bagja di sana. Mark yang memang begitu perhatian pada stafnya itu terdengar menasihati Ceria. “Please take care, please don’t make me worry, if anything happen to you, what should I do?” ucap lelaki bertubuh tinggi itu sambil sesekali melirik Ceria yang berjalan tertunduk di sampingnya. “Thank you, Sir, everything is okay,” ucap Ceria sambil memasang senyum termanisnya ketika tepat berada di depan meja Bagja yang tengah memperhatikannya. Ceria dan Mark memasuki private room karaoke dan biliar diiringi dengan tatapan tidak berdaya dari Bagja. Lelaki yang sejak dulu selalu meremehkan perasaan istrinya. Lelaki yang menaruh Ceria pada urutan kesekian dalam prioritasnya. Kini lelaki itu tengah terbawa oleh pemikirannya yang mulai beterbangan. Apa yang dilakukan istrinya di dalam ruangan itu bersama lelaki yang terlihat begitu perhatian padanya? “Pak, ayo kita nyanyi, lagu biasa, ya?” Suara Sisy yang duduk di sampingnya membuyarkan pikirannya. Dia mengangguk, tidak enak juga jika tiba-tiba menolak ajakan Sisy karena biasanya mereka akan menjadi pasangan terkompak di setiap acara gathering seperti itu. Sisy dan Bagja bernyanyi, gadis itu begitu menghayati lagu yang selalu mereka bawakan setiap kali ada acara. Lagu “Cinta karena Cinta” yang dipopulerkan oleh Judika.   Aku hanyalah manusia biasa Bisa merasakan sakit dan bahagia Izinkan kubicara Agar kau juga dapat mengerti   Kamu yang buat hatiku bergetar Rasa yang telah kulupa kurasakan Tanpa tahu mengapa Yang kutahu inilah cinta   Cinta karena cinta Tak perlu kau tanyakan Tanpa alasan cinta datang dan bertakhta Cinta karena cinta Jangan tanyakan mengapa Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara   Kamu yang buat hatiku bergetar Senyumanmu mengartikan semua Tanpa aku sadari Merasuk di dalam d**a   Cinta karena cinta Tak perlu kau tanyakan tanpa alasan cinta datang dan bertakhta Cinta karena cinta Jangan tanyakan mengapa Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara   Ooo-ye-ye   Cinta karena cinta Tak perlu kau tanyakan tanpa alasan cinta datang dan bertakhta Cinta karena cinta Jangan tanyakan mengapa Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara   Mereka bernyanyi bersama, namun pikiran Bagja kosong entah ke mana, beberapa kali dia salah lirik. Ada juga dia tertinggal nada, penampilan terburuknya sepanjang sejarah karena seorang wanita yang beberapa bulan lalu masih diabaikannya. Dia masih menatap pintu private room di mana Ceria masuk tadi. Sisy hanya menatapnya heran, atasannya tersebut sejak pagi sudah terlihat tidak bersemangat. “Pak, lagi sakit?” tanya Sisy seusai menyanyi. “Engga kok,” ucap Bagja. Lelaki itu kemudian merogoh saku untuk mengambil ponsel dan menjauh dari timnya yang masih bernyanyi. Kini giliran dari divisi lain yang unjuk gigi. Acara makan malam staf yang tahun-tahun kemarin terasa begitu semarak dengan kehadiran Sisy yang menambah riang, kini tidak berlaku lagi baginya. Semua terasa hambar. Berkali-kali dia memijit nomor Ceria, namun tidak ada jawaban. Tidak berapa lama, sebuah notifikasi pesan masuk. Ada apa Mas? Ceria mengirim pesan w******p. Kamu pulang jam berapa? Ini udah selesai, bentar lagi pulang. Aku tunggu di parkiran ya. Bukannya Mas Bagja masih lama ya, tadi kan bilang ke aku mungkin sampai tengah malam, aku gak mau nunggu Mas, mau ke tempat Mama, kasian Iren. Aku bisa kok pulang lebih cepat, ini gak wajib juga, acara hiburan saja. Bagja membalas lagi. Untuk pertama kalinya dia rela meninggalkan acara party perusahaan dan pulang lebih cepat demi istrinya. Biasanya dia akan pulang ketika acara sudah selesai dan mengantarkan Sisy dulu ke rumahnya, karenanya sering sekali sampai di rumah pukul satu atau dua malam. Oh, gitu, terserah Mas Bagja, walaupun mau sampai habis acara juga gak masalah, Mr. Mark mau nganterin aku. Gak usah, pulang bareng aku aja.. Ok. *** Ada setetes haru menitik di hati wanita itu, setelah sekian lama dirinya diabaikan dan seperti makhluk transparan, kini dia sudah mulai terlihat lagi di mata suaminya. Mark yang berada di sampingnya meliriknya dan bertanya, “Are you crying?” sambil menyipit melihat mata Ceria yang berair. “Sleepy,” ucap Ceria sambil tertawa, kebetulan tamu mereka baru saja keluar. Mark hanya mengangguk sambil menghabiskan minumannya. “Mr. Mark, saya pulang bareng Mas Bagja, gak usah diantar.” Ceria meminta izin. “Who is Bagja?” tanya Mark sambil mengerutkan dahi. Ah, walaupun berkerut dahinya, tapi tidak mengurangi ketampanannya. “My husband,” ucap Ceria sambil tersenyum. “Oh, okay, take care, saya mau continue party.” Dia mempersilakan Ceria yang akan pulang duluan, sedangkan lelaki itu terus melanjutkan karaoke ditemani singer di sana. Ceria keluar dari private room, terlihat Bagja menatap ke arahnya. Ceria memberikan kode kalau dia akan menunggu di luar, Bagja mengangguk. Ceria berjalan melewati kerumunan staf dari perusahaan suaminya. Bagja bergegas pamit pulang pada bosnya. Sisy yang mendengar, bergegas menghampiri lelaki yang tengah memakai jaket itu. “Pak, nanti yang nganter saya pulang siapa?” tanya Sisy, dirinya sudah terbiasa diantar jemput oleh Bagja. “Kan, banyak transportasi online, saya duluan, ya,” ucapnya sambil melambaikan tangan pada Sisy dan mengejar Ceria yang masih terlihat punggungnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN