Tak ingin berpisah

1439 Kata
Sesaat sebelum pergi bersama Vera, awalnya ia akan bertemu dengan Rendra. Namun ia mengurungkan rencananya, dan mengubah waktu untuk bertemu nanti malam. Alice bahkan mengatakan, bahwa dirinya pergi ke Mall tempat dirinya berdiri sekarang. Sebelum pulang, Alice sengaja memilih sebuah Dasi untuk Rendra. Namun saat dirinya sudah memilih salah satu dasi, tiba-tiba terdapat seseorang yang merebutnya. "Boleh aku mencobanya?" Ujar Pria itu dengan percaya diri. Awalnya Alice ingin marah karena pilihannya di rebut orang lain, namun begitu melihat siapa Pria yang berdiri di sampingnya, ia menjadi malu dan salah tingkah. Rupanya dia adalah Rendra, yang sengaja datang ke Mall untuk menyusul Alice. "Kakak kok bisa disini?" Tanya Alice mengubah raut wajah cemberutnya. "Aku sengaja kesini, karena kamu bilang akan kesini. Mana temana mu? Kok sendirian?" Rendra tampak memerhatikan sekitar Alice, karena mengatakan ia datang bersama teman. "Oh, dia lagi asyik di acara fan meet Christ. Kakak nggak lihat di sebelah sana?" "Lihat kok!" Rendra mengangguk, paham. Tangannya dengan lugas mencoba sebuah dasi yang di pilih Alice tadi, tubuhnya berdiri tepat di depan cermin. "Jadi, kenapa kamu mau beli Dasi ini?" Tanya Rendra, masih dengan pandangan ke arah cermin. "Ehm.. Itu, tadinya aku ingin memberi Kakak hadiah, tapi Kakak malah sudah kesini duluan" Rasanya tak bisa berbohong, ketika berhadapan dengan Rendra. Wanita itu begitu malu, mengatakan yang sejujurnya. "Kebetulan sekali. Pilihanmu tepat, Al. Dasi ini cocok banget, kalau begitu aku terima hadiahnya" Rendra tersenyum, dan melepaskan kembali dasi tersebut. Pria itu lalu menyerahkannya pada Pegawai toko untuk di bungkus. Tak lupa pula, Rendra menyiapkan kartu untuk transaksi pembayaran. "Kak biar aku aja, ini kan hadiah dari aku" Ucap Alice menahan kartu milik Rendra. Sedangkan tangannya menyodorkan kartu miliknya pada kasir. Rendra mengambil kartu tersebut, dan tetap membayar dengan kartu miliknya. "Simpan saja Al. Gimana kalau traktir aku nonton aja?" Ujar Rendra meminta. "Baiklah. Ayoo!" Alice kini tak lagi memedulikan Vera yang sedang bersenang-senang. Bagaimanapun kebahagiannya ada di depan mata saat ini. Jadi ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Mereka berdua lalu pergi ke lantai atas untuk menonton bioskop. Rasanya sudah lama mereka tak menyempatkan waktu bersama. Inikah yang di namakan Kencan yang tak di sengaja. Kini Alice tengah duduk, menunggu Rendra yang masih membeli tiket. Tak lama, Rendra pun tiba dengan membawa dua lembar Tiker film horor lokal. Keduanya sudah sepakat untuk memonton film KKN, dan kini mereka mulai berjalan memasuki gedung Bioskop. Sementara itu di kediaman Sandiego Estelle, terlihat sebuah keluarga sedang menyantap makan malam bersama. Mereka adalah sepasang suami Istri paru baya, dan Putri keduanya yang bernama Meysa Laura Estelle. Sandiego Estelle adalah seorang Pengusaha kaya ternama di Kota , yang memimpin beberapa perusahaan besar. Pria parubaya itu telah menikahi Wanita bernama Karina sejak 5 tahun yang lalu. Meysa adalah Anak kedua, sekaligus anak Tiri Pengusaha ternama yang kerap di sapa Diego itu. Lalu, Diego juga memiliki seorang Putri dari Istri pertamanya, yaitu Alice. Hubungannya dengan Alice semakin merenggang seiring berjalannya waktu. Diego tak mengira, jika Alice akan menentang Pernikahannya dengan Karina dan membuat Alice pergi dari rumah. Namun begitu, Diego tak ingin sepenuhnya menyalahkan Alice. Ia memberi waktu untuk Alice dan membiarkannya untuk berpikir lebih jernih lagi. Suasana di meja makan begitu hening, hanya ada suara gesekan sendok dan piring yang mereka sentuh. Sudah 3 bulan lebih, Keluarga mereka makan bersama tanpa kehadiran Alice. Tak di pungkiri, bahwa mungkin Diego merindukan sosok Putrinya. Namun tidak dengan Karina, Wanita itu justru sangat tenang saat tak ada Alice. "Meysa, apa kamu pernah melihat Kakak-mu di Kampus?" Tanya Diego, sambil mengusap ujung bibirnya dengan sapu tangan. Seketika Karin menghentikan kegiatan Makannya, saat tiba-tiba Diego membahas Anak itu. "Aku jarang melihatnya, Pah. Kenapa?" "Tidak apa-apa. Papa cuma tanya" Tutur Pria parubaya itu, sejenak meneguk gelas minumnya. Begitupun dengan Meysa yang kembali melanjutkan makannya. Ia tidak terlalu memikirkan masalah keluarganya. Meski satu Universitas, dan usianya hanya terpaut satu tahun dengan Alice, namun keduanya tak terlihat akur. "Kenapa tiba-tiba dia menanyakan Anak sialan itu, ya?" Gumam Karin dalam hati. ***** Setelah dua jam menonton, akhirnya Alice dan Rendra keluar dari gedung bioskop. Mereka tampak menikmati film tersebut, bahkan Alice terlihat antusias menceritakan adegan-adegan yang mengesankan bagi-nya. "Serem banget, ya Kak endingnya" Ujar Alice membahas ending Film Kkn yang baru saja mereka tonton. "Iya Al. Hawa mistisnya kerasa banget, aku sampai merinding, Hehe" Celetuk Rendra, memegangi tengkuk-nya. Mereka lalu berjalan beriringan menuju keluar. "Ngomong-ngomong, teman-mu nggak apa-apa kan Al, kamu tinggal nonton sama aku" Tanya Rendra, teringat dengan Vera. Alice sejenak membuka ponselnya, ia melihat notif beberapa panggilan tidak terjawab dari Vera. Ada pula pesan dari Vera yang sibuk mencarinya. "Besok dia pasti ngomel-ngomel, nih" Gumamnya sambil mengantongi kembali ponselnya. "Ada pesan darinya ya? Gimana katanya?" "Dia sudah pulang, Kak. Nggak apa-apa, lagian dia malah nonton Christ" Alice menggerutu, mengingat sikap menyebalkannya Vera. "Baiklah, gimana kalau kita makan setelah ini?" "Oke! Kakak mau makan apa?" Tanya Alice, menggandeng tangan Rendra. "Aku apa aja, terserah kamu, Al" Sahut Pria itu dengan lembut. Keduanya lalu menuju ke cafe Restoran langganan mereka, yang ada di pinggiran kota. Setelah beberapa menit di perjalanan, mereka akhirnya tiba di Restoran Paradise food. Mereka duduk di kursi dekat jendela, dengan pemandangan malam kota. Alice lalu memilih pasta dan beberapa desert untuk penutup. Begitupun dengan Rendra, yang menyesuaikan Alice. Selama berpacaran, keduanya sama sekali belum bertemu dengan Orang tua masing-masing. Hanya sesekali mereka membicarakan keluarga mereka, saat sedang senggang. "Al, apa besok kamu ada acara?" Sambil menunggu pesanan makanan mereka tiba, Rendra menanyakan perihal jadwal Alice. "Kuliah seperti biasa Kak. Ada apa?" "Kalau begitu, setelah kuliah selesai aku akan menjemputmu ya?" Ujar Rendra antusias. "Memangnya kita mau kemana?" Alice terlihat bingung, apalagi ketika melihat respon antusias Rendra. "Orang tuaku mengundang mu ke rumah. Mereka ingin bertemu denganmu, kamu mau kan?" Pria itu membujuk Alice, sambil memegang tangannya. Sejenak Alice di buat terkejut, kedua Netranya bahkan membulat sempurna. "Ta, tapi kenapa mendadak banget Kak? A, aku kan belum menyiapkan diri" Gagap Alice saat menjawab. "Kamu ngga perlu menyiapkan apapun Al, cukup bersikap baik saja. Orang tuaku baik kok, bagaimanapun aku kan mau melamarmu. Jadi setidaknya kamu perlu bertemu dengan Orang tuaku" Sambung Rendra membujuk Alice. Alice lalu menyambar gelas berisi air putih dan segera meneguknya. Siap tidak siap, dirinya harus bertemu dengan keluarga Rendra. Meski dalam hati yang paling dalam Alice merasa sangat senang, namun juga ia merasa gugup dan panik saat mengetahui, bahwa Keluarga Rendra ingin bertemu dengannya. "Apa setelah bertemu dengan keluarganya, lalu bertemu dengan keluargaku juga?" Gumam Alice dalam hatinya. Alice sempat terdiam, membayangkan hidup yang indah ia jalani bersama Rendra. Hingga sebuah tepukan tangan Rendra membuyarkan bayangannya. "Jadi gimana? Kamu mau kan?" Tanya Rendra sekali lagi. Alice lalu segera menganggukkan kepalanya dengan cepat. Ini saatnya bagi dia untuk menjemput kebahagiaannya. "Kak aku ke toilet dulu, Ya?" Ujar Alice mulai beranjak dari kursinya. Wanita itu lalu melangkahkan kakinya menuju ke toilet, namun di tengah perjalanan ia menyenggol seorang Wanita yang sangat cantik, tengah berjalan bersama Pria di sampingnya. "Maaf, saya tidak sengaja" Ucap Alice menundukkan kepalanya. Wanita itu terlihat kesal, namun berusaha tersenyum. Sementara Pria di sampingnya sama sekali tak memedulikan Wanita itu. Mereka lalu melanjutkan langkahnya, menuju ke meja mereka. Wanita itu adalah Shela Marcella, seorang putri konglomerat yang sedang melakukan kencan buta dengan Pria pilihan orang tuanya. Pria itu sendiri rupanya adalah Kavindra. Wajahnya terlihat kesal, saat bersama dengan Shela. Pasalnya, Kavin sama sekali membenci perjodohan ini. Ia tidak ingin, terus di desak soal pernikahannya. Tanpa di sadari, Rupanya Kavin cukup kerap berpapasan dengan Alice. Namun keduanya sama sekali tak menyadarinya. ********* Beberapa jam kemudian, kini Alice dan Rendra berada dalam perjalanan pulang. Keduanya terlihat semakin mesra dan tak ingin berpisah, namun waktu sudah semakin malam. Sehingga Rendra harus mengantar Alice untuk pulang. "Makasih ya kak, untuk hari ini" Ujar Alice sebelum turun dari mobil. Rendra mengangguk, sambil mengusap tangan Alice. Rasanya tak ingin berpisah. "Masuk dan istirahat sana. Jangan lupa besok, ya?" Tutur Pria itu, lalu mengecup kening Alice. Alice yang merasa kegirangan lalu turun dari mobil, dan menatap kepergian Rendra yang semakin tak terlihat. Wanita itu tak menyangka jika perjalanan cintanya begitu mulus. Saat tengah berdiri di pinggir jalan, tiba-tiba Alice melihat Sarah yang baru saja pulang dari kantor. "Ada kabar baik apa, nih? Sampai cengar cengir sendiri?" Timpal Sarah, masih berada di dalam mobil. "Kak jangan turun!!!" Teriak Alice menahan pintu mobil Sarah, untuk tidak turun. "Apa sih, anak ini!" Gumam Sarah tak habis pikir. Setelah berhasil menahan Sarah, Wanita itu lalu berlari dan memasuki mobil tersebut. "Kak, mumpung kakak belum turun, bisa tolong antar aku pulang nggak? Ini genting Kak, Please!!!" Pinta Alice terburu-buru. "Apa terjadi sesuatu?" Sarah yang melihat gelagat Alice pun luluh, dan mulai menyalakan mobilnya. Kira-kira apa yang terjadi???? ---NEXT----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN