Chapter 8 : Red Lily

1426 Kata
Apartement Ruby.. Sang surya menyapa dunia. Mata yang sipit dengan bulu mata tipis dan lentik itu perlahan membuka matanya. Merasakan sapaan dari sang surya pada wajah cantik dan putihnya. Mengerjap-ngerjapkannya. Kemudian meregangkan otot-otot tubuhnya. Lalu duduk bersila diatas ranjng king zise itu. Terdiam cukup lama melirik sekitar. Menemukan sosok gadis cantik merigkuk bantal diatas ranjang yang sama dengannya itu membuatnya berdecak. ‘Ck. sudah dewasa tapi tidur masih seperti anak kecil saja.’ Batinnya. Bagaimana tidak? Lihat saja caranya tidur, meringkuk seperti janin memeluk bantal yang harusnya dikepalanya. Sedangkan guling dan selimut sudah tergeletk dilantai. ‘Pantas saja aku kedinginan. Untung aku pakai piyama panjang dan tebal.’ Batinnya. Perlahan dia menurunkan kaki jenjangnya dilantai dingin itu. Kemudian melangkah menuju kamar mandi. Setelahnya beranjak menuju balkon kamarnya. Menghirup udara pagi yang masih segar itu perlahan, merentangkan tanggan, mendongak menatap langit, memejamkan mata, dan menarik sudet bibirnya, merasakan terpaan angin pagi disekitar apartementnya itu. Tersengat suara grasak grusuk dari belakang gadis itu namun tak mengusik kegitannya sama sekali. Tiba-tiba hening. Mata yang tertutup dan bibir yang tersenyum itu membuka matanya lebar-lebar dengan ekspresi yang tegang, kaku tidak bernafas. Dia nampak terkejut mersakan ada tubuhnya dipeluk erat oleh seseorang. Dan merasakan hembusan nafas di tengkuk lehernya itu. Memutar bola mata perlahan diliriknya ada seorang gadis sedang tersenyum melihatnya. “Anggun..” pekiknya. “Aku pikir siapa.” Ya, gadis itu adalah anggun dan yang nampak terkejut karena tiba-tiba dipeluk dari belakang itu adalah Ruby. Sudah 2 hari Anggun minap di apartement Ruby. Tadinya sepulang dari Sanggar Seni dia akan langsung pulang kerumahnya. Tapi urung karena berniat menonton film horor bersama Ruby. Sudah habis 3 judul film tidak terasa hari sudah gelap dan waktu menunjukkan pukul 22:00wib. Alhasil tidak berani pulang sendiri dan akhirnya dia minap lagi diapartement Ruby. “Ya! Memang siapa lagi disini selain kita berdua?” tanyanya. “Ya kan tadi kamu masih tidur.” Ucap Ruby memalingkan wajahnya ketempat lain. “Ta-di. Sekarang? Dah disini samping kamu.” Ucapnya kemudian. “Hm.. tetap saja aku terkejut. Untung tidak jantungan.” Ruby masih kekeh. “Kamu ngapai merentakan tangan segala. Ya aku berinisiatif berperan jadi kekasih Rose yang di film Titanic itu.” Seru Anggun memainkan rambutnya. “Ck. gak sudi bayangin. Kecuali kalau tadi kamu lelaki, baru aku akan senang membayangkannya.” Ucap Ruby. “Ihh dasar, mesum.” ucap Anggun. “Gak masalah normal ini. wkwkwk” balas Ruby. “Hah! Tapi ngomong-ngomong udara disini memang segar sih.” Seru Anggun yang diangguki Ruby. Dan mereka pun melakukan hal yang sama seperti Ruby tadi. *** Vila Mittiu.. “Assalamualaikum.. Hola laho... ada orang disini?” terikan melengking dari seorang gadis. “Ed..dah sepi amat yak.” Gumamnya. Gadis itu terus berjalan menuju halaman belakang Vila. Didapur dia bertemu Mbok Iyem yang langsung menyapanya. “Eh.. Non kesini. Cari nyonya ya Non?” tanyanya. “Mbok. Iya cari Tante Rani dimana Mbok?” “Ada Non di belakang Vila, lagi kumpul bakar-bakar ikan mas yang ada di kolam belakang. Seru apa lagi ada Den Darren dan teman-temannya Non. Jarang-jarang kan Vila ini bisa rame sama pemuda yang tampan-tampan itu.” Celoteh Mbok Iyem cekikikan kecil. Bakar ikan? Hal itu justru membuat Karina berdiam diri, dia teringat pada Ruby. “Eh.. Iya Mbok.” Karina tersadar dari lamunannya. “Kenapa Non?” tanya Mbok Iyem bingung. “Eh?  Iya Mbok. Aku jadi teringat sahabat aku dia kan suka seruit. Bakar-bakar ikan seperti itu. Eh! Ya sudah Mbok kalau gitu aku ke belakang dulu ya.” Jelasnya dan pamit ke halaman belakang. “Oh.. iya Non.” Sahut Mbok Iyem. Karina melangkahkan kakinya menuju halaman belakang. Disana memang lagi pada ngumpul. Disamping kolam renang ada Om Zen memainkan gawainya. Duduk santai di salah satu kursi dengan meja bundar yang terdapat payung, untuk melindunginya agar tak terkena paparan matahari secara langsung. Disampingnya ada Tante Rani memegang kipas sambil mengamati para pemuda yang tengah sibuk menyiapkan arang dan kayu ada juga yang tengah memancing ikan. Sedangkan Darren dia sedang memanjakan tubuhnya dibawah sinar matahari dengan telanjang d**a dikolam renang. ‘Ck. Bossy sekali dia. Pasti kerjanya hanya memerintah orang saja.’ Batin Karina. Karina menghampiri Rani. “Assalamualaikum Tante Rani, Om Zen.” Sapa Karina dengan mengembangkan senyumnya. “Eh? Karina. Walaikumsalam, sini sayang.” Panggilnya. Karina mendekat dan duduk di bagian bangku yang kosong. “Lagi ada acara bakar-bakar nih, Te?!” “Iya sayang. Tadi Egi tertarik ingin mancing ikan katanya. Jadi ya sudah kita seruit saja hasil pancingannya. Iya gak sayang?” Ucap Tante Rani. “Iya Te, benar juga. Dari pada susah-susah mancing eh dilepasin lagi. Haha..” sahut Karina. “Kamu ikut bakar-bakar juga ya sayang.” Ajak Rani. “Boleh. Tapi aku terima makan saja ya te..” pinta Karina. Tante Rani tertawa mendengar ucapan Karina. “Kamu bisa saja sayang. Tentu saja anak perempuanku akan ku manja. Biar mereka para leleki saja yang bakar-bakarnya. Iya ‘kan, pa?” tanya Rani padasuaminya, Zen. Karena tidak mendapat balasan Rani bersuara lagi. “Pa?!” panggilnya. “Eh? Iya ma.” Sahutnya. “Iya apa?” tanya Rani. “Iya manjain anak perempuan mama.” Ucapnya. “Anak papa juga.” Ucapnya. “Ehm. Calon mantu ma.” Sahut Zen sambil memainkan gawainya. Seketika itu juga mata Rani berbinar menatap suaminya kemudian menatap Karina yang nampak terkejut. “Papa benar.” Ucapnya kemudian yang diangguki oleh suaminya, Zen. “Ah? Tante dan Om bisa aje ye..” ucap Karina Canggung. “Sayang kamu udah punya pacar?” tanya Rani. Belum sempat Karina menjawab sudah dijawab terleih dahulu oleh Egi. “Sudah Bibi. Kemarin aku bertemu di Taman Monyet. Pacarnya bekerja di perusahaan Guhau sebagai manager baru diangkat. Padahal masih muda karena kecerdasaanya yang luar biasa. Mungkin karena itu Karina mencinti pacarya.” Jawab Egi. Rani nampak merubah ekspresinya terlihat ada sedikit rasa kecewa. “Benar itu nak?” tanya Rani pada Karina. Diangguki oleh Karina. Zen yang mendengar itu melirik sebentar kemudian kembali fokus pada gawainya. Darren yang tak jauh dari mereka nampak senyum diam-diam dibibirnya. Toh dia juga tidak mencintai Karina, dia tidak pernah setuju untuk dijodohkan dengan Karina. Darren tiba-tiba ingat kembali kejadian 23tahun yang lalu saat dia berumur 5 tahun saat itu keluarganya dan keluarga Karina bertemu di Bandung Hotel Cianjur Cipanas Puncak. Saat itu peresmian perusahaan milik Papa Darren di Bandung. Papa Darren merintis usahanya dari nol bersama sang istri. Hingga sekarang perusahaan itu buka banyak cabang di erbagai daerah bahkan sampai di luar nengri seperti London. Flasback on.. “Hai..” sapa anak kecil yang memakai gaun pink itu dengan menunjukkan dereatan gigi kecilnya pada seorang anak kecil mengenakan tuxedo warna maroon itu. Anak lelaki itu bukan menjawab tapi malah asik sendiri dengan gambaran yang digenggamnya. Gadis kecil itu adalah Karina dan anak lelaki itu Darren. Karina mendekat dan melihat apa yang sedang dilihat oleh anak lelaki ini. Manik mata hitam milik Darren itu melirik kearah Karina yang sekarang menggelayuti tanggannya dan tatapan mereka bertemu. “Apa yang kamu lihat, eh?” tanya Karina. “Seorang gadis cantik. Tidak sepertimu jelek.” Ucap Darren. Mata Karina memerah dan sudah mulai mewek dan sebentar lagi akan menjerit. “Karena Cengeng sangat jelek. Anak-anak yang cengeng itu, jelek. sangat.” Ucapnya kemudian. karena bagaimana pun dia takut akan memuat keributan di acara besar papanya. Kemudian Darren menghadapkan wajah Karina pada dinding cermin. “Sangat jelek.” Gumamnya. Karina melotot kemudian pergi menghampiri orang tuanya. “Aku cantik.” Seru Karina tiba-tiba sudah didepan Darren. Darren tampak terkejut. ‘Kenapa dia kembali?’ batin Darren. Darren masih terdiam tanpa ekspresi menatap Karina. Karina memperlihatkan deretn gigi kecilnya dangan ceria. Karina menunjukkan gambar-gambar yang ada dibukunya pada Darren. Darren tampak tertarik melihat isi album Karina. “Kata Lily aku cantik. Lihat aku pegang bunga lily merah. Lily yang memberikannya padaku. Dia dan aku sangat dekat.” Celotehnya. Sedangkan Darren bingung dengan celotehan Karina. Manik hitam milik Darren melihat gambar ada 3 orang anak perempuan dan 1orang lelaki. Darren terus menatapnya. Yang leleki seumuran dengannya itu adalah Ranu kakak kandung Karina dan yang 3 anak perempuan itu sebaya dengan Karina, yang dipojok kiri adalah Angle Anggun mengenakan gaun berwarna merah memegang sebuah kado kecil, sampingnya adalah Lily Delima mengenakan gaun putih dan memegang bungkusan kado ditangan kanannya dan ditangan kirinya ada bunga lili merah yang difoto sebelumnya dipegang Karina, disebelahnya ada Karina mengenakan gaun pink dan samping Karina ada Ranu mengenakan Tuxedo warna blue. Mereka terlihat senyum bahagia. Jari Darren tergerak menunjuk kearah Lily. Karina tersenyum. “Dia Lily Delima. Ini foto kami saat ulang tahunku yang ke 2, 7bulan lalu. Dia Cantik ‘kan aku juga sama cantik.” Ucapnya sambil cengengesan meunjukkan giginya. Foto-foto selanjutnya adalah foto-foto mereka yang diambil sengaja dan tanpa sengaja. Terlihat sangat lucu-lucu sekali. Membut Darren tanpa sadar tersenyum melihat gambar-gambar yang ada di album milik Karina. “Lily Delima” gumam Darren yang didengar Karina dan dianggukinya. Sedangkan Mama Darren dan Mama Karina yang menyaksikan itu tersenyum bahagia. “Jarang-jarang loh jeng Icha, anak saya itu mau tersenyum dan main sama anak perempuan biasanya selalu main sama kakaknya si Dion dan Egi sepupunya.” Ucap Rani. “Apa iya jeng?” tanya Icha. “Gimana kalau kita dekatkan mereka jeng sukur-sukur mereka jodoh ya jeng.” Tambahnya. “Iya jeng benar juga ya, mudah-mudahan sih jodoh ya jeng.” Ucap Rani. “Iya jeng. Kita bakal besanan deh.” “Iya jeng. Tapi biar bagaimana pun kita tetap tidak boleh egois jeng. Kita serhkan saja dengan anak-anak kita kelak ya.” Ucap Rani. “Iya jeng benar itu.” Balas Icha. Flasback Off.. Darren tersenyum tanpa sadar. “Lily Delima” gumamnya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN