Chapter 9 : Are you sure, you will find it?

1113 Kata
Egi menghampiri Zhaka dan Josep yang sedang membakar ikan. Syahir asik dengan menyiapkan ikan yang akan di bakar. Darren mengenakan kimononya kemudian Karina yang sedang berbincang-bincang dengan mama dan papanya. “Ehm. Panas ya!” seru Darren yag mendapat lirikan dari ketiga orang yang ada di tempatnya duduk. “Kau tidak bekerja, eh?” tanya Darren pada Karina. Yang dibalas dengan gelengan kepala. Darren menyeruput es degan nya yang ada diatas mea itu dan melirik ke arah Egi, Josep dan Syahir. “Hari ini ‘kan tanggalmerah Darren. Masa tanggalmerah masih kerja. Tidak ‘kan sayang?” tanya Rani pada Karin. “Enggak dong. Hari libur ya ikut libur Te..” jawab Karina. “Iya lah masa kerja tidak ada liburnya.” Ucap Rina. “Kamu gak bantu Egi saja Darren?” tanya papanya, Zen. “Masih pingin duduk.” Jawab Darren singkat. Kemudian beranjak meninggalkan ketiga orang itu disana dan masuk kedalam Vila. Karina menghampiri Egi dan dan kedua temannya dan ikut bergabung. Mbok Iyem datang menghampiri dan membawa tas tikar. “Wah.. sudah siap disantap nih seruitnya.” Celetuknya. “Iya dong Mbok. Mbok bawa apa?” tanya Egi. “Eh? Ini den Egi, Mbok bawakan tikar untuk digelar dan suapaya Den Egi dan semuanya bisa duduk-duduk santai menikmati pemandangan disini sambil menyantap seruit. Pasti nikmat coba hayo dibayangkan.” Ucap Mbok Iyem percaya diri. Syahir yang mendengar ucapan Mbok Iyem tidak bisa menahan tawanya. Zhaka yang melihat itu langsung bersuara. “Ya udah Mbok bantu kami, tolong digelar tikarnya ya Mbok.” Ucap Zhaka. “Ya, yo wes Mbok bantu dengan senang hati.” Ucapnya riang sambil mencari tempat yang cocok. Ketika sudah menemukan tempat yang cocok untuk menggelar tikar Mbok Iyem bersuara lagi. “Disini saja ya Den?” tanyanya memastikan. “Iya Mbok.” ucap Zhaka sambil membalik-balik ikannya. Seketika itu raut wajah Mbok Iyem kebingungan. “Kenapa Mbok?” tanya Josep yang sedang meminum es degan. “Loh, Mbok bingung Den. Tadikan Mbok ya bawa tas dan tikarnya tapi kok ini hanya ada tasnya saja ya Den.” Ucapnya kebingungan. Karina menghampiri Mbok Iyem. “Lah gimana toh Mbok. Wong tadi Mbok hanya bawa tasnya saja.” Ucap Karina. “Apa iya to?” tanya Mbok Iyem tak percaya. “Tadi perasaan sudah tak masukkan kesini loh Non.” Ucapnya masih kekeh. Syahir yang dari tadi tidak bisa menahan tawanya, akhirnya pecah juga. “Loh ini resletingnya di bawah toh. Owalah berati tadi hanya tak masukkan saja ya belum tak seleretin.” Serunya kemudian. Rani dan Zen yng memperhatikan dari kejauhan hanya bisa terkekeh. “Ada-ada saja to Mbok iyem ini.” Ucap Rani. Tak lama kemudian muncul Darren yang sudah mengenakan mengenakan pakaian sntai, kaus putih dan celana pendek warna mint, menghampiri mereka dengan membawa tikar. “Loh itu tikarnya ada sama DenDarren toh.” Ucap Mbok Iyem menghampiri Darren. “Kok bisa sama kamu den?” tanyanya kemudian. “Tadi tergeletak di dekat pintu dapur. Aku pikir akan terpakai jika dibawa kesini.” Jawbnya. “Oh.. yo jelas dong den ini buat di gelar buat jeagongan sambil menyantap seruit.” Ucapnya dan mengambil tikar yang ada ditangan Darren dan bergegas untuk menggelarnya. “Ada-ada saja toh Mbok.” Ucap Karina seraya membantu Mbok Iyem menggelar tikarnya. “Nah sudah rapih Non. Mbok kedapur dulu mau ngambil nasi dan sayur asamya.” Ucapnya. “Karina ikut bantu mbok ya.” Ucap Karina. “Gak apa nih, Non Karin Mbok?” tanyanya. “Loh memang kenapa Mbok? Gak apa lah.” “Ya udah kalau gitu ayo kita ke dapur.” Ajaknya. Karina membantu Mbok Iyem menata nasi, sayur asam, lalapan dan sambalnya. Darren dan Egi menata Ikan itu ke dalam Piring yang sudah disediakan. Terdengar suara melengking meminta perhatian peliliknya dari dalam tas Karina yang ada di dekat Rani. “Karina..sayang sini dulu.” Pintanya pada Karina. “Iya Te.. ad apa?” tanyanya. “Tadi ada yang telfon kamu.” Ucapnya. Karina lagsung mengambil gawainya dari dalam tas selempang miliknya dan memeriksanya. “Siapa sayang?” tanya Rani. “Emh.. Ali Anshor Te..” jawabnya. “Siapa tu?” tanya Rani penasaran. “Pacar Karina Te.., sebentar Karina telfon balik dulu.” “Oh.. Iya. Suruh kesini saja sayang biar rame.” Titah Rani yang diangguki Karina. Belum sempat menunggu panggilan langsung diangkat oleh seseorang disebrang. “Halo, sayang..” terdengar suara berat dari seberang. “Iya.” “Kamu dimana? Aku cari dirumah tidak ada. Kata papa kamu di Vila Keluarga Mittiu?” “Iya sayang, ini lagi nyeruit.” “Aku jemput ya.” “Iya kesini aja sayang.” “Oke, sampai ketemu disana.” Ucap suara disebrang dan panggilan terputus. “Gimana? Mau kesini?” tanya Rani. “Iya Te..” jawabnya. “Siapa ma?” tanya Darren. Darren mendekati tempat mereka duduk. “Ali Anshor. Pacar Karina.” Jawab Rani. “Oh..” “Lihat Karina sudah punya calon. Kamu kapan udah tua.” “Ma, Darren belum sakit-sakitan apa lagi pikun.” “Ya kalau udah pikun dan sakit-sakitn berati tua bangka. Tetap saja kamu sudah tua tapi kapan mau kasih mama cucu, eh?” “Sabar. Lagi usaha.”  Ucap Darren singkat kemudian meninggalkan mereka dan menuju tempat tikar digelar dan sudah ada Egi, Josep, Zhaka dan Syahir disana. Rani, Zen dan Karina menghampiri mereka mereka dan mengambil tempat. Saat semua masih sibuk menuangkan nasi ke piring dengan porsi mereka masing-masing, muncullah Ali Anshor dari balik pintu Vila dan menghampiri mereka semua. “Halo semua.” Sapanya. “Eh? Ali Anshor ya?” tanya Rani. “Iya Te..” jawabnya dengan senyum ramah. “Wah.. ternyata Egi benar. Kamu memang tampan ya. Sini gabung kita nyeruit dulu.” Pujinya dan mengajak Ali ikut makan. “Terima kasih Te..” ucap Ali dan mengmbil tempat antara Egi dan Karina, Darren yang ada di samping Egi fokus dengan makanan yang ada di depannya. Sebenarnya, saat Karina bersama Egi ditaman Ali sempat melihatnya dan terlihat berbincang-bincang diselangi canda tawa. Mereka terlihat dekat dan setelah Egi pergi baru Ali menghampiri Karina dengan wajah yang terlihat sembab. Mereka menyantap makanannya diselangi dengan obrolan ringan hingga selesai. “Jadi Kamu Ali Anshor, Pacar Karina?” tanya Zen yang diangguki Ali langsung. “Iya Om.” “Iya, jadi sudah ada rencana untuk kedepan?” tanya Zen lagi, dan lagi diangguki Ali. Darren yang mendengrkan itu langsung memasang raut wajah tak suka. ‘Apa-apaan sih papa mcam dia sja papa si gadis mengintroasi pacar orang’ batin Darren. “Dia Gentleman loh pah. Mama bangga juga setelah ketemu Ali. Tidak seperti anak papa, anak kesayangn papa sudah tua sebentar lagi ada kta bangkanya tapi belum punya calon.” Ucap Rani yang langsung mengundang galak tawa semua orang. Hingga yang merasa sedang di sindir langsung beranjak pergi menuju bangku tepian kolam renang. Membuat perhatian Karina teralihkan padanya. Setelah itu Zen beranjak menerima telfon dan langsung masuk ke Vila disusul oleh Rani. Josep menghampiri Darren. Zhaka dan Syahir masih menyantap mkanannya. Karina dan Ali serta Egi pun sama. “Jadi kapan nih, mulai dipandu wisatanya?” tanya Egi yang membuat keempat orangdidekatnya menoleh ke arahnya. “Emh.. mendekati tahun baru saja. Kankebetulan Snggar libur dan tidak ada acar. Bagaimana? Kamu juga ikut kan sayang?” tanya karina pada Ali yang diangguki cepat. “Jadi minggu depan nih?” tanya Egi yang masih disaksikan oleh Zhaka dan Syahir yang sesaat berhenti mengunyah untuk mendapatkan jawaban dari Karina. Karina menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju. *** Sementara itu Josep menghampiri Darren yang sedang menikmati triknya matahari di kursi malas tepian kolam renang itu dan sedang menggenggam sesuatu dengan mengembangkan senyumnya. “Bagaimana? Apa kau sudah menemukannya?” tanya Josep yang langsung mengambil tempat disampingnya. Bagaimana tidak? jelas Jo tahu apa yang sedang digenggamnya karena dulu dia pernah memesan untuk dibuatkan itu pada keluarga Jo yang memiliki usaha itu. “Belum.” Jawabnya singkat. “Apa kau yakin akan menemukannya?” “Sangat.” Josep menghela nafas panjang. “Sangat yakin ya? Semoga saja.” Ucap Josep.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN