Perlakuan Manis

1330 Kata
Awalnya pria itu terbelalak, namun karena bibir Joyce terasa sangat manis, pria itu pun membalas ciumannya dengan lembut hingga mereka berdua terhanyut dan menginginkan hal yang lebih. “Eeungh.” Joyce mulai melenguh dengan bibirnya yang masih saling bertaut dengan bibir bodyguard barunya itu. Ujung jemari Joyce mulai membelai tubuh kekar pria yang berada di atas tubuhnya. Sentuhan demi sentuhan jemari Joyce benar-benar berhasil membangkitkan gejolak g*irahnya. Jemari Luke pun dengan lincahnya mulai menelusuri lekuk tubuh Joyce yang berada di bawah kungkungan tubuh kekarnya itu, jemarinya membuka kancing blouse yang Joyce kenakan satu persatu. Hingga terbuka sempurna. Luke menjamah setiap inci kulit Joyce dengan bibirnya. Sebelah tangannya membuka penutup buah kehidupan Joyce dengan penuh ga*rah. “Aaahgt." Joyce yang tidak bisa menahan hasratnya pun mulai melenguh dengan pasrah. Aktris cantik itu mengangkat sebagian tubuhnya, menggeliatkan tubuhnya sambil menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh Luke. Pria yang ia pikir adalah seorang bodyguard yang baru saja mulai bekerja dengannya hari ini. Mulut Luke terus saja bermain di buah kehidupan Joyce dengan lincah, sesekali ia membuat gigitan nakal yang membuat sang aktris semakin tak berdaya dan begitu menikmati setiap sentuhannya. Dua insan yang hasratnya tengah bergejolak itu terus bergumul di atas ranjang hingga malam hari. Lalu, mereka pun terlelap setelah mencapai klimaksnya masing-masing. *** Keesokan harinya, Joyce mulai mengerjapkan matanya karena sinar matahari yang menyentuh wajahnya. “Eeumh.” Gadis itu mulai bergumam dan membuka matanya seketika saat mencium aroma parfum white musk dan menyadari lengannya sedang melingkar di tubuh seorang pria. Dia mendongak dan menatap wajah tampan pria yang sedang memeluknya itu. “Oh, My God!” jeritnya dalam hati sambil menutup mulutnya yang terbuka karena terkejut. Ia membuka sedikit selimut yang menutupi dadanya, yang ternyata tubuhnya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun. “Bagaimana bisa aku tidur dengannya? Apa yang sebenarnya terjadi tadi malam?” gumamnya dalam batin sambil menggigit ujung kukunya. Joyce memejamkan kedua matanya, mencoba mengingat apa yang telah terjadi saat dirinya sedang mabuk tadi malam. "Apa boleh aku memasukkannya?” “Aku takut! Pasti sakit!” “Tidak, Cantik. Aku akan melakukannya dengan perlahan.” “Jangan bohong, ya?” “Iya aku janji, kalau sakit kau teriak saja!” “Lalu, kau akan melepaskannya?” “Tentu tidak! Aku akan membuatmu kecanduan, Sayang!” “Aaaaaght! Sakit, Bryan!” “Benarkah sakit? Ya sudah aku lepaskan, ya?” “Ja ... jangan! Ssssh, enak ... Aaaght, give me more pleasure!” “Faster Baby, please!” Mengingat kepingan-kepingan ingatan saat dirinya menyerahkan keperawanannya pada sang bodyguard tadi malam, membuat Joyce terbelalak. Wanita itu benar-benar merasa bodoh, bagaimana mungkin dirinya bisa menyerahkan satu-satunya hal yang paling berharga dalan hidupnya kepada seorang bodyguard baru yang belum sampai 24 jam bekerja dengannya. Padahal pada Aaron yang dicintainya saja ia tidak mau melakukannya. Ingin marah pada Luke pun, itu hanya akan membuatnya malu sendiri, karena Joyce bisa mengingat dengan jelas, bahwa dirinyalah yang memulainya. Ia yang sudah menyambar bibir pria itu lebih dulu. Wanita itu pun melepaskan lengannya yang masih melingkar di tubuh Luke dan mulai bangkit dari tidurnya, namun ... “Aakh.” Joyce merasakan perih pada inti tubuhnya saat baru saja menggerakkan kakinya. Luke seketika bangkit dari tidurnya, “Kenapa? Sakit? Kau mau ke mana? Ke kamar mandi? Biar aku gendong saja, ya?” tanyanya beruntun dengan raut wajah panik. Ada perasaan bersalah pada gadis itu, karena Luke tidak menyangka jika Joyce ternyata belum pernah melakukannya. Pria itu baru menyadarinya setelah mereka melakukan pelepasan dan ada bercak noda darah di atas seprai di bawah b****g Joyce. “Tidak! Tidak perlu! Aku bisa sendiri!” ketus Joyce. “Dia pasti sangat marah padaku! Ah, aku bodoh sekali!” batin Luke. Saat Joyce ingin bangkit berdiri, sekali lagi Joyce merasakan sakit pada inti tubuhnya. “Aaakh!” pekiknya lagi. Tanpa bicara apa pun, Luke yang tubuhnya masih dalam keadaan sama-sama polos pun turun dari ranjang dan mengangkat tubuh Joyce ala bridal style dan membawanya ke kamar mandi. Dibaringkannya tubuh Joyce di dalam bathtub dan mulai menyalakan air hangat. Diteteskannya juga minyak esensial aromaterapi agar Joyce bisa merasa lebih rileks. Setelah itu Luke keluar dari kamar mandi itu dan menutup pintunya. Joyce terperangah melihat perlakuan manis dari pria yang ia ketahui bernama Bryan itu. Ya, menurut Joyce perlakuan pria itu terhadapnya barusan terlihat sangat manis dan membuat jantungnya sedikit berdebar. Luke merapikan kamar Joyce, bahkan ia mengganti seprainya dengan yang baru. Setelah selesai, pria itu pergi mandi di kamar mandi luar yang berada di dekat dapur. Luke pun membuatkan sarapan dan satu gelas teh madu untuk meredakan pengar Joyce. Satu jam telah berlalu sejak Joyce masuk ke kamar mandinya, saat ini gadis itu sudah berpakaian rapi karena akan ada pemotretan dengan Aaron. Walaupun ia membenci pria yang sekarang sudah menjadi mantan kekasihnya itu, namun dirinya tetap harus profesional dalam melakukan pekerjaannya. “Aku sudah membuatkan mu sarapan. Makanlah dulu, kau pasti lapar,” ucap Luke pada Joyce sambil menunjuk ke arah meja makan dengan dagunya. “Aku tidak la ....” Belum selesai dia mengucapkan kalimat penolakannya, namun perutnya tiba-tiba berbunyi, sungguh berhasil membuatnya malu di hadapan Luke. Gadis itu memang belum makan sejak kemarin siang. Luke menggenggam sebelah telapak tangan Joyce dan membawanya menuju meja makan, kemudian menarik kursinya agar Joyce duduk di sana. Joyce mengembuskan napas panjang dan menaruh tas tangannya di kursi sebelahnya, kemudian mulai mengisi perutnya dengan menu sarapan yang telah dibuatkan Luke. Satu buah telur, bacon, sosis, dan juga beberapa buah tomat Cherry, menjadi menu makannya pagi ini. Setelah selesai menyantap makanannya, Joyce meminta bodyguardnya itu mengantarkan dirinya ke kantor agensinya, Skyfall Entertainment. Joyce memilih untuk tidak membahas tentang apa yang dilakukannya tadi malam bersama bodyguardnya itu. Ia akan membahasnya nanti saja, jika urusannya dengan Aaron telah selesai dibahas dengan CEO agensinya. *** “Tuan Victor! Aku telah mengakhiri hubunganku dengan Aaron. Tolong untuk ke depannya, jangan terima lagi job yang melibatkan dia,” ujar Joyce to the point saat baru saja duduk di sofa ruangan CEO agensinya itu. “What’s? Putus? Bagaimana bisa, Joyce? Tidak bisa! Kalian tidak boleh putus! Kalian sudah terikat kontrak dengan C & A, Co. Di dalam surat kontrak itu tertulis jelas bahwa kalian berdua tidak boleh terlibat skandal apapun selama masa kontrak berlangsung!” tegas Victor, CEO dari Skyfall Entertainment, yang seketika bangkit dari kursinya. “Dia berselingkuh dengan Allen, sahabat sekaligus manajerku. Bagaimana mungkin aku bisa melanjutkan hubungan ini dengan dia? Jangan gila, Tuan Victor!” maki Joyce berteriak pada CEO-nya dengan kedua netranya yang mengembun. “Aku tidak mau tahu, Joyce! Kau tidak boleh putus dengan dia, publik ataupun pihak C & A, Co. tidak boleh tahu jika hubungan kalian sudah berakhir. Terserah kau jika di belakang layar kalian benar-benar putus, tapi kau harus tetap bersikap romantis dengan Aaron jika di depan layar ataupun di depan publik, mengerti!” Joyce sudah tak mampu berkata-kata lagi, dirinya sangat tahu sifat CEO-nya itu. Lelaki paruh baya itu penggila uang, dirinya tidak akan pernah membiarkan Joyce hidup tenang jika Joyce menghilangkan pundi-pundi uang untuknya. Joyce hanya mendengus kesal dan pergi meninggalkan kantor agensinya itu, lalu pergi ke tempat pemotretan. Seperti pesan Victor, Joyce tetap bersikap seolah dirinya dan Aaron masih menjalin hubungan. Usai melakukan pemotretan, Aaron menghampiri Joyce yang langsung kembali ke ruang make up begitu pemotretan selesai. "Sweetheart," panggil Aaron ketika tiba di ruang make up artis. Dihampirinya Joyce dan dikecupnya pipi Joyce dari belakang seraya melingkarkan lengannya di perut ramping Joyce. Sontak, aliran darah Joyce terasa mendidih karena menahan amarah yang bergejolak di dalam hatinya. Ketika di depan para kru dan staf di tempat pemotretan, Joyce terlihat bersikap biasa saja, membuat pria pengkhianat itu berpikir bahwa Joyce sudah memaafkannya. "Tolong keluar sebentar, aku ingin bicara berdua dengan dia," ucap Joyce tersenyum pada penata rias dan penata busana yang hendak membantu Joyce untuk melepaskan gaunnya. "Baiklah," jawab penata busana berambut blonde itu sambil tersenyum, lalu keluar dari ruangan. Setelah pintu tertutup, Joyce langsung menghempaskan kasar tangan Aaron yang melingkari perutnya. Plak! Sebuah tamparan mendarat di sebelah pipi aktor tampan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN