Owie Pov
Dari Subuh hujan gerimis masih turun.Tidak ada tanda-tanda akan berhenti dan semoga aja tidak ada banjir. Padahal sekarang sudah lewat musim hujan, tapi ntah kenapa sudah beberapa hari ini sering sekali turun hujan. Mama menyuruhku ke sekolah membawa mobil hari ini. Sebenarnya aku lebih senang bawa motor kesayanganku pemberian Papa karena simple dan cepat sampai di sekolah tapi kalo nggak nurut kata orang tua kan berdosa ya, jadi hari ini aku akan berangkat lebih cepat supaya tidak terlambat.
"No mau bareng aa' aja nggak?" Ajakku ke Nino yang memang dekat sekolahnya. Biasanya Nino ke Sekolah sama Papa karena dia belum boleh bawa kendaraan sendiri.
" Aa' bawa mobil ya?"
"Iya, disuruh Mama."
"Boleh deh aku ikut aa' aja."
"Jam 6 kurang ya dari rumah."
"Pagi amat a'?"
"Biar santai kan hujan.Takut macet."
"Aku mandi dulu deh." Nino melihat jam dinding menunjukkan pukul 5.30.
Sejak sebelum sholat subuh tadi aku sudah mandi dan sekarang sudah memakai seragam sekolah. Walaupun biasanya aku naik motor tapi aku selalu sudah siap dari jam 5.30. Karena masih ada sisa waktu satu jam untuk sarapan, main sama Ana ataupun ngobrol ringan sama mama dan papa.
Tiba-tiba ada notifikasi WA masuk.
Luna
Yang... kamu bawa mobil nggak? Jemput aku dong
Me
Aku sama Nino
Luna
Ya kan masih muat
Me
Aku nggak enak kalo sama Nino pake jemput kamu
Luna
Kenapa sih? Kan aku juga kenal adik kamu
Me
Kamu kan ada supir, minta antar aja. Aku males muter ke arah sana lagi
Luna
Nyebelin banget sih kamu
Aku tidak membalas WA nya lagi. Aku sebenarnya tidak suka diperintah ini itu dan Luna akhir-akhir ini hobby memaksakan kehendak. Padahal dulu dia sangat manis dan perhatian. Tapi sekarang suka seenaknya saja. Aku merasa nggak nyaman. Baru juga pacaran sudah banyak mau, apalagi kalo nanti hubungan ini meningkat, bisa makan hati aku setiap hari.
Jam 5.40 aku sudah siap dimeja makan. Belum ada yang keluar kamar. Hanya mbak Tina yang masih mondar mandir menyiapkan sarapan.
"Aa' mau makan Nasi goreng atau roti bakar? "
"Roti pake telur dadar aja mbak.. Ada sayuran nggak? "
" Ada bayam , mau di campur ke telur nya ya?
" Iya Mbak.. Kalo ada keju tambahin dikit ya."
" Iya sebentar mbak bilangin ke Patmi "
Mbak Tina ini yang mengatur semua urusan di rumah. Dulu yang memasak namanya mbok Inah, tapi sudah pensiun dan di gantikan oleh keponakan mbak Tina yang lulusan SMK di kampung nya khusus untuk memasak.
"Aa' udah siap? " mama tiba-tiba muncul dari arah kamarnya.
" Iya ma, biar nggak macet. Hujan gini kan riskan banget."
" Iya..berangkat lebih cepat aja."
Tidak berapa lama Nino dan Ana juga sudah duduk dimeja makan. Kami menikmati sarapan masing-masing. Papa juga akhirnya menyusul sarapan.
Jam 5.50 tepat Aku sudah siap berangkat. Tiba-tiba Nino mengeluh perutnya mules.
"A' perutku mules nih.. Nunggu 10 menit ya."
"Astaga ... nanti terlambat No."
"Nino sama Papa aja. Nanti aa' senewen dijalan," ucap mama.
"Yaudah No sama Papa aja, aa' jalan duluan ya." Aku pamit pada semua dan tidak lupa memberi kecupan kepada wanita-wanita kesayanganku, mama dan Ana.
*
Sambil mendengarkan lagu-lagu dari radio aku meluncur keluar rumah menuju sekolah. Tiba-tiba aku teringat Priska yang biasanya pergi naik angkot atau ojek online. Aku menghubungi nomer Priska.
"Halo Wie.. " Seperti biasa suara ceria dari seberang sana.
"Kamu ke sekolah naik apa Pris?"
"Naik ojek kayaknya, Mama ke Bandung tadi abis Subuh jadi nggak bisa nebeng deh."
"Kok hujan naik ojek ... basah dong. Aku jemput ya."
"Eh nggak usah Wie ... ada jas ujan kok." Priska menolak.
"Aku udah dijalan otewe ke rumah kamu, paling 15 menit sampe."
"Owie ... Nanti arah ke sekolahnya macet lho, kita bakal telat. Udah ... nggak apa-apa aku naik ojek aja."
"Kamu siap -siap ya, bye." Aku tidak menerima penolakan Priska dan tetap menjemputnya. Tidak sampai 15 menit aku sudah sampe di rumah Priska. Aku lihat dia sudah menunggu diteras rumahnya. Dengan berlari kecil dia menuju mobilku tanpa payung.
Begitu masuk mobil ada sedikit basah disana sini karena hujannya sudah agak deras. Aku langsung menyodorkan tissue yang aku ambil dari kursi belakang.
"Nih lap dulu yang kena basah."
"Makasih," ucap nya sambil mengambil Tissue dari tanganku dan mengusap ke kepala dan mukanya.
"Harusnya kamu nggak usah repot-repot jemput aku Wie, kan kamu nya jadi muter."
"Nggak apa-apa ... dijemput aja kamu masih kena basah, gimana naik ojek? Lagian ini masih ada 30 menit sebelum bel, aman kok, aku juga tadi berangkat lebih cepat setengah jam dari biasanya."
"Kalo nggak aman ya paling nggak ada temennya pas di hukum." Priska tersenyum. Hei Aku baru perhatikan lesung pipinya Priska tuh manis banget kalo dilihat dari dekat begini.
"Jadi kamu udah siap di hukum niiih ... kenapa tadi menolak dijemput kalo udah siap dihukum?" Aku menggodanya dengan menaikkan satu alisku.
"Yaaa kan rumah kamu deket dari sekolah , harusnya nggak mungkin telat kaan .. kalo aku udah dua kali dihukum karena telat ... gak asyik banget disuruh lari keliling lapangan .".
"Oowh yang waktu itu tiba-tiba kamu masuk jam ke 2 dengan muka pucat ya ... aku kira kamu bakal pingsan tuh."
"Iya ... mana aku belum sarapan waktu itu. asliii ... lemes banget Wie.. "
"Kenapa bisa telat?"
"Nonton Drakor sampe jam 12 malam ... yang ada subuhannya jam enam. Hehe.. "
" Astaga ... pantes juga itu pr nggak dikerjakan. Nggak apa-apa lah dihukum .. kamu nya nakal.".
" Bukan nakal, tapi bablass ... " dia menyengir lucu.
"Sama aja... eh sekarang kamu udah sarapan belum?"
"Udah.. makan roti bakar pake telur dadar."
"Lha.. Kok sama?"
"Seriusss?"
"Iya ... Hm .. Kok Aku feeling kita bakal kena hukuman bareng nih," aku menggodanya.
"Nggak apa-apa lah ... kan yang aku bilang tadi, kalo dihukum udah ada temennya. Trus udah sarapan yang sama pulaa .... Jadi udah setrong kita."
Kami tertawa ditengah kemacetan dan hujan.
Kami tiba di sekolah lima menit sebelum bel berbunyi. Ku parkirkan mini cooper hitamku dideretan paling sudut.
" Nanti pulang sekolah langsung kesini aja ya."
" Kita mau latihan hari ini? " Tanya nya.
"Nggak dong ... kan mau belajar bareng di rumah kamu."
"Eh mulai hari ini ya ... sampe lupa aku."
"Belum tua udah pelupa."
"Ya kan ngomongnya kamis lalu, sekarang udah selasa wajarlah lupa dikit ... hehe ... berarti mulai minggu ini ya, selasa kamis belajar di rumahku, sabtu latihan di rumah kamu."
"Ya bener."
"Oke ... aku duluan masuk ya, dari pada nanti ada berita hangat dipagi yang dingin ini," ucapnya ketika merapikan rambutnya sambil berkaca.
"Siapa yang berani bikin berita tanpa konfirmasi?" Tanyaku agak heran.
"Tembok di sekolah kita juga bisa bikin laporan pandangan mata lhooo."
"Seriussss..? Aku nggak tau."
" Emang kamu tau apa sih Wiee? Ham hm. ham hm doang kalo ngomong." Jawabnya dengan nada mengejek.
" Eh ... kamu ngeledek aku ya?"
" Iyaaa emaang ... hahaha ... makasih ya udah jemput aku ... daaahhh," dia meninggalkan mobil dan aku melihat punggungnya menjauh. Bibirku tak tahan untuk tidak tersenyum. Kok aku bahagia sekali pagi ini ?Apa karena dia?.
Ketika jam istirahat aku lihat dia pergi ke kantin bersama Wendy dan Nandi. Sebenarnya aku ingin ikutan tapi Priska pernah bilang bahwa dia tidak ingin terlihat bersamaku terus. Ya aku paham.. Pasti dia tidak enak dengan Luna. Padahal aku mulai merasa dekat dengannya.
"Yang ... ke kantin yuk." Tiba-tiba Luna sudah berada dihadapanku.
"Nggak, aku males."
"Kamu kenapa sih ... Pilot kalo males nggak terbang nanti pesawatnya."
Aku hanya melirik sekilas kearah Luna. Ada perasaan kesal dihatiku. Aku tau dia sedang menyindirku, tapi aku diam aja. Malas juga buat menjawab, buang energi.
"Nanti aku pulang ikut kamu ya.".
"Aku latihan sama Priska." Aku tidak bilang ke Luna jadwal baruku, biar dia tahunya aku latihan saja dengan Priska.
"Emang kenapa kalo aku ikut?" Tanya Luna dengan nada agak tinggi.
"Ya kan aku langsung pulang dan latihan di rumah .. ngapain kamu ikutan."
"Kalo gitu anterin aku pulang dulu."
"Ckk ... kamu kenapa sih? Bolak balik kesana kemari dong aku. Pulang sendiri aja kan bisa, tinggal telpon supir juga beres."
"Enak banget Priska dibonceng, diajak naik mobil pulang bareng ... yang pacar kamu kan aku bukan dia! Pokoknya nanti kamu antar aku pulang, dia suruh naik ojek aja sendiri. Biasanya juga langganan ojek kan?".
"Kamu cemburu sama Priska?" Tanyaku sambil melihat muka Luna yang lagi emosi.
"Hah ... nggak level kali cemburu sama dia, buang waktu. Emang kamu sudah turun seleranya?"
Aku hanya tersenyum sinis menjawab tudingan Luna .See..Apa salah kalo aku sudah berniat memutuskan dia? Paling bisa merendahkan Orang lain. Di mataku saat ini Priska jauh lebih baik dan menyenangkan.
Pelajaran Biologi hari ini terasa membosankan. Aku melirik ke arah Priska yang sedang sibuk mencatat. Aku menghela nafas , kok makin kesini aku semakin ingin selalu bersama dia ya? Rasanya nyaman dan bahagia ketika ngobrol atau pun melakukan kegiatan bersama. Sikapnya pun mulai terbuka terhadapku, aku suka dengan perubahan ini.
Ketika Bel panjang tanda berakhirnya pelajaran hari ini membuatku bergegas membereskan buku-bukuku. Lalu aku meninggalkan kelas dengan cepat.
Luna yang baru keluar juga dari kelasnya dan melihatku sedang berjalan di koridor sekolah langsung mengejarku.
"Yaaang ... tungguin aku dong, buru-buru amat sih?" Dia mencoba mensejajari langkahku.
"Emang mau buru-buru, emangnya kenapa sih? jangan bilang kamu jadi ikutan pulang?"
"Iya emang mau ikutan, emang kenapa ? Keberatan?"
"Dibilang keberatan juga kamu nggak akan perduli, terserah kamu aja deh!" Aku menjawab dengan kesal. Sumpah rusak moodku seketika.
"Emang!" Jawabnya seenaknya. aku rasa dia menjawab sambil tersenyum, tapi aku tidak melihat kearahnya.
Sesampainya di parkiran aku membuka kunci mobil dengan remote, Luna langsung mengambil posisi duduk disebelah kursi kemudi. Aku membuka pintu belakang untuk meletakkan tasku sambil mengulur waktu menunggu Priska datang.
"Yaang ... buruan dong idupin mobilnya, panas nih," keluhnya.
"Sabar, aku mau beresin ini dulu." Aku keliatan sok sibuk membereskan tas.
Tidak Lama kemudian Priska datang dengan berlari. Dia melihat Luna sudah duduk dikursi depan.
"Kamu masuk sini Pris," aku memanggilnya dan menunjukkan arah dia harus kemana.
"Eh nggak apa-apa nih?" Tanyanya seperti ragu.
"Ya kalo lo tau diri, lo naik ojek aja, kan udah biasa!" Dengan sadisnya Luna bicara begitu.
"Masuk sini," aku memanggilnya dengan menajamkan pandanganku agar dia menurut.
Akhirnya Priska mendekat dan terus menatapku. Aku sudah membuka lebar pintu mobil bagian belakang agar dia bisa masuk.
Tiba-tiba Luna menunjukkan sesuatu dan bertanya" Ini ikat rambut siapa yaang?"
Aku melihat sambil berfikir dan belum sempat menjawab, tapi Priska dengan reflek nya mengakui " Eh punya gue tuh Lun ... pantes tadi gue cari nggak ada , nggak taunya ketinggalan di mobil."
"Kok Bisa di kursi iniii.??" Luna emosi.
Priska kaget dengan pertanyaan Luna dan langsung melihat kearahku seperti menyadari kesalahannya yang telah mengakui tentang ikat rambut itu.
"Ya bisalah, kan tadi pagi dia duduk ditempat kamu itu," jawabku santai dan bersiap dengan reaksi Luna selanjutnya.