"Ya ketinggalan tadi pagi.. mungkin pas gue ngerapiin rambut." Jawabku cepat.
"Lo tadi bareng Owie berangkat sekolah?"
Aku merasa Luna mulai emosi dan sepertinya aku sudah salah bicara, lebih baik aku diam saja.
"Tadi aku yang jemput Priska." Owie menjawab sambil menyalakan mesin mobil nya.
"Whaaattttt... kamu jemput Priska??!! Baek banget kamu!" Suara Luna meninggi dengan mata melototnya.
"Sorry Lun... gue tadi bingung mau pergi ke sekolah, hujan dan gue nggak tau mau naik apa. Gue minta tolong Owie jemput gue," ucapku pelan. Aku melihat Owie melirikku dari spion tengah dengan tatapan marah.
"Bisa-bisanya ya lo minta jemput sama pacar gue, mentang-mentang lo sering latihan bareng bukan berarti lo bisa seenaknya sama pacar gue ya ... gue nggak suka! Gue tau Owie baek tapi jangan lo manfaatin ya.. jangan aji mumpung!" Ucap Luna sangat ketus.
"Sorry Lun.. "
"Kamu kok marah-marah gini sih Lun.. nggak enak banget dengernya," ucap Owie.
"Kamu tuh yang bikin kesel.. terlalu baek sama orang, liat aja tuh... jadi ngelunjak kan! Lagian bisa-bisanya kamu jemput dia. Tadi aku minta jemput kamu tolak .. katanya pergi sama Nino...gak taunya jemput orang gak jelas!" Luna setengah berteriak dengan tatapan penuh amarah. Aku tidak tahu kenapa Luna semarah itu, wait ... tadi aku dengar Luna minta jemput dan ditolak Owie? Kok bisa?
"Jangan ngomong sembarangan, kamu nggak tau keadaan yang sebenarnya."
"O ya.. Keadaan apa lagi? Yang aku lihat kenyataan.. kamu bohong kan bilang pergi sama Nino.. kenyataannya kamu pergi sama manusia ini! Bisa-bisanya kamu ngeladenin nih orang." Sepertinya Luna pun enggan menyebut namaku, kata ganti untukku cakep banget.. 'Manusia ini' sama 'Orang nggak jelas."
Belum sempat Luna melanjutkan dengan kata-kata sadis lainnya , aku menyahut duluan.
"Wie ... aku pulang sendiri aja, kita nggak usah belajar hari ini."
"Bagus kalo lo tau diri!" Luna yang menjawab dengan judesnya.
"Tunggu...Lo bilang belajar? Belajar apa...bukannya kalian latihan?" Lanjut Luna masih dengan nada marah walau ada penasaran didalamnya.
"Luna.. kamu bisa diem gak, maksud Priska tuh latihan. Kamu jangan mengintimidasi dia dong," Sahut Owie dengan nada agak marah.
"Belain aja teruuus... biar tambah girang tuh."
Aku benar-benar tidak mau bicara lagi. Luna benar-benar menyerangku secara verbal. Begini ya kalo cewek lagi cemburu. Serem kayak singa.
Owie melajukan arah mobilnya ke rumahku. Dia benar-benar mengantarkan aku pulang. Suasana dimobil ini sangat panas dan mencekam apalagi bara apinya ada di depanku. Aku butuh Wendy sekarang juga.
*
Disinilah aku sekarang. Di kamar Wendy yang cukup luas, sambil mengunyah keripik balado sajian sang tuan rumah.
Setelah keributan di mobil tadi Owie mengantarkanku pulang dan dia langsung pergi, aku tidak tahu apakah dia mengantarkan Luna pulang atau mereka pergi ke suatu tempat untuk membujuk Luna, aku tidak perduli. Aku turun tetap dengan sopan ,tenang dan tentunya mengucapkan terimakasih walaupun aku kesal sekali lihat keajaiban Luna hari ini. Mana karet rambutku juga masih dipegang dia.
Aku langsung berganti baju dan menelpon Wendy mengabarkan bahwa Aku akan ke rumahnya. Tentu aja dia kaget, karena yang dia tau aku hari ini ada latihan sama Owie. Aku juga belum memberitahu Wendy soal perubahan jadwal ini. Biarlah dia tahu begini dulu.
Jadi lo digrebek bini tua? Makanya jangan dekat sama lakor..ribet kan. Bini muda akan jadi korban bini tua , belum lagi hujatan netizen... " Ucapnya santai banget.
"Eh.. Siapa yang bini muda.. nggak bakat gue "
"Ya bakat lo tuh ngabisin keripik jatah gue seminggu kalo lagi emosi."
Aku tetap cuek sambil terus mengunyah keripik dalam plastik besar. Suasana hatiku benar-benar buruk.
"Bukan salah gue kan Wen kalo Owie maksa jemput gue. Udah gue tolak padahal... walau gue tetap berterimakasih bagaimanapun juga karena dia gue baek-baek aja sampai disekolah nggak pake telat dan hujan-hujanan di jalan. Tapi bukan karena itu Luna bebas marah-marah sama gue. Makan tuh Owie sampe kenyang.. Males banget gue!! "tumpah semua kekesalanku tanpa titik koma dan Wendy hanya jadi pendengar setia.
"Mana ikat rambut gue pake ketinggalan di jok mobil.. Itu aja bikin masalah besar tau nggak, Luna sampai teriak-teriak marah nyaaa kayak apa tauk ...hadeeeuh. Besok-besok tinggalin BH gue aja kali ya... biar pingsan dia sekalian. "satu lagi segenggam keripik masuk mulutku.
Wendy memberiku segelas air... dia terlihat mau ketawa, tapi ditahan.
"Lo mau ketawain gue ya?"
"Boleh emang ?"
"Coba aja kalo lo berani."
"Nggak. gue nggak berani. trus..trus?" Wendy memberikan aku kesempatan untuk mencurahkan semua isi hatiku.
"Keseeel banget gue tau nggak, sialan banget tuh Luna..mana nggak mau nyebut nama gue lagi Wen..enak banget dia bilang gue manusia inilah..orang nggak jelaslah..kampret !! Bagus-bagus nama gue Priska, seenak jidatnya aja ganti-ganti nama gue."
Aku menarik nafas jeda.
"Bodo amat lah Owie... nggak mau lagi gue urusan sama dia. Cewek nya kayak macan. Betah amat sih pacaran sama Luna.. Di terkam baru tau rasa"
"Lo nggak diterkam sama dia tadi?"
"Kalo tadi gue nggak dianter Owie pulang duluan, mungkin gue berasa kejebak di kandang singa taman Safari kali..hii..serem banget Wen. Bisa gitu ya muka cakep tapi pemarah, Owie bisa nggak sih milih pacar...mending gue ya Wen..baek hati dan tidak sombong!"
" Iyaaa..." jawab Wendy tapi dia melihat ke arah jendela.
"Lo pasti udah nggak tahan pengen ketawa makanya muka lo nggak mau lihat gue kan?" tanyaku memastikan.
"Ngggaaaak." jawab Wendy cepat dengan muka sok di polos-polosin.
" Jangan sampe lo berpihak ke Luna ya, nggak rela gue. Coba lo pikir...kenapa Luna sampe marah gitu sama gue. Emang sih gue denger dia komplen Owie nggak mau jemput dia tadi pagi, tapi Owie malah jemput gue. Ya mana gue tahu kan.. kenapa marahnya ke gue. Gila tuh orang ya. Eh tapi Wen, kenapa Owie begitu ya?"
"Kenapa lo nggak tanya ke Owie"
"iih Boro-boro Wen, yang ada di tampol gue sama Luna." jawabku ngeri.
"Jadi Luna Macan atau Singa? Tadi lo bilang macan, trus lo ganti Singa."
"Lebih mirip Serigala kayaknya Wen..agresif dan taringnya bisa mencabik cabik mangsa. Owie aja terpancing marah tadi. Serem deh, gue kayak jadi penyebab mereka berantem. Kebayang gak sih lo gimana groginya gue tadi? Pengen pindah ke planet lain rasanya." "Kalo gue mending turun dari mobil pulang sendiri." Sahut Wendy.
"Sempat kok gue bilang mau pulang sendiri, malah Luna yang nyahut, dia bilang 'Bagus lo tau diri!' Jahat banget ya mulutnya Weeenn. Gue nahan diri nggak beranjak karena Owie yang masih kayak nahan gue gitu."
"Jadi gimana latihan lo selanjutnya sama Owie?"
"Nggak paham lagi gue, males juga mikirinnya. Nggak jadi nyanyi bareng juga nggak apa-apa deh."
"Eh jangan!! ..Mending lo diamuk Luna dari pada diamuk Nandia, bisa dibakar nanti kelas kita sama dia." Akhirnya ada alasan Wendy tertawa walau terdengar agak panik. mungkin dia membayangkan reaksi Nandi ngamuk.
Tiba-tiba terdengar bunyi nada panggil dari hapeku dan nama Owie terpampang dilayar nya.
"Tuh Owie telpon." Uap Wendy melihat hapeku yang tergeletak dikarpet kamarnya.
"Biarin aja nggak usah diangkat, siapa tau jebakan Batman si Luna minjem hape Owie buat marah-marahin gue."
Akhirnya Nada panggil dihapeku berhenti walau dalam hitungan detik sudah masuk lagi panggilan baru.
"Angkat dulu, nanti kalo suara Luna lo matiin aja, eh siapa tau juga dia mau ngasih tau kalo dia udah dilamar Owie." Wendy menggangguku.
"Apa sih lo Wen" aku merengut marah.
" Ya ampun..becandaaa braiiii...serius amat, udah angkat dulu."
Dengan malas aku mengikuti saran Wendy.
" Hallo .. " Aku menerima panggilan telepon yang diduga Owie dengan mode speaker supaya Wendy bisa mendengar.
" Kamu dimana?" Tanya Owie dari seberang sana.
Aku melihat ke arah Wendy dan menghela nafas lega. Syukur bukan Luna.
"Aku di rumah Wendy Wie"
"Cepat banget sih kamu pergi.. aku sekarang di depan pagar rumah kamu."
"Eh.. ngapain.. kan gak jadi belajar...eh kok belajar , latihan maksudnya." Jawabku sambil melirik Wendy.
"Jadiin aja."
" Nggak mau ah kalo ada Luna, nanti aku di terkam sama dia." sahutku.
" Ckkk.. Luna udah aku antar pulang. Buruan shareloc.. aku ngga tau rumah Wendy "
"Nggak mau, aku nginep di sini aja, aku nggak mau latihan." rajukku.
"Kamu jangan aneh-aneh deh...kirim sekarang." Owie memaksa.
"iiih Owie jangan maksa deh, aku takut Luna ngikutin kamu trus nyerang aku."
"Apa sih mikirnya sampe begitu. Nggak aku biarin juga kalo Luna berani gituin kamu. Udah, sekarang shareloc, kamu ikut aku pulang." perintahnya.
" Iya.. Iya.. aku kirim sekarang." Kami mengakhiri pembicaraan lalu aku mengirim lokasi rumah Wendy.
Wendy yang sedari tadi memperhatikanku akhirnya berkomentar juga.
" Perasaan tadi lo masih marah-marah kayak emak-emak mau dapet trus suaminya kurang transfer duit belanja bulanan deh... Eh..nerima telpon Owie langsung berubah kayak orang abis dilamar dan mau diajak kawin besok. Baek-baek sakit hati lo.. Bagaimanapun juga Luna pacarnya Owie."
Sebelum menjawab ucapan Wendy, aku memasang muka memelas.
"Wen.. lo tau gue suka sama Owie dari duluuuu banget.. giliran sekarang dia kasih gue sedikit perhatian, gue harus menikmatinya Wen. Gue yakin banget nggak mungkin Owie beralih ke gue.. gue sadar cantikan Luna kemana mana... yaaa walaupun gue pernah bilang bahwa orang asyik bisa mengalahkan orang cantik... Tapi gue tau diri kok Wen. please biarin gue bahagia sebentar menjelang kita lulus... kan tinggal dua bulanan lagi. Gue bahagia walau cuma menjadi pengagum rahasianya aja. Please Wen...dukung gue. Gue bahagia banget kalo bisa sama dia Wen, walau cuma buat latihan atau jalan-jalan di Mal aja. Biarin deh status gue nggak meningkat..begini aja udah bersyukur gue."
Wendy menatapku dengan diam dan membuatku salah tingkah.
"Gue selalu disamping lo.., " jawabnya singkat.
"Sayang banget sama Wendy." Aku memeluknya erat.
*
Tidak berapa lama Owie sudah sampai di rumah Wendy masih dengan seragam sekolah nya tadi. Setelah basa basi sebentar dengan Wendy akhirnya kami pergi.
" Maaf soal tadi Wie.. gara-gara aku kamu jadi berantem sama Luna."
" Bukan salah kamu.. jadi nggak usah merasa bersalah ya. Biarin Luna jadi urusan aku " jawabnya tanpa melihat kearahku.
" Ya tapi jangan gara-gara aku kalian berantem.. sumpah aku nggak enak banget Wie."
" Udah ah... Berisik." Dia menyahut sambil tersenyum.
" Iih... serius nih aku..nggak lihat apa muka ku udah di melow-melow in gini." Rajukku.
"Masak sih..kok nggak kelihatan melow." Owie melihat ke arahku dan aku yakin dia sedang menggodaku.
"Owie ih.."
"Iya iya ... tapi tadi aku nggak suka kamu mengaku - ngaku minta dijemput sama aku, kan jelas-jelas aku yang nawarin kamu."
"Biar kamu aman Wie, nggak tega aku lihat kamu di marah-marahin Luna."
"Biarin aja dia marah-marah, terus emang nya dia mau apa?"
" Ya wajarlah dia marah kalo ternyata tadi nya dia minta jemput tapi kamu tolak, malah kamu jemput aku." Jawabku.
"Tadi nya Nino adikku mau bareng, nah waktu Luna minta jemput aku bilang nggak bisa karena ada Nino, aku nggak enak. Lagian Luna kan ada supir, nggak masalah buat dia kalo aku nggak mau jemput dia. Terus Nino mendadak mules perutnya, jadi mama bilang Nino sama apa aja perginya, yaudah aku jalan sendiri, pas mau jalan aku ingat kamu yang biasa naik kendaraan umum, padahal hari sedang hujan, makanya tadi aku telpon kamu." jelas Owie. Satu pelajaran, aku nggak boleh kegeeran. memang dia baik aja..sekali lagi...lever..kamu jangan baper!
"Kok jadi melamun sih?" Owie melihat kearahku.
"Emang Aku kelihatan melamun?"
"Iya..eh sebelum belajar..nonton dulu yuk, masih bisa yang jam empat."
" Trus mau belajar jam berapa?"
"Nanti aja abis Maghrib, nggak apa-apa kan?"
"Ya nggak apa-apa lagian belajar nya di rumah ku, Kamu nya yang bakal pulang kemalaman."
"Nggak apa-apa, aku lagi pingin hiburan."
"Yaudah terserah aja."
"Gitu dong.." Sahut nya dengan wajah sumringah. Seharusnya aku yang senang kok dia yang senyum-senyum...aneh banget Owie